Rugi besar karena fanatik dengan produk keuangan? Ternyata berpihak pada satu produk keuangan bisa berisiko. Simak penjelasannya di sini.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Finansialku Planner

 

Fanatik Produk Keuangan atau Influencer

Beberapa waktu lalu saya sempat membuat sebuah konten di Instagram story saya @Melvin_Mumpuni.

Konten tersebut saya ingin meluruskan pandangan orang bahwa saham adalah satu-satu investasi yang paling menguntungkan.

Banyak orang beranggapan bahwa investasi reksa dana itu salah satu bentuk tidak smart dan hanya cocok untuk investor pemula.

Kemudian saya buatlah konten untuk mengenalkan yang namanya sharpe ratio dan perbandingan antara keuntungan dengan risiko. Seperti ini postingan saya:

Ceritain donk investasi kamu di tahun 2020.

 

Kemudian ada yang menjawab:

Kapok investasi di reksa dana saham. Mending ke saham langsung, profitnya jauh lebih gede.

 

Kemudian saya membuat sebuah gambar yang isinya seperti ini:

Saham A bobotnya 20% dari portofolio dan sekarang sedang untung 10%.

Saham B bobotnya 10% dari portofolio dan sekarang sedang untung 40%.

Saham C bobotnya 30% dari portofolio dan sekarang sedang rugi 10%.

Saham D bobotnya 20% dari portofolio dan sekarang sedang rugi 10%.

Saham E bobotnya 20% dari portofolio dan sekarang sedang rugi 15%.

 

Biasanya orang-orang merasa portofolio sahamnya baik-baik saja, karena ada satu saham yang untung 40%. Semacam perasaan yang menenangkan, karena paling tidak ada satu yang untung besar.

Namun, apakah benar investor tersebut untung 40%?

Jika dirata-rata sesuai bobot, maka return-nya adalah minus 5%.

Menurut kamu bagaimana reaksi dari posting-an ini?

Gambar Jawaban @Melvin_Mumpuni

Gambar Jawaban @Melvin_Mumpuni

 

Ternyata, posting-an tersebut menuai banyak complain. Ada yang mengira bahwa akun Instagram saya, @Melvin_Mumpuni di-endorse oleh perusahaan aset manajemen. Apakah demikian?

Tidak! Saya tidak di-endorse aset manajemen manapun.

Saya memiliki tujuan untuk memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai cara melakukan perbandingan antara portofolio saham dengan reksa dana saham.

Jujur, saja saya juga investor baik di reksa dana maupun di saham.

Saya juga mengalami yang namanya naik turun di investasi dan menurut saya wajar saja.

Namun sebenarnya yang paling penting adalah mindset kita.

Bagi saya, investasi adalah kendaraan kita untuk mencapai atau mewujudkan tujuan keuangan. Investasi bukan suatu hal yang keren untuk dipamerkan dan diperdebatkan, apalagi yang suka ribut di forum, malu ah :D

 

Fanatik dengan Asuransi dan/atau Barang Jualan?

Selain produk investasi, saya juga mau sharing mengenai produk asuransi.

Saya teringat pengalaman saat awal-awal berkarier di industri perencanaan keuangan. Pada saat itu sedang terjadi perbedaan pendapat mengenai unitlink.

Banyak agen asuransi yang merasa unitlink adalah produk keuangan yang paling hebat, karena bisa dipakai untuk proteksi maupun investasi.

Namun di sisi lain, banyak perencana keuangan yang secara frontal menyarankan tutup semua polis unitlink. Bahkan sekarang pun masih ada saja yang melakukannya.

Pada saat itu saya masih baru di industri dan saya mengamati diskusi-diskusi seru.

Dari sisi kontra dengan unitlink, ada penulis sekaligus perencana keuangan yang menerbitkan buku “shocking unitlink”.

Dari sisi pro dengan unitlink, ada penulis sekaligus agen asuransi yang menerbitkan “untung ada unitlink“.

Pertanyaannya kembali, manakah yang benar?

Menurut saya tidak ada yang salah, semuanya benar. Setelah saya pelajari lebih detail dan komparasi berbagai polis unitlink ternyata tidak semuanya bagus dan tidak semuanya jelek.

Saya pribadi pun juga beli unitlink dan beli asuransi kesehatan tradisional.

Kalau kamu pernah baca highlight di Instagram @Melvin_mumpuni pasti tahu deh review polis yang saya beli.

Soalnya fantastis banget ya, masa dengan premi Rp5 jutaan (cicil dua kali bayar) bisa dapat pertanggungan sampai Rp20 milliar.

Beberapa orang DM saya dan saya pasti jawab kalau itu produk asuransi kesehatan murni. Saya selalu note, please jangan asal ikut-ikutan beli karena kebutuhan kita bisa jadi berbeda.

Mengenai harga kita setuju lah, uang Rp5 jutaan untuk benefit Rp20 miliar setahun itu worth it. Cuma belum tentu kebutuhan kita sama, jadi lebih baik hubungi agennya langsung.

 

Bagaimana dengan Fanatik Influencer?

Saya tahu juga beberapa orang selebgram telah menjadi influencer dalam hal keuangan. Saya tidak mau banyak ngobrolin yang satu ini.

Seperti yang kita ketahui, terkadang kata “TERLALU” bisa berarti kurang baik.

Saya ingin sarankan kamu untuk nonton satu film bagus judulnya The Jonneses.

Film itu menceritakan orang-orang sales yang ditugasi untuk influence sekelompok orang di suatu perumahan. Cara kerjanya ya pamer ini, pamer itu dan seolah-olah keluarga joneses ini PERFECT.

Selanjutnya apa yang terjadi? Nonton aja sendiri :D

 

What is The Key Take Away?

Kalau kita wrap up, kesimpulannya jangan pernah fanatik dengan produk keuangan. Semua produk keuangan pasti punya plus minus-nya.

Ilmu perencanaan keuangan itu menurut saya gabungan dari seni (art), logika (logic) dan ilmu perencanaan keuangan (financial planning). Jadi jangan pernah fanatik ya.

GRATISSS Download!!! Ebook Panduan Sukses Atur Gaji Ala Karyawan

Mockup Ebook Karyawan

 

 

Yuk #HargaiKerjaKerasmu dengan berinvestasi secara baik dan bijak. Jangan sampai hasil kerja kerasmu sia-sia karena pengaturan investasi yang kurang hati-hati.

Bagikan artikel bermanfaat ini pada rekan dan kerabat kamu semua. Akhir kata Make A Plan and Get Your Financial Dreams Come True!