Krisis ekonomi Sri Lanka telah membuat negara dengan 22 juta penduduk ini bangkrut. Apa yang terjadi jika negara bangkrut?

Cari tahu penjelasannya dalam artikel Finansialku berikut ini, sekarang!

 

Krisis Ekonomi di Sri Lanka

Negara Sri Lanka atau disebut “Mutiara Samudera Hindia”, menjadi salah satu negara yang kita kenal dengan sejumlah kekayaannya.

Selain memiliki keindahan batu permata yang menjadi ekspor utama negara ini. Di tahun 2104, Sri Lanka juga mengekspor teh paling besar. Apakah kamu pernah minum Teh Ceylon?

Teh dari Sri Lanka tersebut bahkan mendapat predikat sebagai teh paling bersih di dunia oleh ISO (International Organization for Standardization).

Tentu saja, melihat contoh kekayaan tersebut seharusnya bisa maksimal untuk berkembang, jika mereka mampu mengelolanya dengan baik.

Namun, fakta yang mengejutkan bahwa negara republik ini bangkrut pada April lalu. Hingga terjadi resesi drastis seperti kekurangan makanan, bahan bakar serta obat-obatan.

Salah satunya karena kegagalan membayar utang luar negeri sebesar US$15 miliar atau setara dengan Rp764 triliun.

Lalu, apa yang akan terjadi jika sebuah negara mengalami bangkrut? Simak penjelasan berikutnya!

[Baca Juga: Ini Daftar Negara yang Terancam Bangkrut Karena Utang]

 

Inilah yang Terjadi Ketika Negara Bangkrut

Melihat kondisi yang dialami Sri Lanka, mungkin tidak sedikit diantara kita yang bertanya-tanya. Apa jadinya jika sebuah negara mengalami bangkrut?

Berikut adalah beberapa dampaknya, antara lain:

 

#1 Panic Buying

Krisis pangan membuat masyarakat mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya.

Mereka pun berlomba-lomba untuk mengumpulkan stok makanan alias panic buying, yang memicu meningkatnya harga barang dan sejumlah kebutuhan. Padahal supply-nya terbatas.

Seolah tidak punya pilihan lain, semua orang akhirnya memborong bahan pangan demi bisa bertahan sebelum harga meningkat.

Akhirnya, kejadian ini memicu kerusuhan massal, pemerintah gagal mengelola kestabilan ekonomi dengan baik.

 

#2 Kekuatan Mata Uang Negara Melemah

Krisis ekonomi yang banyak negara alami sejak 2020, salah satunya Sri Lanka, membuat devisa negara ini makin bermasalah.

Sejak 2020, persediaan devisa negara ini justru tidak bertambah karena tidak ada pemasukan, sehingga perlahan-lahan habis.

Penjelasan dari Direktur Riset Center of Reform on Economics, salah satu penyebabnya adalah utang besar yang tidak sanggup pemerintah Sri Lanka lunasi.

Selain itu, pemerintah juga merasa kesulitan memungut pajak di tengah tantangan pandemi yang membuat tingkat kemiskinan tinggi.

Meskipun kekayaan alam sangat indah dan sumber daya manusianya kuat, ternyata ekonomi Sri Lanka tidak diuntungkan dengan itu.

Contohnya ketika membangun pelabuhan, yang mereka bangun tanpa perencanaan jelas.

Alhasil, saat ini orang-orang mulai melakukan transaksi gelap dan pertukaran barang karena mata uang tidak ada nilainya lagi.

 

#3 Hilang Kepercayaan dari Pihak Kreditur

Melihat perang yang terjadi sejak Februari lalu, membuat Sri Lanka mencapai titik tertinggi.

Keadaannya benar-benar bangkrut, membuat hilangnya kepercayaan pemberi utang kepada negara satu ini.

 

#4 Terjadi Gelombang Eksodus

Menurut KBBI, gelombang eksodus adalah perbuatan banyak orang meninggalkan kampung halaman atau tempat asal.

Negara yang sudah jatuh akan sangat sulit bangkit apabila talenta dan SDM yang berkualitas meninggalkan negara Sri Lanka secara permanen.

Apalagi mereka yang sudah memutuskan untuk tinggal di negara lain secara permanen.

Lalu apa yang akan terjadi? Dalam proses menuju pemulihan, negara Sri Lanka akan kehilangan kekuatan.

Kecuali, jika ada pihak eksternal bersedia membantu untuk bangkit kembali, dan masyarakat harus patuh serta tunduk atas semua hukum yang berlaku.

Meski terdengar sulit, namun Sri Lanka bisa segera pulih jika negara ini menginginkan titik perubahan balik arah positif segera.

 

#5 Hancurnya Sistem Politik Pemerintahan

Bukan hanya kepercayaan dari pihak kreditur, namun kehilangan kepercayaan masyarakat juga bermasalah. 

