Cerita Ramadan: Sampah adalah berkah bagiku adalah cerita seorang pria pemulung yang mencari rezeki dari gundukan sampah, namun ia tetap bersyukur dan dapat mengajarkan anak-anaknya untuk tidak mengeluh.

 

Sampah Adalah Berkah Bagiku

Bau tak sedap sudah biasa kuhirup setiap hari. Mengais rezeki dari gundukan sampah, itulah yang kulakukan.

Ya…Aku, Yayat, seorang pemulung sampah.

Kurang lebih 35 tahun aku menyibukkan diri dengan mengumpulkan barang-barang yang kupilih dan kupilah dari tempat sampah.

Tutup botol, plastik, kardus, bahkan sampah-sampah elektronik tak akan kubiarkan begitu saja tergeletak dan menumpuk di tempat sampah.

Setiap harinya aku berkeliling ke beberapa tempat pembuangan sampah umum dan mengumpulkan barang-barang yang biasanya dibuang oleh masyarakat.

Setelah kudapatkan, biasanya anak-anak dan istriku di rumah akan membersihkan dan memilahnya sesuai dengan jenis dari setiap sampah itu.

Berbicara soal keluargaku, aku sudah menikah kurang lebih 15 tahun dan istriku di rumah menolongku untuk memilah sampah yang kudapatkan seharian bersama dengan ketiga anakku setelah mereka pulang sekolah.

 

Ketiga anakku semuanya masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan aku bersyukur karena mereka bisa bersekolah karena bantuan dana dari pemerintah.

Mereka biasa membantuku untuk memilah sampah yang telah kudapatkan, bersama dengan istriku di rumah.

“Senang bisa kumpul keluarga waktu lagi milih-milih sampah.”

Kalau ditanya soal penghasilan sehari, yang penting bisa untuk makan anak istri dan tidak kelaparan.  

“Ya… tergantung dari berapa kilo-nya..”

 

Sampah koran yang kudapatkan biasa dihargai sekitar tiga ribu lima ratus hingga empat ribu Rupiah tiap kilonya.

Untuk jenis sampah yang ku kumpulkan dan dihargai cukup mahal adalah seperti tembaga pada kabel-kabel bekas dan juga besi.

“Itu baru lumayan harganya…”

Jika ditanya mengenai harapanku untuk anak-anakku, aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka.

Itulah sebabnya aku meminta mereka untuk sekolah, apalagi pemerintah memberi fasilitas untuk bisa sekolah gratis, meski aku masih harus membelikan alat-alat tulis dan beberapa perlengkapan kebutuhan sekolah untuk mereka.

Mengenai istriku, kuminta dia untuk tetap di rumah dan melakukan pekerjaan di rumah.

Aku hanya ingin menjadi tulang punggung yang bertanggung jawab untuk keluargaku, walau seringkali istriku tak mau membiarkan aku bekerja sendiri dan ia berinisiatif untuk menolongku untuk memilah sampah di rumah dibantu ketiga anakku.

Di bulan Ramadan ini adalah tahun pertama untuk anakku yang ketiga belajar untuk berpuasa. Saat ini dia duduk di bangku kelas 2 SD dan aku mau ia bisa belajar dariku yang setiap tahunnya berusaha untuk tidak bolong menunaikan ibadah puasa.

Aku senang dia mau berusaha untuk menahan haus dan lapar hingga maghrib tiba, meski beberapa hari lalu anak bungsuku itu mengatakan bahwa ia hanya kuat sampai setengah hari.

 Tapi itu pencapaian yang baik menurutku karena dia masih kecil dan ini tahun pertamanya untuk belajar berpuasa.

728x90 hitung sekarang Rencanakan Keuangan
300x250 - Hitung Sekarang Rencanakan Keuangan

 

Kalau kedua kakaknya yang duduk di bangku kelas 6 SD dan 5 SD, mereka sudah bisa berpuasa penuh.

Terkadang memang mengeluh padaku tapi aku memberi semangat pada mereka dan tak jarang aku memberi janji pada mereka akan membelikan es krim jika mereka berhasil untuk berpuasa selama satu hari penuh hingga bedug terdengar pada sore hari.

Ini pun jadi harapanku bagi mereka untuk bisa menjadi muslim yang taat pada perintah agama, menunaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh, bahkan sejak mereka masih kecil.

 

Semoga cerita di atas bisa membuat kita semua belajar agar lebih bersyukur terhadap apa yang kita miliki ya..

Jika cerita di atas menginspirasi Anda, jangan lupa bagikan kepada teman dan kerabat Anda, semoga bermanfaat, terima kasih.

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Free Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 30 an

Perencanaan Keuangan Untuk Usia 30 an - Finansialku Mock Up