Penasaran, anak pejabat-pejabat Indonesia pada sekolah di mana, ya? Kira-kira biaya sekolahnya berapa?

Yuk, sama-sama cari tahu informasi selengkapnya di artikel Finansialku satu ini!

 

Summary

  • Baik di sekolah negeri maupun swasta, mengharuskan orang tua untuk mengeluarkan sejumlah biaya.
  • Adanya perbedaan kurikulum pembelajaran yang digunakan di sekolah swasta dan negeri menimbulkan perbedaan kualitas siswa.
  • Persoalan lebih baik swasta atau negeri merupakan penilaian subjektif, di mana jawabannya pada banyak pertimbangan orang tua dan anak.

 

Akar Permasalahan

Pernikahan Maudy Ayunda dengan Jesse Choi jadi pusat perhatian warganet Indonesia dari segala sisi, termasuk pendidikan.

Sebagaimana kita tahu, Maudy Ayunda punya latar belakang pendidikan yang sangat prestise, salah satunya adalah Stanford University, kampus tempatnya menimba ilmu Magister, termasuk saksi bisu kisah cintanya dengan suaminya.

Yuk, kita sedikit berkenalan dengan Jesse Choi lewat video ini.

 

Fakta ini bikin warganet ramai-ramai membuat sebuah konklusi kasar kalau latar belakang pendidikan sangat penting untuk menentukan lingkungan serta segala takdir yang bakal terjadi di sana.

Kemudian, warganet mulai membandingkan bagaimana orang tua Maudy Ayunda yang memang sangat memikirkan pendidikan anak-anak mereka, cukup berbeda dengan para orang tua kolot lainnya.

Mari kita akui bahwa semua orang tua tentu menginginkan yang terbaik buat anaknya, tapi sayangnya, tidak semua orang tua bisa memberikan yang maksimal buat anaknya karena berbagai keterbatasan, termasuk finansial.

Warganet kemudian mulai mengomentari sistem pendidikan Indonesia yang mereka anggap masih kurang dari segala hal, membuat murid tidak mampu menyerap informasi yang seharusnya mereka pelajari.

[Baca Juga: 5 Tips Mempersiapkan Dana Pendidikan Pendukung Anak]

 

Data Sekolah Anak Pejabat

Pembahasan kemudian mulai melebar, warganet mulai mempertanyakan apakah anak para pejabat yang membuat ketentuan dan peraturan sekolah di Indonesia, juga bersekolah di sana?

Laman kumparan.com, dalam jurnalisme data yang terbit pada 2 Juni 2022 lalu, membuat kesimpulan bahwa dari 60 anak pejabat, 53,84% di antaranya bersekolah di sekolah swasta.

Kumparan mencatat, dari 26 anak pejabat yang terekspos asal sekolahnya, terdapat ada 14 anak yang sedang atau pernah belajar di sekolah swasta, seperti:

  • SMA Taruna Nusantara
  • Labschool Kebayoran
  • SMP/SMA Al-Azhar Jakarta
  • Jakarta Intercultural School

 

Sementara itu, ada 46,15% atau 12 anak pejabat yang bersekolah di sekolah negeri, di antaranya adalah anak Menaker Ida Fauziah yang bersekolah di MTsN 3 Jombang dan anak Presiden Jokowi di SMAN 6 Surakarta.

Sementara untuk perguruan tinggi, mayoritas anak-anak petinggi negeri bersekolah di universitas dalam negeri.

sebaran univ

Sumber: Kumparan

Disclaimer: Total anak menteri yang diketahui asal universitasnya adalah 49 orang.

 

Dari 100% yang disurvei, lebih dari setengahnya, yaitu 55,1% (27 orang) bersekolah di universitas dalam negeri.

Sama dengan masyarakat umum, kebanyakan dari mereka bersekolah di universitas favorit, seperti Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Universitas lain di luar negeri.

 

Berapa Harganya?

Setiap sekolah tentu mematok harga yang berbeda, mulai dari uang pangkal hingga biaya lainnya.

Seperti SMP Islam Al-Azhar 1 Kebayoran Baru, melansir laman yang sama, mematok harga Rp 37,5 juta untuk tahun pelajaran 2002/2023.

