Sandwich generation adalah sebutan bagi seseorang yang membiayai generasi sebelumnya (orangtua) dan setelahnya (anak).

Sebagai orangtua, tentunya kita tidak mau menjadi penghalang mimpi anak kita dengan membebani mereka. Saya percaya tidak ada yang ingin itu terjadi, namun tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Lalu bagaimana cara menghindarkan anak kita dari sandwich generation? Simak artikel berikut ini.

 

Sandwich Generation

Pasti sudah tidak asing mendengar kata sandwich generation, iya rata-rata kita semua adalah generasi sandwich, seperti tumpukan roti sandwich, kita adalah generasi menanggung orang tua dan seolah terhimpit karena juga membiayai keperluan keluarga pribadi. 

Namun jika dimengerti lebih dalam kenapa ya orang tua jaman dahulu rata-rata dibantu oleh anaknya masing-masing saat ini? Sebenarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi generasi sandwich

Mengenal Generasi Sandwich_ Ketahui 3 Cirinya Berikut! 01

Ilustrasi Sandwich Generation

 

Saat orang tua kita dulu memiliki pekerjaan dan memiliki kondisi fisik yang muda dan sehat, mereka belum mengetahui banyak informasi mengenai bagaimana cara mengatur keuangan dan berinvestasi, sehingga banyak orangtua yang dibantu oleh anak-anaknya.

Selain itu ada beberapa pemahaman tentang parenting yang bisa dikatakan tidak tepat, seperti anak bukanlah tempat orang tua berinvestasi atau juga menyekolahkannya untuk bisa memiliki pekerjaan yang bagus di masa depan kelak.

Hal tersebut tidak demikian, anak tidak dapat dianggap untuk menghidupkan keluarganya dan juga orang tua saat pensiun nanti.

Anak adalah titipan yang dimana kita sebagai orang tua bertugas untuk mendidik dan menyekolahkannya, namun tidak untuk meminta imbalan kelak.

Jika memang nantinya kita sebagai orang tua dibiayai hidupnya saat pensiun bukan karena kita tidak mampu, namun karena memang anak kita menginginkannya tanpa paksaan dan tuntutan.

Terdengar berat peran orang tua? Bisa dibilang demikian jika kita tidak mempersiapkannya dari sekarang. 

 

Untuk para orang tua muda di luar sana yang sudah merasakan bagaimana rasanya menjadi generasi sandwich, pastinya kita ingin memutus rantai tersebut untuk berhenti pada diri kita saja, tidak berlanjut kepada anak dan cucu kita kelak. 

Apakah bisa? Tentunya bisa saja, saya melihat saat ini sudah banyak yang lebih peduli dan ingin belajar bagaimana cara memutus mata rantai generasi sandwich tersebut. 

Berikut sedikit penjelasan menurut pandangan saya.

 

Mengapa Sandwich Generation Diharapkan untuk Berhenti

Seperti yang saya jelaskan di awal seperti tumpukan roti sandwich dimana kita membiayai keperluan orangtua kita namun juga perlu memikirkan untuk menghidupkan keluarga kita pribadi.

Tentunya hal ini tidak mudah dijalankan, maka dari itu generasi sandwich perlu dihentikan, agar seorang anak bisa memiliki mimpi dan mewujudkan cita-citanya tanpa ada beban yang harus dipikul sejak dini. 

Jika para orang tua mandiri secara finansial, sang anak bisa berusaha hanya untuk menghidupkan keluarga intinya saja. Apa salahnya kita sebagai orang tua menjadi orang tua yang mandiri dan tidak bergantung kepada anak.

Pastinya kondisi tersebut tidak hanya menguntungkan sang anak, kita pun sebagai orang tua jika pensiun dalam kondisi mandiri secara finansial akan merasakan kenyamanan bukan?

[Baca Juga: Apa Itu Generasi Sandwich? Bagaimana Prioritas Keuangan Mereka?]

Lalu kenapa masih berpikir bahwa anakku adalah investasiku? Tidak demikian ya, Sobat Finansialku. Namun ada yang mengatakan seperti ini “waktu saya seusia anak saya, saya pun menjadi penopang dua keluarga, dimana saya membiayai ibu atau uyut dari anak saya saat ini, dan juga kebutuhan untuk keluarga saya sendiri”.

Hal tersebut seperti regenerasi. Jika bisa lebih baik kenapa tidak, kenapa kita harus membiarkan kondisi seperti itu yang kurang menyenangkan untuk terus menerus berlanjut.

Bagaimana kalau kondisi tersebut kita balik saja, kondisi kebebasan finansial lah yang harusnya berkelanjutan dari setiap angkatan di keluarga. Setuju, Sobat Finansialku?

 

5 Cara Mengatasi Sandwich Generation 

Untuk itu saya sebagai orang tualah yang harus bersikap untuk menghentikan mata rantai yang kurang menyenangkan ini. Ini dia lima cara untuk para orang tua muda saat ini, agar anak tidak menjadi generasi sandwich:

 

Sudah Menetapkan Gaya Pensiun Sejak Dini

Kondisi pensiun adalah kita yang menentukan, bukan anak, bukan juga saudara. Bagaimana kita pensiun, kitalah yang memutuskan gaya dari pensiun tersebut.

