Pasca kontestasi Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) serentak pekan ini kurs dollar Amerika Serikat (AS) tercatat terus menguat.

Tak hanya itu, penyebab utama melemahnya rupiah juga diakibatkan oleh sentimen global.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Kurs Dollar AS Terus Alami Penguatan

Dollar AS (Amerika Serikat) terus memperlihatkan taji nya, bisa dibilang pekan ini adalah nilai tertinggi kurs dollar AS, hampir tembus Rp14.400.

Sejumlah ekonom menyebutkan sentimen eksternal merupakan faktor terkuat penyebab kenaikan kurs dollar AS, mulai dari ekspektasi kenaikan bunga acuan The Federal Reserve hingga kekhawatiran perang dagang.

Penguatan dollar ini berimbas pada semakin terpuruknya nilai rupiah, meskipun tak hanya rupiah, sejumlah mata uang negara lain juga ikut terjun akibat kurs dollar yang semakin melambung.

Dollar AS Tembus14.000 02 Dollar dan Rupiah 2 - Finansialku

[Baca Juga: Mengenal Investasi Dollar]

 

Penyebab Menguatnya Kurs Dollar AS

Data Reuters yang dilansir oleh financie.detik.com Jumat, (29/6/18) dollar sudah menyentuh Rp14.314 dan dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) perdagangan pagi tercatat Rp12.277.

Josua Pardede selaku Ekonom Permata Bank menjelaskan penguatan dollar AS terjadi karena sentimen global, ekspektasi kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS hingga sentimen perang dagang antara AS dan China.

Menurut dia, penguatan dollar terus terjadi meskipun sentimen sempat mereda akibat statement yang dikeluarkan pihak White House.

Josua mengungkapkan, Kamis (28/6/2018):

“Sentimen memang mereda tapi dollar juga masih kuat. Tak hanya di Indonesia ini juga terjadi di kawasan Asia, yuan China jadi mata uang yang memimpin pelemahan ini.” 

Dollar AS Tembus14.000 03 Dollar dan Rupiah 3 - Finansialku

[Baca Juga: Fakta atau Mitos – Reksa Dana Dollar di Indonesia]

 

Dia menjelaskan, selain itu dalam satu pekan terakhir juga terjadi peningkatan imbal hasil pada surat utang negara (SUN) ini juga menyebabkan pelemahan terhadap Rupiah.

Josua menambahkan, dollar masih kuat jika dibandingkan dengan mata uang negara berkembang.

Penguatan dollar yang terjadi saat ini menyebabkan pelemahan yang paling dalam terhadap rupiah. Josua menyebut ini harus menjadi concern Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar.

Menurut Josua:

“Jika dilihat BI sudah mengeluarkan statement akan melakukan langkah preventive, untuk menjaga kestabilan rupiah dengan memanfaatkan kenaikan bunga,” 

Dia menjelaskan, pergerakan nilai tukar ini harus terus dipantau karena jika nilai tukar sudah tidak sesuai dengan fundamentalnya maka akan mengganggu stabilitas perekonomian domestik.

Selain rupiah dan mata uang asia lainnya hampir secara global mata uang tekena dampak penguatan dollar Paman Sam.

 

Gratis Download Ebook Panduan Investasi Reksa Dana untuk Pemula

Download Panduan Berinvestasi Reksa Dana untuk Pemula -Finansialku.com

 

Mata Uang Yang Terkena Dampak Kenaikan Dollar AS

Melansir data Reuters, Kamis (28/6/2018), dalam periode dari awal tahun hingga hari ini peso Argentina tercatat turun yang paling dalam yakni 32,13%. Posisi kedua dari paling buncit ada lira (Mata uang Turki) tercatat sudah anjlok 17,75%.

Lalu ada real Brasil yang turun 14,34% dan diikuti oleh rand Afrika Selatan yang turun 10,44%. Sedangkan Rupiah sendiri berada di posisi 11 daru bawah. Rupiah tercatat sudah anjlok 5,71%. Hari ini rupiah sudah tembus di atas level Rp14.300.

Sementara yang tercatat menguat terhadap dollar AS dalam periode yang sama hanya peso Colombia. Tercatat mata uang ini menguat 1,76% terhadap dollar AS. Ringgit Malaysia juga ternyata bernasib lebih baik. Meskipun ringgit Malaysia hanya menguat 0,05%.

Langkah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Reverse Rate dinilai bisa menenangkan gejolak nilai rupiah yang melemah.

Dollar AS Tembus14.000 04 Dollar dan Rupiah 4 - Finansialku

[Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah, BI Dinilai Harus Punya Solusi Lain]

 

Piter Abdullah Redjalam sebagai Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Indonesia mengatakan kenaikan suku bunga hanya menjadi solusi jangka pendek untuk meredam pergerakan dollar AS.

Piter mengatakan bahwa:

“Pasar menunggu kebijakan suku bunga BI yang baru, yang sedang digodok di RDG BI hari ini dan besok.” 

Dia menuturkan faktor eksternal seperti kenaikan suku bunga The Fed serta kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih menjadi faktor pelemahan nilai rupiah, ia juga menjelaskan bahwa:

“Pada kondisi sekarang ini kenaikkan suku bunga memang lebih ditujukan untuk meredam gejolak dengan cara menahan capital outflow.