Jumlah itu belum termasuk uang formulir Rp 350 ribu, uang sekolah yang dipatok mulai dari Rp 2,3 hingga 2,5 juta, dan uang OSIS Rp 320 ribu.

Kemudian, sekolah Jakarta Intercultural School, mematok harga Rp 322 juta per tahun untuk PAUD hingga Rp 510,8 juta per tahun untuk SMA.

[Baca Juga: Perlukah Asuransi Pendidikan Anak? Ini Penjelasannya, Bund!]

 

Daftar Harga

Sementara itu, berikut ini adalah beberapa daftar harga dari sekolah internasional lainnya di Jakarta, melansir beberapa sumber:

  • High Scope Indonesia: Biaya masuk TK: Rp 18 juta untuk uang pangkal, dan Rp 6,6 juta untuk SPP. Sementara di jenjang SD, biaya pangkal adalah Rp 70 juta, dan SPP Rp 6,4 juta.
  • British School Jakarta: Uang pangkal Rp 300 juta, dan SPP bulanan Rp 21 Juta.
  • Academic Colleges Group: Biaya sekolah mulai pada kisaran Rp 100 juta hingga Rp 300 juta per tahun.
  • Gandhi Memorial International School Kemayoran (GMIS): Untuk jenjang TK, biaya tahunan yang harus dibayar mulai dari Rp 67 juta.
  • Australia Independent School: Uang administrasi sebesar Rp 9.450.000, dan SPP tahunan sekira Rp 169 juta.
  • Mentari Intercultural School: Untuk jenjang pendidikan TK, uang pangkal yang dibebankan adalah Rp 20,5 juta, dengan uang SPP sebesar Rp 7,5 juta.
  • TK Lazuardi Cordova: Uang pangkal sebesar Rp 15 juta dengan uang SPP bulanan sebesar Rp 800 ribu.
  • Kinderfield School: Uang pangkal yang dibebankan adalah Rp 30 juta dengan uang SPP Rp 6 juta untuk pembayaran setiap per 3 bulan sekali.
  • Singapore International School: Biaya yang harus dikeluarkan untuk bersekolah di sini mulai dari Rp 39 juta hingga Rp 185 juta.
  • Knowledge Link Intercultural School (KLIS) Primary: Biaya tahunan yang dipatok adalah Rp 50 juta untuk jenjang SD.

 

Dengan patokan biaya yang cukup tinggi dari masing-masing sekolah internasional ini tentu membuat para orang tua harus berpikir dua kali sebelum benar-benar memutuskan untuk menyekolahkan anak di sekolah internasional.

Pun di sekolah negeri, yang mengharuskan orang tua untuk mengeluarkan sejumlah biaya, meski tidak sebanyak sekolah internasional atau swasta lainnya.

[Baca Juga: Biaya Pendidikan Saat Pandemi Tidak Turun, Gimana Siasatinya?]

 

Permasalahan Keuangan

Sementara di sudut pandang lain, tentulah besar keinginan orang tua untuk mampu menyekolahkan anak mereka di sekolah terbaik yang sesuai dengan standar mereka.

Kesalahan orang tua, terlalu sering menggunakan perhitungan kasar, seolah-olah mampu membiayai anak hingga selesai sekolah, nyatanya tercekik antara kebutuhan dan kewajiban.

Mari kita putus rantai kebiasaan ini dengan terlebih dulu membuat perencanaan yang matang, khusus untuk pendidikan anak.

Perhitungannya juga bukan hanya berhenti sampai tahun pertama saja, tapi sampai anak benar-benar lulus dari sekolah.

Perhitungan ini tentu bakal terasa kompleks kalau kita melakukannya sendiri, bukan?

Kepala jadi makin pening karena banyak yang harus kita urusi dalam satu waktu sekaligus.

Akhirnya, bukannya jalan keluar yang kita dapatkan, malah jalan buntu yang muncul, akibat perhitungan yang tidak ada habisnya.