Ada yang menginginkan pensiun dengan kondisi dimana memiliki bisnis yang berjalan lancar dan menghasilkan pendapatan secara pasif setiap bulannya.

Namun ada juga yang menginginkan pensiun hanya ingin berlibur keliling dunia dan menikmati hasil jerih payah saat masa muda kemarin.

Ada juga beberapa dari kita yang menginginkan pensiun untuk tetap produktif dan turun langsung ke dalam project yang dibuat untuk mengisi waktu senggang semasa pensiun.

Semua kondisi di atas adalah sebagian contoh saja, namun saat ini kita pasti sudah memikirkan bagaimana kita akan pensiun nanti. Maka dari itu, tentukan sedini mungkin sebelum masa pensiun di hadapan mata.

[Baca Juga: Para Karyawan, Menyiapkan Dana Pensiun, Menabung, dan Investasi saja Tidak Cukup! Mulai Buat Perencanaan Dana Hari Tua]

Menentukan kondisi pensiun sejak dini tentunya untuk mempersiapkan baik itu keuangan, mental dan fisik menuju pensiun.

Tidak banyak para pensiunan yang mengalami depresi saat pensiun karena dia mengalami post power syndrome. Kondisi dimana saat masa muda dulu memiliki jabatan tinggi, power dan pride, sedangkan saat pensiun bisa dikatakan semua itu tidak ada.

Fisik juga perlu dipersiapkan, sejak dini kamu sudah menjaga pola makan dan gaya hidup sehat agar saat pensiun tetap bugar dan aktif.

Tentukanlah gaya pensiunmu dan mulailah buat perhitungan dana pensiunmu, berapa dana yang harus kamu sisihkan per bulan atau per tahunnya dengan menggunakan aplikasi Finansialku yang bisa kamu download di Apps Store atau Google Play Store

Kamu juga bisa mulai mengkonsultasikan keuanganmu dengan adviser profesional melalui fitur Konsultasi Keuangan di aplikasi Finansialku atau buat janji di konsultasi.finansialku.com.

Cara Konsultasi Keuangan dengan aplikasi Finansialku

Cara Konsultasi Keuangan dengan aplikasi Finansialku

 

Membangun Profil Baik Pada Asuransi Kesehatan

Saat tua atau pensiun nanti yang perlu kita perhatikan lainnya adalah kesehatan, sudah sewajarnya jika ada beberapa fungsi organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik diakibatkan usia yang menua. 

Tubuh bagaikan mesin mobil saja, jika kita tidak merawat dan menjaga fungsi-fungsi di dalamnya maka akan mengalami penurunan. Untuk itu disini saya menyarankan untuk para orang tua dan kita semua sebaiknya memiliki histori yang baik terhadap kesehatannya.

Jika memang tidak ada penyakit turunan seharusnya merasa bersyukur untuk menjaga kesehatan baik-baik dengan memiliki pola hidup yang sehat.

[Baca Juga: Penjelasan Umum Asuransi Jiwa dan Kesehatan, Gak Bingung Lagi Deh!]

Selain itu miliki asuransi sejak dini dan menetapkan perusahaan asuransi yang sesuai dengan kebutuhan, serta profil mu sangat diperlukan. Mengapa perlu memiliki histori sejak dini, jawabannya adalah agar pihak asuransi dapat membaca dan bersedia memperpanjang masa asuransinya tersebut.

Apalagi jika kita dalam keadaan sehat dan masih muda, biaya asuransi akan masih sangat terjangkau.

Kalau kita baru membuka asuransi di usia lanjut, biaya asuransi akan sangat mahal sekali dan kemungkinan untuk di tolak oleh pihak asuransi sangatlah tinggi.

Jika nanti kita sudah pensiun banyak sekali biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan jika kita tidak memiliki proteksi akan sangat sayang sekali jika uang hasil investasi dan uang pensiun kita hanya habis untuk membiayai penyakit kita saat usia tuan anti.

Maka dari itu mulai dari sekarang windows shopping terhadap perusahaan asuransi dan sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Jika dirasa bingung kamu bisa mengontak adviser dari Finansialku.

Untuk lebih jelasnya mengenai asuransi, Sobat Finansialku bisa membaca kumpulan studi kasus dan penjelasan Finansialku mengenai asuransi dalam e-book berikut ini.

1 Ebook Studi Kasus Asuransi

 

Memahami Pentingnya Investasi

Kali ini kita membahas betapa pentingnya investasi khususnya untuk mengumpulkan dana pensiun. Pensiun itu tidak besok atau satu bulan lagi kan, Sobat Finansialku.

 Untuk itu jika kita sudah mengumpulkan uang dengan cara berinvestasi kita bisa memiliki dana pensiun nantinya. 

Investasi bertujuan untuk mendapatkan return di kemudian hari, yang jika dihitung, return tersebut dapat menekan inflasi. Bisa tidak mengumpulkan dana pensiun dengan menabung saja? Bisa saja jika kita kuat untuk menabungnya dengan melawan inflasi.