Sehingga langkah BI menaikkan kembali suku bunga acuan bukan menjadi salah satu langkah meredam pelemahan rupiah. Ia juga mengatakan:

“BI juga harus tetap terus menjaga suplai demand valas, melakukan intervensi sesuai kebutuhan.”

Bank Indonesia (BI) harus terus menjaga agar rupiah tetap stabil dengan melakukan pengetatan moneter.

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Disisi lain Josua Pardede menambahkan, dengan kondisi seperti ini peluang BI untuk meningkatkan suku bunga acuan semakin besar. Dia memprediksi Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps).

Kenaikan ini diharapkan bisa membantu BI untuk menahan tekanan terhadap rupiah. “Kenaikan bunga acuan menjadi 5% dan langkah BI dengan relaksasi makroprudensial diharapkan bisa menjaga stabilitas nilai tukar,” ujarnya.

Ada juga David Sumual, Ekonom dari Bank Central Asia (BCA) yang memproyeksikan pelemahan nilai rupiah bakal berlangsung sampai semester II-2018.

David, Kamis (28/6/18), mengungkapkan:

“Ya ini masih tergantung eksternal, saya bilang mungkin tergantung juga gimana keberlanjutan isu perang dagang, kalau mereda bisa bantu rupiah, lalu isu The Fed yang bagaimana kondisi ekonomi AS, saya perkirakan tekanan berlangsung sampai semester II,”

 

Dia menyebut tren pelemahan nilai rupiah juga masih bisa diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan kembali suku bunga acuannya. Langkah tersebut dianggapnya bisa menahan pelemahan rupiah terlalu dalam. Katanya:

“Ekonomi kita masih tergantung impor, untuk ekspor pun masih butuh impor bahan baku cukup besar, jadi BI menyadari bahwa volatilitas atau pelemahan yang dalam itu karena kita masih bergantung impor, dana asing, jadi dilematis dan untuk mengantisipasi gejolak dengan menaikkan suku bunga.”

Dalam hal ini David Sumual yakin bahwa rupiah tidak akan melemah jauh bahkan sampai Rp16.000 seperti saat krisis 1998.

Saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (28/6/2018), David mengatakan:

“Enggak sih saya bilang.”

Sebelum melemah lebih dalam, David pun yakin bahwa Bank Indonesia (BI) akan melakukan berbagai langkah untuk menenangkan pasar.

Menurut David posisi rupiah saat ini pun menjadi titik yang paling rendah. Hal ini juga membuat para investor menghitung ulang investasinya. Sebab, nilai aset dalam rupiah menjadi lebih murah dan menjadi menarik untuk ajang investasi.

Dollar AS Tembus14.000 05 Dollar - Finansialku

[Baca Juga: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah ke 13.700, Apa Dampaknya Terhadap IHSG?]

 

David mengungkapkan:

“Dan dari sisi fundamental, cadev kita sudah lebih bagus, jadi bisa smoothing.”

Sebagai informasi tambahan, nilai tukar dollar AS terus menguat sejak awal tahun 2018. Dollar AS pada Januari berada di level Rp13.560 dan sempat turun ke Rp13.284. Memasuki Februari, dollar AS kembali menguat ke level Rp13.665 dan sempat turun ke Rp13.555. Dollar AS juga kembali menguat hingga level Rp13.689.

Tren penguatan dollar AS berlanjut di bulan berikutnya. Pada Maret, dollar AS berada di level Rp13.874 dan bergerak tidak terlalu jauh hingga April di level Rp13.770.

Pada Mei, dollar AS semakin perkasa terhadap rupiah. Dollar AS berada di level Rp13.937 hingga menyentuh Rp14.027 dan sempat turun lagi ke Rp13.946.

Pelemahan dollar AS tidak berlangsung lama, mata uang Paman Sam kembali menguat terhadap rupiah ke level Rp14.084 hingga Rp14.213.

Setelah itu, dollar AS perlahan turun cukup dalam ke level Rp13.841 namun selanjutnya terus mengalami penguatan hingga hari ini.

Meski demikian, posisi tersebut masih lebih rendah dibandingkan posisi tertinggi yang sempat tembus Rp14.710 pada 24 September 2015.

 

Terima kasih sudah membaca tulisan ini hingga selesai.

Apakah informasi dalam tulisan ini menambah wawasan dan berguna untuk Anda? Apakah ada teman-teman atau rekan Anda yang membutuhkan informasi ini juga?

Bantu sebarkan artikel ini untuk membantu mereka mendapatkan informasi ini ya.

 

Sumber Referensi:

  • Sylke Febrina Laucereno. 29 Juni 2018. Dollar AS Nyaris Rp14.400, Tertinggi Tahun Ini. Finance.detik.com – https://goo.gl/bT7H2S

 

Sumber Gambar:

  • https://goo.gl/idXMH8
  • https://goo.gl/5gyXUR
  • https://goo.gl/FAaD24
  • https://goo.gl/jjKW7o
  • https://goo.gl/rwExdo