 

Manfaatkan Bantuan Pihak Ketiga

Di saat-saat seperti inilah para orang tua harus memanfaatkan bantuan dari orang ketiga untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Adalah perencana keuangan, yang bakal membimbing dan membantu orang tua untuk membuat perhitungan yang lengkap terkait dana pendidikan, hingga strategi mengumpulkan dana yang tepat untuk orang tua sesuai dengan kondisi keuangannya.

Siapa itu perencana keuangan? Mereka adalah ahli yang tersertifikasi dalam bidang perencana keuangan, yang banyak membantu klien terkait permasalahan keuangan mereka, salah satu adalah dana pendidikan.

Dalam jangka panjang, para perencana keuangan akan membantu dan membimbing Sobat Finansialku dalam mengelola keuangan agar dana pendidikan bisa terkumpulkan.

Hal ini kemudian memungkinkan Sobat Finansialku untuk mampu menjadi orang tua yang bertanggung jawab dengan menyekolahkan anak hingga lulus di sekolah impiannya.

Prosesnya terbagi menjadi beberapa bagian, di mana awalnya, Sobat Finansialku harus terlebih dulu menghubungi para perencana keuangan langsung lewat Advisory Support  di nomor 0851 5866 2940 atau dengan menekan banner di bawah ini.

Banner Konsultasi WA - PC
Banner Konsultasi WA - HP

 

Perbedaan Kurikulum

Lantas, apa sebenarnya yang menjadi perbedaan terkait kurikulum pembelajaran sekolah negeri dan swasta?

Ibu Maudy Ayunda, dalam akun Instagram pribadinya mengatakan kalau bukan hanya tentang kurikulum, tapi juga lingkungan sekolah.

 

Apa Saja Kurikulumnya?

Faktanya, sekolah internasional biasanya menyediakan beberapa kurikulum, yang secara umum terdiri dari tiga hingga lima jenis, yang tentu tidak ada di sekolah negeri, di antaranya:

 

#1 Montessori

Kurikulum pertama yang sering digunakan sekolah internasional di Indonesia adalah Montessori.

Mayoritas sekolah biasanya menerapkan kurikulum ini hanya pada jenjang pra-sekolah dan sekolah dasar, yang menekankan pada aktivitas pengembangan dan pengarahan diri pada anak.

Menggunakan kurikulum ini, pengajar mengajak anak untuk mengembangkan kemandirian dan keaktifan melalui konsep pembelajaran praktik dan permainan kolaboratif.

 

#2 Cambridge International

Kurikulum ini muncul pertama kali di Inggris, di bawah naungan Universitas Cambridge dengan tujuan menciptakan generasi yang siap dalam menghadapi persaingan global.

Kurikulum ini mengajarkan siswa untuk mampu berbahasa Inggris dengan pasif, berpikiran dan memiliki cara pandang yang luas, mendapatkan pendidikan terbaru dan modern, juga kesempatan untuk kuliah di kampus terbaik di dunia.

Selain itu, menggunakan kurikulum ini, pengajar akan mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, hingga cara presentasi dan menyelesaikan masalah, sehingga mereka mampu dan percaya diri untuk berbicara di depan publik.

 

#3 International Baccalaureate (IB)

Kurikulum ini hadir untuk mengajarkan Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Agama sesuai dengan standar pendidikan Indonesia.

Kurikulum ini sebenarnya lahir di Jenewa, Swiss, di era 1960-an, yang bertujuan untuk mendorong siswa agar lebih kreatif, mampu mengembangkan kemampuan emosi, intelektual, dan sosialnya.

Melalui kurikulum ini, siswa juga akan mendapatkan pengajaran untuk mampu secara aktif berpartisipasi dan peduli pada lingkungan sekitar dan proses belajar mengajar.

 

#4 Singaporean Primary School Curriculum (SPC)

Selanjutnya adalah Singaporean Primary School Curriculum, yang dibuat agar siswa memiliki kemampuan daya saing yang baik di ranah internasional.

Kurikulum ini fokus pada fleksibilitas belajar yang sesuai dengan potensi dan minat para siswa, sehingga membuat anak mampu berekspresi lebih, dan mampu menunjukkan bakat terpendamnya.

Dengan begitu, siswa mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan fokus untuk menentukan cita-cita mereka.