Namun hal tersebut sulit, untuk itu investasi tetap menjadi langkah tepat dalam mengumpulkan dana pensiun karena imbal hasil yang didapatkan misalnya adalah 7% per tahun, sedangkan inflasi konsumsi kita anggap 3%.

Untuk itu sudah tidak ada alasan untuk kita menolak berinvestasi jika memang ingin pensiun secara sejahtera ya, Sobat Finansialku. Yuk mulai dari sekarang berinvestasi untuk dana pensiun.

[Baca Juga: Top 5 Investasi Hari Tua yang Menguntungkan untuk Para Pensiunan di Indonesia]

 

Terbuka dengan Pasangan dan Anak Terkait Keuangan

Keterbukaan finansial dengan pasangan dan anak merupakan hal yang diperlukan jika kita ingin memutus rantai generasi sandwich, karena kita memerlukan pasangan yang dapat mengetahui kondisi keuangan masing-masing.

Tidak hanya berhenti pada pasangan, kita sebagai orang tua juga perlu melibatkan anak untuk mengetahui kondisi finansial. 

Tujuannya adalah agar sang anak peduli dan mengetahui bagaimana kondisi finansial keluarga dan tidak ada yang ditutupi, apalagi jika sang anak memang sudah usia dewasa di atas 18 tahun mereka dianggap sudah memahami lebih dalam.

[Baca Juga: 5 Tips Jitu Keterbukaan Keuangan dengan Pasangan]

Dikhawatirkan ketika kita tidak terbuka terhadap pasangan dan anak adalah dan jika suatu saat kita sebagai orang tua pensiun serta ada beberapa kejadian yang membuat sang anak bingung harus melakukan apa dikarenakan kita sebagai orang tua tidak memiliki tabungan atau investasi untuk sang anak agar dapat menyelesaikan sekolah hingga jenjang kuliah.

Apabila kita sudah terbuka dengan sang anak mengenai finansial maka orang tua bisa sama-sama mencari solusi, tidak perlu malu dan merasa tidak perlu menceritakan kondisi finansial kepada anak, karena itu diperlukan sebagai bentuk terbukanya secara finansial dalam keluarga. 

Banyaknya di antara kita menutupi kondisi finansial dikarenakan ada utang yang berjumlah besar, dan hal itu tidak perlu diketahui sang anak, namun pada akhirnya sang anak tahu dan akan lebih bingung untuk memulai mengatur dan juga melunasi utang-utang orang tua tersebut.

Ada baiknya kita bisa mencegah kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan secara finansial dalam keluarga, daripada jika sudah ada kejadian yang tidak bisa dicegah ya, Sobat Finansialku.

 

Mengetahui Perencanaan Keuangan

Jika kita sudah menetapkan gaya pensiun yang diinginkan, membangun profil baik pada asuransi kesehatan, memahami pentingnya investasi, dan terbuka secara finansial kepada pasangan dan anak namun ternyata kita sebagai orang tua belum mengetahui bagaimana membuat perencanaan keuangannya, atau sekedar tidak mau belajar untuk mengetahuinya, sungguh sayang sekali Sobat Finansialku.

Karena jika tidak dibuat sejak saat ini perencanaan keuangannya kita sama saja pergi ke suatu tempat namun tidak mengetahui tujuan dan target yang akan disasar. Sehingga jika sudah demikian kita tidak bisa memastikan apakah impian kita di awal yaitu memutus mata rantai generasi sandwich akan sulit untuk direalisasikan.

Yuk buat perencanaan keuangan sejak sekarang. “Tapi saat ini aku dengan pasangan juga belum ada anak, sepertinya belum perlu deh”. Justru karena kita masih ada kesempatan untuk menabung lebih besar dan investasi lebih awal kenapa tidak memulainya dari sekarang.

 

Memutus Mata Rantai Sandwich Generation

Jika semua orang tua muda seperti kita saat ini sudah menerapkan kelima hal tersebut alangkah mungkin sekali bahwa kita akan menghasilkan anak dan cucu yang terbebas dari kondisi generasi sandwich.

Tidak ada yang tidak mungkin jika kita sudah berniat untuk memperbaikinya, yuk Sobat Finansialku, pensiun itu memang bukan saat ini ataupun besok, namun jika kita tidak mulai memikirkan dana pensiun dan gaya pensiun kita sejak saat ini, akan terasa makin sulit untuk dicapai.

 

Kalian bisa share artikel ini ke orang-rang terdekat supaya semakin banyak orang-orang merencanakan keuangannya. Semangat!

 

 

Editor: Eunice Caroline

Sumber Referensi: 

  • Wiwit Widyastuti. 30 April 2020. 5 Tips Memutus Rantai Generasi Sandwich, Agar Gak Jadi Beban Buat Anak. Idntimes.com – https://bit.ly/3y6LviG
  • Nimas Des Aristanti. Tips Memutus Rantai “Generasi Sandwich” Dengan Mudah. Koinworks.com – https://bit.ly/3iPEcFR

 

Sumber Gambar:

  • Cover – https://bit.ly/3x2b7w0