Berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, memutuskan bahwa Suku Bunga Acuan BI naik 50 basis point di angka 5,25 persen. Lantas apa yang melatarbelakangi keputusan ini dan seperti apa dampaknya?

Cari tahu penjelasannya lewat artikel Finansialku satu ini!

 

Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan BI, Sentuh Angka 5,25%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia telah selesai terlaksana. Hasil dari rapat ini memutuskan bahwa pihaknya menaikkan suku bunga acuan BI sebesar 50 basis point ke angka 5,25 persen.

Hal tersebut diumumkan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konfrensi pers virtual.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate sebesar 50 menjadi 5,25%,” ujarnya melansir Cnbcindonesia.com (17/11).

Selain suku bunga acuan, Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 50 basis poin menjadi 4,50 persen dan suku bunga lending facility sebesar 50 basis poin menjadi 6 persen.

Tujuan Kenaikan Suku Bunga BI

Langkah agresif yang Bank Indonesia ambil saat ini sesuai dengan prediksi beberapa pihak.

Berdasarkan catatan yang dihimpun CNBC Indonesia, 14 institusi yang terlibat dalam konsensus, delapan lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 50 basis points (bps).

Sementara 6 lembaga lainnya memperkirakan kenaikan hanya 25 basis point saja.

Bank Indonesia sendiri memiliki alasan terkait keputusan menaikkan suku bunga ini.

Tujuannya tak lain adalah untuk meredam inflasi serta tekanan nilai tukar. Gubernur BI menyatakan bahwa saat ini ekspektasi inflasi masih tinggi meski Indeks Harga Konsumen (IHK) lebih rendah dari prediksi awal.

Tercatat pada Oktober 2022, inflasi menyentuh angka 5,71% secara tahunan. Kendati demikian angka inflasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yakni di angka 5,95%.

Ekspektasi Inflasi 2022 Masih Tinggi

Sementara itu, berdasarkan Consensus Forecast bulan November 2022, menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi di akhir tahun 2022 masih tinggi yakni di angka 5,9 persen secara tahunan (year-on-year).

Meski begitu, ekspektasi tersebut masih lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yakni di angka 6,7 persen.

Dollar AS Menguat dan Ketidakpastian Pasar

Sementara itu, penguatan dollar AS serta tingginya ketidakpastian pasar juga menjadi hal yang dipertimbangkan.

Sebab kedua faktor ini memberikan tekanan pelemahan nilai tukar mata uang dunia, termasuk rupiah.

Tercatat Indeks nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama (DXY) tercatat 106,28 pada 16 November 2022, atau mengalami penguatan mencapai 11,09 persen selama bulan berjalan.

Kondisi Rupiah Saat Ini

Di sisi lain, Pery menegaskan bahwasannya semua pihak untuk melihat pergerakan rupiah bukan hanya secara mingguan, melainkan secara year on year atau tahunan.

Pasalnya pergarakan kondisi rupiah saat ini masih cukup volatile atau masih terus bergerak. Pery memastikan bahwa saat ini bank sentral terus berupaya untuk menjaga stabilitas rupiah.

“Pelemahan nilai tukar dialami hampir seluruh negara dan kenapa dolar sangat kuat? Karena agresifnya kenaikan suku bunga Fed Fund Rate seiring sangat tingginya inflasi di AS, baik faktor suplai dan permintaan sangat kuat dan faktor upah dan kenaikan jasa-jasa,” ujar Pery melansir Beritasatu.com (18/11).

Pertumbuhan Kredit Perbankan Alami Kenaikan

Bank Indonesia juga mencatat bahwa telah terjadi pertumbuhan kredit perbankan yang mencapai angka 11,95 persen secara tahunan pada Oktober 2022. Pertumbuhan tersebut lantaran  adanya peningkatan di seluruh segmen kredit dan seluruh sektor ekonomi.

“Intermediasi perbankan melanjutkan perbaikan dan mendukung pemulihan ekonomi. Pertumbuhan kredit pada Oktober 2022 tercatat sebesar 11,95 persen,” terang Pery, melansir Cnnindonesia.com (17/11).

Dampak Kenaikan Suku Bunga

Lalu, apa dampak dari kenaikan suku bunga yang dilakukan BI ini? Melansir laman cnnindonesia.com, berikut adalah beberapa dampaknya:

 

#1 Biaya KPR dan Pinjaman Usaha yang Membengkak

Dampak yang pertama adalah naiknya biaya KPR dan pinjaman usaha.

Ngurah Mustakawarman, S.T., M.M., CFP®, salah satu Perencana Keuangan Finansialku pun mengatakan hal serupa.

Kenaikan suku bunga menyebabkan kredit menjadi mahal, kemudian berimbas pada biaya KPR yang turut mengalami kenaikan.

Ketika biaya KPR dan pinjaman usaha mengalami kenaikan, akan memengaruhi terhambatnya pertumbuhan sektor riil.

Beberapa yang termasuk ke dalam sektor riil diantaranya adalah industri pengolahan, pertanian, pertambangan, perdagangan, hotel dan restoran, dan lainnya.

 

#2 Berkurangnya Lapangan Kerja

Dampak yang kedua adalah lapangan kerja mengalami penurunan.