 

#5 International Primary Curriculum (IPC)

Banyak sekolah swasta Internasional di Indonesia menerapkan kurikulum yang terakhir ini.

Kurikulum ini menitikberatkan pada pembentukan karakter dan pribadi siswa, dengan harapan agar siswa mampu membentuk karakter dan kepribadian yang unggul, sehingga dapat berkompetisi di ajang global.

 

Sementara itu, sekolah negeri tidak memiliki kebebasan untuk menentukan kurikulum yang akan mereka hadirkan di sekolah, karena semuanya sudah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan.

Seluruh kegiatan belajar mengajar harus sesuai dengan kurikulum nasional yang berlaku.

 

Perbedaan Kualitas Siswa

Karena biaya yang mahal, maka tidak heran kalau akhirnya timbul salah satu stereotip tentang kualitas siswa sekolah swasta biasanya lebih baik daripada siswa sekolah negeri.

Apakah benar adanya?

Programme for International Student Assessment (PISA) membuat studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan dengan lebih dari 70 negara di seluruh dunia sebagai partisipan, mengharuskan siswa mengerjakan sejumlah soal sebagai tes.

Indonesia sendiri, sejak tahun 2000 ikut aktif sebagai partisipan dengan mengirim pelajar Indonesia usia 15 tahun dari sekolah-sekolah yang terpilih secara acak untuk mengikuti tes PISA.

Dari riset tersebut, muncul hasil bahwa nilai PISA siswa sekolah negeri di bidang membaca selalu lebih tinggi dari siswa sekolah swasta, dengan perbandingan yang sangat tipis.

Lantas, bagaimana dengan kualitas pendidikan Indonesia secara umum, yang juga jadi subjek penelitian oleh PISA pada 2018 lalu?

Setelah pihak surveyor melakukan oversample di Provinsi DIY dan DKI Jakarta, muncul hasil bahwa skor membaca DKI dan DIY sejajar dengan Malaysia dan Brunei Darussalam.

[Baca Juga: Bingung Pilih Sekolah Negeri Atau Swasta? Cek Biayanya Dulu!]

 

Lebih Baik Swasta atau Negeri?

Lalu, mana yang akhirnya lebih baik untuk masa depan anak kita?

Sekali lagi, persoalan ini merupakan persoalan subjektif, di mana jawabannya bergantung pada banyak pertimbangan orang tua dan anak.

Sekolah negeri mungkin bisa kita jadikan pilihan utama, mengingat kurikulum negeri pun tidak kalah saing dengan negara-negara lain.

Pun dengan sekolah swasta, yang bisa juga kita jadikan pilihan utama untuk orang tua dan anak, karena bisa memberikan kesempatan yang lebih besar dalam hal pertemanan dan relasi nantinya.

 

Nah, setelah membaca informasi ini, mana yang menjadi pilihan Sobat Finansialku? Yuk, sampaikan pendapatmu di kolom komentar!

Sobat Finansialku juga bisa membagikan informasi ini kepada teman-teman seperjuangan agar mereka memiliki gambaran ke mana akan menentukan pilihan nantinya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

 

Editor: Ratna SH

Sumber Referensi:

  • Admin. 02 Juni 2022. Cek Data: 53,84% Anak Menteri Jokowi Sekolah di Swasta, Kenapa Tidak di Negeri?. Kumparan.com – https://bit.ly/3QhjRce
  • Admin. 28 April 2022. 17 Sekolah Internasional di Jakarta Terbaik, Mulai TK Hingga SMA. Orami.co.id – https://bit.ly/3QmvnU2
  • Admin. 12 November 2021. Mengenal Ragam Kurikulum Internasional yang Diterapkan di Indonesia. Langit7.id – https://bit.ly/3xmnEfL
  • Admin. 13 Juni 2022. Mengenal Berbagai Macam Kurikulum Sekolah Internasional di Indonesia. Edu2review.id – https://bit.ly/3MJq6m7
  • Deni Purbowati. 13 Juni 2021. 5 Perbedaan Sekolah Negeri dan Swasta. Akupintar.id – https://bit.ly/3tu30te