Apakah jika ingin berinvestasi harus pintar? Artikel kali ini akan membahas mengenai mitos bahwa untuk berinvestasi saham haruslah orang pintar. Finansialku akan menguraikan apakah mitos ini sesuai dengan kenyataannya atau tidak.

 

Kepintaran dalam Berinvestasi Saham

Ada satu mitos mengenai investasi saham, bahwa yang bisa berinvestasi di pasar saham hanyalah orang pintar.

Banyak yang mengurungkan niat berinvestasi saham karena merasa tidak punya pengetahuan dan kemampuan yang cukup, terutama dalam hal keuangan dan ekonomi. Bahkan banyak yang menganggap sukses bermain saham perlu IQ yang tinggi.

Apakah mitos tersebut benar? Untuk menjawabnya mari kita ambil contoh kisah investasi dari Sir Isaac Newton, fisikawan yang boleh kita sebut sebagai seorang jenius.

Apakah Berinvestasi Saham Hanya Untuk Orang Jenius 01 - Finansialku

[Baca Juga: Inilah 10 Alasan Mengapa Anda Harus Berinvestasi Saham]

 

Belajar dari Isaac Newton

Sir Isaac Newton adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan teolog yang berasal dari Inggris.

Pada masanya, Sir Isaac Newton merupakan seorang yang sangat jenius. Dengan kecerdasan yang ia miliki, bila berinvestasi membutuhkan kecerdasan, maka hal tersebut bukanlah masalah bagi Newton.

Tidak perlu ragu bahwa Sir Isaac Newton adalah salah satu orang paling cerdas yang pernah ada. Namun ada perbedaan besar antara menjadi seorang fisikawan cerdas dan investor yang cerdas, dan sayangnya, Newton mempelajari fakta tersebut dengan cara yang keras.

Apakah Newton sukses ataukah gagal dalam berinvestasi? Mari kita simak cerita berikut ini.

 

Free Download Ebook Panduan Berinvestasi Saham untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

 

Ada sebuah fakta yang tidak banyak orang tahu mengenai kisah Isaac Newton dalam berinvestasi. Sir Isaac Newton ternyata juga pernah berinvestasi uangnya di saham, pada tahun 1720-an, tepatnya uangnya pada saham South Sea Company.

Cerita bermula ketika perang di daratan Inggris berkecamuk yang mengakibatkan pemerintah berutang pada perusahaan South Sea Company dengan bunga 6%.

Dengan cepat isu dan respon pasar mengakibatkan pergerakan saham South Sea bergerak liar, belum lagi ditambah rumor yang diciptakan membuat kegilaan harga sahamnya melambung tinggi.

Isaac Newton pun juga turut serta membeli saham South Sea tersebut, dan kabarnya telah untung sebesar £7.000 dari membeli saham perusahaan tersebut.

Namun karena dia terpancing untuk berspekulasi kembali pada saham South Sea Company tersebut, akhirnya dia masuk lagi ketika harga saham telah semakin tinggi.

Sir Isaac Newton tidak kuasa menahan diri untuk tidak berspekulasi pada gelembung harga tersebut, dan sebagai akibatnya, dia menderita kerugian sebesar £20.000, jumlah uang yang besar pada saat itu (setara $2.720.000 USD sekarang).

Apakah Berinvestasi Saham Hanya Untuk Orang Jenius 02 - Finansialku

[Baca Juga: Inilah 10 Cara untuk Meminimasi Kerugian dalam Berinvestasi Saham]

 

Grafik saham South Sea Company memang pada faktanya mengalami bubble, hingga harga sahamnya naik berkali-kali lipat daripada harga awalnya seperti pada gambar di atas.

Ada sebuah fakta yang tidak Newton sadari, ketika kegilaan investor yang sudah tidak rasional dan menghiraukan bahwa perang telah usai telah disadari oleh pihak manajemen South Sea Company, membuat mereka diam-diam menjual saham yang mereka miliki secara masif kepada pasar. Sebagai akibat dari kerugiannya, Sir Isaac Newton menyatakan:

I can calculate the motions of heavenly bodies, but not the madness of people

 

Artinya “saya dapat memperhitungkan pergerakan dari benda-benda di langit, tapi tidak dengan kegilaan orang-orang.” Newton mengakui bahwa dia pun tidak mampu memperhitungkan psikologi para pelaku pasar.

Apakah Berinvestasi Saham Hanya Untuk Orang Jenius 03 - Finansialku

[Baca Juga:Ingin Menjadi Seorang Trader Saham yang Sukses? Ini Kuncinya!]

 

Aspek Psikologis dalam Berinvestasi

Pernyataan Newton di atas memberikan gambaran bahwa aspek psikologi di dalam pasar saham cukup kental. Boleh kita bilang, dalam semua pasar aspek ini berlaku. Perlu kita ingat bahwa pelaku pasar penuh oleh berbagai macam orang, lengkap dengan emosinya.