Hal ini merupakan salah satu efek domino dari perlambatan sektor-sektor yang terdampak oleh peraturan terbaru BI.

 

#3 Daya Beli Masyarakat Berkurang

Adanya kebijakan terbaru BI ini membuat masyarakat lebih berhati-hati untuk mengeluarkan uang.

Alih-alih, masyarakat lebih memilih untuk menabung ketimbang mengeluarkan uangnya untuk hal-hal yang sifatnya sekunder.

Hingga akhirnya, daya beli masyarakat secara keseluruhan mengalami penurunan.

Ini kemudian berdampak negatif pada perekonomian negara, yang juga mengalami perlambatan ekonomi.

 

#4 Pasar Saham Naik

Dampak terakhir yaitu menimbulkan sentiment negatif untuk pasar modal yang menguat secara perlahan.

Melansir laman money.kompas.com, langkah pengetatan moneter BI ini menekan potensi inflasi yang membuat tingkat daya beli masyarakat menurun.

Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper, mengatakan bahwa ekonomi Indonesia sekarang justru sedang dalam tahap recovery.

“Ekonomi sekarang sudah cukup recovery, tapi yang jadi masalah inflasinya tinggi, jadi itu yang harus ditekan.” Katanya, mengutip laman yang sama, Rabu, (24/08).

[Baca Juga: Investment Outlook: Pasar Global Fluktuatif, Mampukah IHSG Menguat Pekan Ini?]

 

Sektor Apa yang Berpontesi Berikan Keuntungan?

Kenaikan suku bunga ini membuat beberapa sektor usaha di pasar saham berpotensi alami kenaikan.

Ngurah Mustakawarman, S.T., M.M., CFP® mengatakan, beberapa sektor yang berpotensi alami kenaikan adalah perbankan dan energi.

Sejalan dengan Ngurah, William Hartanto, founder WH Project mengatakan bahwa emiten di sektor keuangan berpotensi mendapatkan dampak positif.

“(Sektor keuangan) akan menerima dampak positif dengan kenaikan laba dari kenaikan bunga kredit.” Katanya, mengutip laman money.kompas.com.

 

Sementara itu, secara umum, emiten yang akan mendapatkan dampak negatif dari kenaikan suku bunga ini adalah emiten-emiten yang utangnya besar.

“Emiten yang utangnya besar dan bunganya floating akan terkena dampak.” Kata Ngurah.

 

Tetap Optimis!

Berbagai kondisi yang terjadi belakangan ini merupakan hal yang sama sekali tidak bisa kita control sepenuhnya.

Daripada merasa khawatir berlebihan, sebaiknya kita mengerahkan pikiran dan energi pada hal-hal yang bisa kita kontrol.

Misalnya, menjalani hidup dengan optimis sembari terus melakukan perencanaan keuangan secara rutin.

Kamu bisa memanfaatkan fitur ‘Anggaran’ di Aplikasi Finansialku untuk mengatur keuangan yang lebih terstruktur dan tetap right on the track.

Banner Iklan Fitur Anggaran

 

Aplikasi Finansialku juga membantu kamu untuk mencatat keuangan, merencanakan tujuan keuangan, hingga mengecek kondisi kesehatan keuanganmu.

Semua fitur ini bisa kamu nikmati dalam satu genggaman. Sehingga kamu tidak perlu mengorbankan memori ponselmu lebih banyak untuk capai mimpimu dan mewujudkan keuangan yang lebih baik.

Yuk, download aplikasi Finansialku dengan klik tombol di bawah ini.

Download Aplikasi Finansialku Sekarang!!

Download Aplikasi Finansialku

 

Bagaimana pendapatmu terkait kebijakan yang Bank Indonesia putuskan pada Oktober 2022 ini? Mari kita diskusikan lewat kolom komentar!

 

Editor: Ismyuli Tri Retno

Sumber Referensi:

  • Rully R. Ramli. 25 Agustus 2022. Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan BI ke Pasar Sektor Saham yang Diuntungkan. Money.kompas.com – https://bit.ly/3DngcFo
  • Admin. 21 Oktober 2022. 5 Dampak Kenaikan Suku Bunga BI yang Bikin Beban Hidup Makin Berat. Cnnindonesia.com – https://bit.ly/3Dp2BNS
  • Triyan Pangastuti. 18 November 2022. Perry Warjiyo: Rupiah Masih Kuat, Ojo Dibandingke dengan Negara Lain. Beritasatu.com – http://bit.ly/3XakXdt
  • AYU OCTAVI ANJANI. 18 November 2022. Redam Inflasi dan Tekanan Nilai Tukar, BI Naikkan Bunga Acuan 50 Basis Poin. Kompas.id – http://bit.ly/3Ooh1lq
  • Arrijal Rachman. 17 November 2022. Tok! Suku Bunga Acuan BI Naik 50 bps Jadi 5,25%. Cnbcindonesia.com – http://bit.ly/3Ol1G4T
  • 17 November 2022. BI Catat Pertumbuhan Kredit Perbankan Nyaris 12 Persen per Oktober. Cnnindonesia.com – http://bit.ly/3GpP5vg