Lagi marak digaungkan, sebenarnya nabung saham ketika kritis itu peluang atau ancaman?

Mari cari tahu kebenarannya di artikel Finansialku di bawah ini.

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

GaleriSaham

 

Nabung Saham Ketika Kritis: Peluang atau Ancaman?

Kamu pasti pernah berada di keadaan di mana baru beberapa bulan mulai nabung saham, ternyata market anjlok parah.

Nah, kalau sedang di keadaan seperti ini, kita biasanya jadi dilema, apakah sebaiknya berhenti menabung dan tunggu sampai market bullish kembali, atau lebih baik lanjut saja?

Dari pertanyaan ini, kita akan memberikan sebuah simulasi berdasarkan pengalaman krisis 2008 dan 2015 dengan menggunakan asumsi kalau perusahaan yang ditabung itu memiliki kriteria:

  • Business modelnya mampu berkembang minimal 5 tahun ke depan
  • Manajemen-nya solid, kredibel, dan memperhatikan pemegang saham minoritas
  • Laporan keuangan dalam 5 tahun terakhir mampu tumbuh konsisten

 

Kita juga akan asumsikan kalau kita sudah membeli saham yang sama sebanyak 24 kali pada periode bearish dan 24 kali pada periode bullish. Anggap saja, kita beli saham 2 kali dalam satu bulan dan tiap periode berjalan 1 tahun.

 

Skenario 1 (Menabung Hanya di Fase Bearish)

Nabung Saham Ketika Kritis skenario 1

 

Nabung saham itu penting dilakukan dalam kondisi bearish karena kamu bisa mendapatkan lembar saham lebih banyak dari kondisi normal.

Dengan kamu membelinya secara konsisten di fase bearish, maka average kamu berada di level Rp 1505 dengan dana terpakai Rp 24 juta. Itu artinya kamu akan memiliki kurang lebih 15900 lembar atau 159 lot.

Jika misalnya harga akhir periode ada di level 1600, maka kamu bisa menikmati keuntungan 94,6 per lembar saham yang dimiliki.

Sementara nilai pasar kamu akan ada di Rp 25,5 juta. Belum banyak untung, tapi lembar sahamnya menjadi banyak, ‘kan?

Jika asumsi dividen dibagikan Rp 125 per lembar saham, maka kamu sudah mendapatkan penghasilan pasif hampir Rp 2 juta (Rp 125 x 159 lot) untuk tahun pertama investasi.

Tapi, jika kamu stop membeli ketika fase bullish dimulai dan harga akhirnya mencapai 5000 di akhir periode bullish, maka nilai saham kamu akan menjadi Rp 79,5 juta (Rp 5000 x 159 lot).

Jika asumsi dividen dibagikan sama yakni Rp 125 per lembar saham, maka kamu akan mendapatkan pendapatan pasif yang sama, yaitu hampir Rp 2 juta (Rp 125 x 159 lot) untuk tahun kedua investasi kamu.

 

Skenario 2 (Menabung di Fase Bearish dan Bullish)

Nabung Saham Ketika Kritis skenario 2

 

Kemudian, bagaimana jadinya kalau kamu disiplin menabung saham baik ketika bearish maupun bullish?

Ketika di fase bullish, kamu tentu akan mengeluarkan dana senilai Rp 24 juta juga. Dengan demikian, average belimu ada di Rp 2.781 per lembar dengan total lembar yang kamu miliki adalah kurang lebih 8600 atau 86 lot.

Kamu tentu mendapatkan jumlah lebih sedikit daripada ketika nabung di fase bearish karena harga cenderung naik dari waktu ke waktu.

Dengan menjumlahkan total saham yang kamu beli 159 lot di fase bearish dan 86 di fase bullish, maka kamu akan memiliki 245 lot dengan average price total di 1.953 per lembar saham.

Dengan demikian nilai pasar saham kamu menjadi Rp 122,5 juta (Rp 5000 x 245 lot) di mana artinya kamu akan menikmati keuntungan sebesar kurang lebih Rp 74.5 juta ((Rp 5000 – Rp 1953) x 245 lot).

Jika dividen dibagikan asumsinya sama di 125 per lembar, maka kamu akan mendapatkan dividen sebesar Rp 3,1 juta untuk tahun kedua investasi kamu.

 

banner_jangan_asal,_ketahui_ini_dulu_sebelum_investasi_saham

 

Kesimpulan

Jadi, dengan tetap konsisten menabung saham dalam kondisi apapun, kamu berpotensi memiliki saham dengan jumlah lebih banyak karena harga yang menurun, potensi capital gain lebih besar dan dividen yang lebih besar pula.

Bayangkan jika nanti harga bisa sampai menyentuh Rp 10.000 dan dividen bisa terus tumbuh hingga 300 per lembar, maka kamu akan dapat 2 keuntungan jangka panjang sekaligus yaitu: capital gain dan dividen.

 

Apakah kamu punya pertanyaan terkait topik ini? Yuk, tuliskan di kolom komentar!

Kamu juga bisa membagikan informasi ini lewat pilihan platform yang tersedia di bawah ini. Terima kasih!

 

Artikel ini merupakan hasil kerja sama Finansialku.com dengan Galerisaham.com. Isi dan data yang tertera pada artikel ini merupakan tanggung jawab Galerisaham.com

 

 

Sumber Referensi:

 

Sumber Gambar:

  • https://bit.ly/3pVoSsH