Rilis pada November 2010, Path sempat menjadi aplikasi media sosial favorit kaum milenial. Tapi, roda kehidupan terus berputar, persaingan platform sosial media semakin kompetitif, hingga akhirnya Path dilupakan.

 

Rubrik Finansialku Rubrik Finansialku and News

 

Penyebab Path Tutup

Path sebagai salah satu platform media sosial secara resmi menyatakan layanannya akan segera dihentikan dalam waktu dekat.

Pernyataan ini disampaikan Path melalui laman juga akun resmi Twitter miliknya, “The Last Good Bye!”

Ketika kabar tutup beredar, Path malah kembali diperbincangkan oleh orang banyak. Banyak sekali warganet yang mengunggah screenshoot kenangan mereka di Path. Entah apa motivasinya, yang jelas ini sedang happening.

Di Instagram, Insta story warganet dipenuhi dengan nostalgia saat mereka aktif menggunakan Path.

Sepak Terjang Path Dari Aplikasi Idaman Hingga Terlupakan 3 Finansialku

[Baca Juga: Manfaat Penggunaan Media Sosial untuk Karier Anda]

 

Tak hanya itu, warganet pun beramai-ramai mengucapkan terima kasih melalui tagar #TerimakasihPath di Twitter.

Animo itu terbilang besar hingga tagar tersebut menduduki posisi pertama trending topic Twitter Indonesia.

Lalu, apa penyebabnya Path tutup? Salah satu pengamat media sosial Nukman Luthfie, menyebut tutupnya Path adalah buah hasil dari kesalahan Path di masa lalu.

Nukman menilai Path seolah mengingkari konsep, seperti dilansir oleh Tribunews.com, Senin (17/9/18):

“Kesalahan dia mengingkari konsepnya sendiri.”

 

Path menambah kuota lingkar pertemanan yang semula hanya sejumlah 150 menjadi 500 akun.

Penambahan ini dikarenakan adanya tekanan dari pengguna Indonesia untuk memperbesar kuota pertemanan.

Wajar saja, karena pengguna Path terbesar ada di Indonesia. Padahal, diferensiasi itulah yang membuat banyak pengguna media sosial, khususnya di Indonesia, beralih meninggalkan Twitter dan Facebook menuju Path.

Path dianggap lebih personal sehingga seseorang dapat berbagi dan mengutarakan apa saja tanpa merasa khawatir dibaca orang lain yang tidak begitu dikenalnya. Sebab, unggahan di Path hanya dilihat oleh orang-orang terdekatnya.

Selain itu, Path tidak mengeluarkan inovasi apa pun saat beberapa pesaing mulai muncul, seperti Snapchat dan Instagram yang memiliki berbagai fitur baru dan segar.

“Dia enggak ada fitur tambahan untuk mengantisipasi datangnya Snapchat dan berkembangnya Instagram. Apalagi Instagram sudah semakin seperti Snapchat, kan. Ya sudah, susah.”

 

Jadi bukan hal yang aneh ketika sekarang keberadaannya mulai ditinggalkan. Path tidak lagi memiliki keunggulan jika disandingkan dengan media sosial lainnya. Nukman menambahkan:

“Keunggulan utama Path itu kan 150 teman akrab, itu saja.”

 

Namun, hal itu sudah tidak ada lagi. Nukman menyebut, tutupnya Path murni karena aplikasi itu sudah ditinggalkan para penggunanya.

“Ini sudah enggak ekonomis lagi. Sudah enggak sanggup lagi.”

 

Di awal kehadirannya, Path hadir dengan menawarkan diferensiasi yang menarik. Posisinya sebagai sebuah media sosial yang bersifat sangat personal berbeda dengan para pesaingnya saat itu, Facebook dan Twitter.

Hal itu didasari pada sebuah teori psikologi yang menyatakan seorang individu hanya bisa berteman dekat dengan sejumlah orang yang terbatas, yakni maksimal 150 orang.

Path hadir dan menjadi jawaban atas kelemahan Facebook yang batasan pertemanannya begitu longgar.

Sebuah akun di Facebook bisa memiliki teman hingga 5.000 akun. Padahal, hanya segelintir kecil akun yang dikenali dengan baik.

“Ketika Path datang itu disambut meriah, karena orang butuh bebas bicara, bebas ngobrol hanya dengan 150 orang tanpa mengganggu yang lain.”