Newton jelas bukanlah orang bodoh. Ia menciptakan kalkulus dan konsep tiga hukum gerak.Tapi kisah ini menunjukkan bahwa ia bukan investor yang cerdas karena dia membiarkan emosinya mengendalikan dirinya, dan terpengaruh oleh irasionalitas kerumunan pasar, seperti kata Benjamin Graham:

“Sesungguhnya, masalah utama seorang investor, dan bahkan musuh terbesarnya, adalah dirinya sendiri.”

 

 

Kita semua, sama seperti Newton, menderita ketidakmampuan untuk membuat keputusan rasional bila menyangkut uang dan investasi.

Otak kita tidak tercipta untuk dapat berinvestasi saham. Ada 2 emosi utama yang mendorong tiap investor dalam pengambilan keputusan mengenai aksi investasinya, yaitu fear (ketakutan) dan greed (ketamakan), yang sering kali tidak bisa kita kendalikan ketika berinvestasi.

Namun demikian masih banyak investor yang menganggap remeh faktor psikologi dalam berinvestasi saham. Padahal, jika tidak memiliki emosi yang stabil dalam menghadapi gejolak pasar, maka Anda akan kehilangan kesempatan untuk menghasilkan uang dari pasar saham.

Apakah Berinvestasi Saham Hanya Untuk Orang Jenius 04 - Finansialku

[Baca Juga: Apa Perbedaan Antara Trading Saham dan Trading Forex?]

 

IQ Bukan Faktor Utama Keberhasilan Investasi

Bila kesuksesan dalam berinvestasi saham hanya membutuhkan analisis atau kemampuan matematis saja, maka orang kaya di dunia ini pastilah orang yang jenius saja, namun pada kenyataannya tidaklah seperti itu, bahkan sekaliber Isaac Newton saja mengalami kegagalan dalam berinvestasi.

Jelaslah bahwa kepintaran dan IQ tinggi tidak cukup untuk menjamin kesuksesan berinvestasi di pasar saham. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhi keputusan investasi, mulai dari psikologi, manajemen uang, manajemen risiko sampai kebijaksanaan untuk melakukan keputusan masuk atau keluar dari pasar saham.

Jadi tidak perlu khawatir bila Anda tidak terlalu pintar atau tidak memiliki IQ tinggi. Anda juga bisa sukses berinvestasi saham. Memang IQ tinggi bisa membantu Anda belajar dan mengerti investasi lebih cepat. Tetapi hasil investasi tidak ditentukan kepintaran saja.

Banyak faktor lain yang tidak berkaitan dengan otak. Fakta sudah menunjukkan IQ tinggi tidak menjamin kesuksesan berinvetasi saham.

SOS! Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan Bila Nyangkut Saat Berinvestasi Saham 2 - Finansialku

[Baca Juga: SOS! Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan Bila Nyangkut Saat Berinvestasi Saham]

 

Dari hal ini pun dapat kita tarik kesimpulan, bahwa sukses dalam berinvestasi bukan memerlukan otak yang jenius secara ilmu eksakta, namun untuk sukses dalam berinvestasi memerlukan kemampuan mengendalikan emosi. Seperti yang kata Warren Buffet:

“Berinvestasi bukanlah permainan di mana orang yang memiliki IQ 160 mengalahkan orang yang ber-IQ 130.”

 

Investasi Tidak Harus Orang Pintar

Tidak semua kecerdasan intelektual mempengaruhi hasil investasi yang kita lakukan. Jadi siapapun dan apapun jenjang pendidikan kita jika kita bisa mengelola emosi saat berkecimpung dalam dunia investasi saham, maka itu adalah kunci untuk mendapatkan keuntungan yang konsisten.

Akan tetapi  untuk memperoleh keuntungan butuh ilmu dan kecerdasan intelektual, maka secara kesimpulan emosi dan intelektual dalam bisnis investasi ini sangat kita perlukan dan harus berimbang.

 

Sudahkah kamu mencoba berinvestasi saham? Yuk tulis pendapatmu mengenai investasi saham dengan menulis di kolom komentar di bawah.

 

Sumber Referensi:

  • Wira, Desmond. 2016. Psikologi Trading. Jakarta: Exceed Books
  • Wira, Desmond. 2015. Memulai Investasi Saham. Jakarta: Exceed Books

 

Sumber Gambar:

  • Isaac Newton – https://goo.gl/mVbntl dan https://goo.gl/6MHNaH
  • South Sea Stock – https://goo.gl/nT0m4Y
  • Isaac Newton Quotes – https://goo.gl/Uoe5Mg
  • Emotion – https://goo.gl/nPQOLl

 

Download E-Book Perencanaan Keuangan untuk Umur 20 an (GRATIS)

Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 20 an Perencana Keuangan Independen Finansialku