Konflik di seluruh lapisan masyarakat memberi pengaruh besar terhadap keputusan birokrasi pemerintahan yang akan dibentuk kembali.

Dalam proses bangkit, Sri Lanka sebaiknya menata ulang sistem politik dan perekonomiannya dengan dukungan masyarakat.

Sayangnya pemerintah Sri Lanka sudah meninggalkan negara dan memilih untuk melepas tanggung jawab dari perannya sebagai pemerintah.

 

Keadaan Sri Lanka Makin Memburuk

Seperti yang kita ketahui, masyarakat Sri Lanka pun menggelar protes menuntut pemerintah serta Perdana Menteri setempat.

Kediaman mereka bahkan sudah diserbu masyarakat akibat sistem pengaturan yang tidak kuat. Beberapa kondisi ini pun membuat Sri Lanka makin terpuruk:

 

#1 Presiden Kabur

Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, berhasil meninggalkan Sri Lanka bersama dengan istri dan pengawalnya. 

Awalnya, Gotabaya berencana meninggalkan Sri Lanka lewat jalur laut. Beliau melibatkan pihak militer dalam pengambilan keputusan.

Salah satu pejabat Kementerian Pertahanan Sri Lanka mengatakan, bahwa Gotabaya akan pergi ke Dubai lewat dari Maldives atau India.

Keluarga memesan tiket maskapai Sri Lanka menuju Dubai pada pukul 18.25 waktu setempat. Sayangnya upaya sang presiden tidak semulus itu.

Bersama dengan istri dan adiknya yang merupakan mantan Menteri Keuangan, mereka sempat dicegat oleh pihak bandara.

Lalu, petugas imigrasi bandara pun menolak memproses paspor mereka jika memaksa mengecap paspor lewat jalur VIP. Seharusnya, tetap mengantre melalui konter publik.

Selain itu, Pemerintah India juga menolak proses pengajuan izin mendarat untuk pesawat militer yang membawa Gotabaya ke sipil tersebut,

Sehingga pemerintah menetap di Maldives (Maladewa) selama beberapa waktu.

Akhirnya, Gotabaya pun mengundurkan diri secara damai sejak tanggal 13 Juli karena rakyat tidak puas dengan kebijakan selama kekuasaannya.

 

#2 Perdagangan Seks

Direktur Eksekutif SUML, Ashila Dandeniya, juga melengkapi situasi Sri Lanka yang memburuk.

Para wanita sudah putus asa menghidupi keluarga, sehingga perdagangan seks berkembang pesat di lokasi bandara.

Tujuannya untuk mendapatkan makanan dan obat-obatan. Sebab, kebanyakan wanita tidak memiliki keterampilan profesional yang bisa mereka lakukan.

 

#3 Kehilangan Pekerjaan

Krisis ekonomi di Sri Lanka membuat masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan.

Mau tidak mau, mereka menerima gaji pokok Rs. 28.000 (Rp1,1 juta) dan maksimum gaji adalah Rs. 35.000 (Rp1,4 juta) dengan bekerja di luar jam kerja.

Meski banyak yang tidak setuju dengan cara ini. Namun, menurut mereka ini satu-satunya cara yang bisa dilakukan.

 

Mengantisipasi Kebangkrutan

Sobat Finansialku, itulah beberapa dampak yang terjadi ketika sebuah negara mengalami bangkrut. Cukup mengerikan, bukan?

Tentu saja kita tidak mengharapkan hal ini terjadi pada negara kita. Tapi, bukan hanya pemerintah yang perlu aware akan kondisi seperti ini.

Kita sebagai masyarakat pun sebaiknya mengambil langkah nyata untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk, mulai dari keuangan diri sendiri.

Sebab, ketidakstabilan kondisi keuangan bukan tidak mungkin terjadi pada kita. Sehingga perlu untuk melakukan pengelolaan keuangan yang tepat, dan membuat strategi-strategi yang matang untuk mencapai tujuan keuangan.

Kamu bisa menggali referensi seputar perencanaan keuangan melalui Perpustakaan Ebook Finansialku.

Atau jika ingin diskusi lebih lanjut bersama ahlinya, kamu bisa konsultasi dengan saya, Valencia, atau Perencana Keuangan Finansialku lainnya dengan klik banner di bawah ini. Yuk, wujudkan keuangan yang lebih baik!

Banner Konsultasi WA - PC
Banner Konsultasi WA - HP

 

Bagaimana pendapat Sobat Finansialku mengenai hal ini? Yuk, kita diskusi di kolom komentar!

Jangan lupa bagikan artikel ini kepada rekan dan kerabat lainnya, semoga bermanfaat. Terima kasih.

 

Editor: Ismyuli Tri Retno