SoftBank mundur dan batal suntikan dana sebesar 100 miliar AS atau Rp 1,4 triliun. Lantas, apa penyebabnya?

 

SoftBank Mundur Dari Proyek IKN

Setelah mengumumkan pemindahan ibu kota pada 2019, Presiden Joko Widodo menunjuk CEO SoftBank Masayoshi Son sebagai anggota komite pengarah proyek tersebut.

Lalu, melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa SoftBank berminat menyuntikkan dana US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.430 triliun untuk proyek IKN.

Bahkan, Luhut menyebut itu sebagai hal yang too good to be true. Namun, perkembangan terkini, ternyata SoftBank batal berinvestasi.

Sebagai informasi, Softbank adalah perusahaan modal ventura asal Jepang. Mereka adalah investor utama di Indonesia dengan saham di sejumlah perusahaan, seperti GoTo dan Grab.

Lalu pada Jumat, melansir dari CNBC Indonesia, SoftBank Group dipastikan batal berinvestasi di proyek ibu kota baru Indonesia, Kalimantan Timur. Mundurnya SoftBank Group disampaikan pada Jumat (11/3/2022).

SoftBank Group mengonfirmasi bahwa mereka tidak berinvestasi dalam proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) “Nusantara”. 

“Kami tidak berinvestasi dalam proyek ini, tetapi kami terus berinvestasi di Indonesia melalui perusahaan portofolio SoftBank Vision Fund,” kata SoftBank dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Nikkei Asia, pada Jumat (11/3/2022).

 

Vision Fund baru-baru ini juga berinvestasi di Funding Societies yang berbasis di Singapura.

Funding Societies adalah sebuah usaha yang mengoperasikan layanan pinjaman digital di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Mereka tidak menjelaskan secara rinci keputusan untuk membatalkan penanaman modal di ibu kota Nusantara. Namun SoftBank memastikan akan tetap berkomitmen dan mendukung pengembangan perusahaan rintisan di Indonesia.

 

Apa Penyebabnya?

Center of Economic and Law Studies atau Celios menilai bahwa ada beberapa faktor, di antaranya dinamika politik di Indonesia.

Seperti, adanya wacana perpanjangan masa jabatan Joko Widodo (Jokowi) 3 periode serta kondisi ekonomi seperti kenaikan inflasi memengaruhi batalnya investasi SoftBank Group di proyek ibu kota negara (IKN) Nusantara. 

Jika dilihat perjalanan SoftBank sebelumnya, SoftBank memiliki masalah keuangan internal, bahkan sebelum pandemi Covid-19. Kerugian Softbank dari WeWork pada 2020 dan Alibaba pada 2021 belum bisa tergantikan hingga saat ini.

Ketidakpastian inilah yang menjadi faktor besar yang menyebabkan batalnya investasi SoftBank di IKN.

Risiko politik dari wacana perpanjangan masa jabatan presiden Jokowi menjadi tiga periode atau penundaan pemilihan umum membuat iklim investasi Indonesia menjadi buruk.

[Baca Juga: Sri Mulyani Optimalisasi Aset dari Sukuk Negara Bangun Ibu Kota Baru]

 

Risiko inflasi yang tinggi di negara-negara maju hingga kawasan Asia akan membuat biaya pembangunan IKN naik signifikan. Biaya besi baja dan barang material konstruksi lainnya akan mengalami kenaikan, imbas dari terganggunya rantai pasok global.

Ketegangan pada sebulan terakhir ini, Serangan Rusia ke Ukraina menambah deretan ketidakpastian global. Investor sekelas SoftBank tentu akan lebih berhati-hati dalam menentukan keputusan di tengah kondisi seperti saat ini.

 

Kelanjutan Pendanaan Untuk IKN

Ketua Tim Komunikasi IKN, Sidik Pramono mengungkapkan, pembiayaan pembangunan IKN tetap pada niat awal, yakni seminimal mungkin menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pendanaan tersebut bisa berasal dari sektor swasta (private sectors) maupun pendanaan kreatif lainnya.

Pendanaan dari pihak luar sejauh ini masih dalam tahap awal yang realisasinya masih akan dibicarakan lebih lanjut bersama pemerintah.

Komitmen pihak di luar pemerintah terkait pembiayaan, sejauh ini masih dalam tahap awal.

Untuk selanjutnya, pemerintah masih mencari Investor lainnya untuk IKN. Pemerintah masih membuka peluang dan berupaya menjalin kerja sama dengan pihak swasta atau investor melalui skema pendanaan lainnya

Salah satunya dari Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman tertarik untuk bekerjasama dalam beberapa proyek, antara lain pembangunan ibu kota negara (IKN), suplai minyak mentah untuk petrokimia, hingga mangrove dan terumbu karang.

“Mereka juga masuk dalam sovereign wealth fund kita. Jadi PIF (The Public Investment Fund) mereka akan masuk di berbagai macam proyek. Presiden sudah memutuskan, tadi membentuk seperti task force untuk itu,” kata Luhut.

 

Nantinya, tim tersebut akan langsung bekerja dan berkomunikasi dengan pihak Arab Saudi. Tim tersebut akan berangkat kembali ke Riyadh untuk melakukan perundingan-perundingan teknis dengan pihak Riyadh.

Diharapkan satu hingga dua minggu setelah perundingan tersebut, pihak Riyadh akan datang ke Indonesia untuk membicarakan teknis setiap proyek dan melihat potensi proyeknya.

 

Setelah membaca informasi di atas, apakah Sobat Finansialku tertarik untuk melakukan investasi juga? Baik itu investasi saham, reksa dana, emas, atau instrumen lainnya?

Tapi sebelum mulai investasi, yuk konsultasikan terlebih dulu pada Perencana Keuangan untuk dapatkan rekomendasi investasi yang tepat sesuai dengan kondisi keuangan Anda.

Hubungi Perencana Keuangan Finansialku di aplikasi Finansialku atau WhatsApp di nomor 0851 5866 2940.

Banner Iklan Konsultasi via Apps - PC
Banner Iklan Konsultasi Apps - HP

 

Bagaimana pendapat Anda mengenai informasi di atas? Yuk, tulis opini dan pertanyaan Anda di kolom komentar di bawah ini!

 

Source Referensi:

  • Kontan.co.id
  • Market.bisnis.com
  • CNBC Indonesia
  • IPOT news
  • Tradingviews
  • Investing.com