Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah salah satu indikator dalam bursa efek Indonesia. Banyak investor di reksadana yang memanfaatkan IHSG sebagai indikator ketika akan membeli atau menjual. Finansialku.com akan membahas mengenai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

 

Mengenal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham gabungan (IHSG) atau dalam bahasa Inggrisnya Jakarta Composite Index, JCI, JSX adalah indeks pergerakan harga rata-rata saham di Indonesia. IHSG digunakan dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Berikut ini live pergerakan harga IHSG di Indonesia.

Yahoo Finance Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG pertama kali digunakan pada tanggal 1 April 1983 yang menilai pergerakan harga saham biasa (common stock) dan harga saham preferen. Nilai dasar indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah 100. Penetapan nilai dasar tersebut dimulai pada tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal 20 Mei 2013 IHSG pernah mencapai posisi penutupan tertinggi yaitu 5.214,976. Posisi tertinggi tersebut kemudian jatuh pada angka 4000an, akankah IHSG kembali menduduki angka 5.000?

Sebelum melakukan analisis apakah IHSG bisa menduduki 5.000 lagi atau tidak, sebaiknya Kita kenali terlebih dahulu, bagaimana IHSG dihitung. Perhitungan IHSG menggunakan rumus sebagai berikut:

 Rumus Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Keterangan:

  • p = harga penutupan (closing price) di pasar regular
  • x = jumlah saham
  • d = nilai dasar, nilai yang terbentuk pada satu waktu

 Rumus Rata Rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

 

Misal IHSG bernilai 4.000, kemudian apakah artinya? Angka 4.000 mempresentasikan pergerakan harga saham di bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan saham. Nilai IHSG dihitung setiap hari, setelah penutupan perdagangan.

Efek dari perhitungan ini contohnya ada suatu saham di bursa efek Indonesia yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 270 trilliun. Jika nilai seluruh kapitalisasi BEI adalah Rp 3.900 trilliun, maka saham tersebut berkontribusi sebesar 6,9% (270 trilliun / 3.900 trilliun). Pergerakan harga (kenaikan atau penurunan) harga saham tersebut akan berdampak cukup besar pada pergerakan harga IHSG. Saham-saham dengan kapitalisasi besar seperti itu disebut dengan istilah Big Cap.

Contoh lainnya adalah sebuah saham dengan kapitalisasi pasar Rp 10 trillun atau kontribusinya adalah 0,25%. Pergerakan harga pada saham ini tidak akan berpengaruh besar terhadap pergerakan harga IHSG. Saham-saham dengan kapitalisasi kecil disebut juga dengan istilah Small Cap.

 

Akankah IHSG kembali ke 5000?

Menjawab pertanyaan tersebut, tim finansialku tetap optimis IHSG bisa kembali ke nilai 5000. Kapan waktunya? Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan perhitungannya. Menurut Rudiyanto dalam bukunya yang berjudul Sukses Finansial dengan Reksadana, tertulis metode yang dapat dilakukan untuk melakukan forecast. Caranya adalah menentukan PER yang wajar, menentukan asumsi pertumbuhan laba bersih perusahaan dan proyeksi ke depan serta mengalikan nilai PER dan proyeksi tersebut. Jika dihitung sesuai dengan data-data keuangan yang ada (data masa lalu), IHSG mampu menyentuh 5.000 di tahun 2014. Perhitungan tersebut dibatasi oleh beberapa data dan asumsi. Banyak hal yang menjadi faktor pertimbangan, termasuk isu tapering the FED (ekonomi global) dan kebijakan ekonomi makro Indonesia.

 

Disclaimer: Perhitungan tersebut jangan digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan pembelian saham.

 

Kami akan sangat senang dan berterima kasih jika Anda mau berbagi kisah atau memberi komentar mengenai IHSG.