 

Free Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Umur 20 an

Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 20 an Perencana Keuangan Independen Finansialku 

 

Nasib Data Pengguna Path

Ketika Path tutup lalu bagaimana dengan data penggunanya?

Data-data pengguna seperti teks, gambar, video, dan unggahan lain bisa diambil pengguna sebelum mereka benar-benar mematikan layanan.

Karena kemungkinan besar saat layanan resmi ditutup, data para pengguna akan dihilangkan secara permanen.

Ternyata tidak hanya Path, sudah cukup banyak layanan media sosial yang mati. Misalnya Picasa, Orkut, hingga Friendster.

Layanan-layanan internet yang mati, sebelum kematian datang, sangat umum meminta penggunanya mengambil data-data mereka.

Iklan Banner Online Course Yuk Buat Sendiri Rencana Keuangan Anda - Finansialku 728 x 90

Iklan Banner Online Course Yuk Buat Sendiri Rencana Keuangan Anda - Finansialku 336 x 280

Pengguna Orkut, media sosial pertama yang diusahakan Google telah ditutup pada 30 September 2014.

Pengguna bisa mengunduh data-data mereka yang telah diunggah melalui laman yang disediakan.

Bagi unggahan berlabel “diskusi publik,” pengguna masih bisa membacanya melalui laman Archive yang dibuat Google.

Media sosial lainnya, Friendster, media sosial yang sempat populer pada masa lalu pun akhirnya disuntik mati pada 31 Mei 2011.

Sebelum kematiannya terjadi, pengguna pun bisa mengunduh data mereka melalui laman yang disediakan.

Friendster menyediakan alat bernama “Download your Profile” yang berguna memudahkan pengguna Friendster mengunduh teks, foto, dan video yang dibungkus dalam format zip.

Sepak Terjang Path Dari Aplikasi Idaman Hingga Terlupakan 2 Finansialku

[Baca Juga: Ayo Manfaatkan Media Sosial untuk Pelayanan Konsumen yang Lebih Baik]

 

Seperti dikutip dari Tirto.id, Selasa (18/9/18) General Data Protection Regulation (Regulation EU 2016/679) yang diberlakukan di Eropa mengatur bahwa pengguna media sosial dapat mengunduh data pada layanan internet yang hendak mati sesuai dengan aturan. Paling tidak, ada dua sub-aturan yang memerintahkan penyedia layanan memberi kesempatan ini, yakni “right to access” dan “data portability.”

Pada “right to be access” data yang diunggah pada suatu layanan internet, secara esensial, tetaplah data milik pengguna, milik individu. Pengguna harus memiliki hak untuk mengakses, bahkan ketika layanan hendak mati.

Pada “data portability” merupakan perintah otoritas untuk membuat data-data yang pengguna unggah ke suatu layanan, bisa “dibawa pulang” kembali dengan mudah. Bahkan, bisa ditransfer ke penyedia layanan lain.

 

Respon Menkominfo Terhadap Tutupnya Path

Seperti dilansir oleh Detik.com, Senin (17/9/18), Menkominfo Rudiantara berpendapat bahwa apa yang terjadi oleh Path saat ini merupakan hal wajar di era digital, terkait kian sengitnya kompetisi media sosial.

“Ya namanya bisnis, kompetisi. Kalau sudah nyerah, ya sudah. Gitu kan.”

 

Rudiantara pun menambahkan “Path kan tadinya di luar negeri. Terus dipindahkan ke Indonesia karena melihat pasarnya di Indonesia. Tapi, memerlukan komitmen mengembangkan platform-nya berdasarkan user requirement.”

 

Apa pendapat Anda tentang tutupnya Path? Silakan utarakan di kolom komentar!

 

Sumber Referensi:

  • Fatimah. 17 September 2018. Penyebab Path Gagal Berkembang, Bangkrut, dan Akhirnya Tutup. Tribunnews.com – https://goo.gl/wgJQSE
  • Agus Tri Haryanto. 17 September 2018. Path Tutup, Menkominfo: Kalau Nyerah, Ya Sudah. Detik.com – https://goo.gl/qcJN4D
  • Ahmad Zaenudin. 18 September 2018. Path Tutup, Bagaimana Nasib Data Penggunanya? Tirto.id – https://goo.gl/rZ7PF3

 

Sumber Gambar:

  • Aplikasi Path – https://goo.gl/NQ7C6X
  • Friendster – https://goo.gl/L3DsCh
  • IG Story – https://goo.gl/x1eYji