Apakah Anda melihat uang dengan emosi atau logika? Finansialku ingin membahas apakah Anda melihat uang dengan logika atau emosi?
Rubrik Finansialku
Apakah Anda Membelanjakan Uang dengan Logika atau Emosi?
Kita semua adalah manusia yang hidup dengan banyak pilihan, apakah ingin memilih membeli ini atau membeli itu. Mayoritas piihan kita saat membelanjakan uang diputuskan berdasarkan logika atau emosi.
- Pernahkah Anda menggebu – gebu membeli smartphone terbaru karena ingin sekali memiliki?
- Pernahkah Anda menawar habis-habisan smartphone? Tetapi Anda tidak menolak untuk tawaran anti gores, sarung handphone dan aksesoris lainnya?
- Pernahkah Anda ngirit untuk makanan, tetapi boros untuk segelas kopi?
- Pernahkah Anda ngirit untuk makan, demi rokok?
- Pernahkah Anda membeli barang mahal, agar terlihat mewah di mata orang lain?
[Ikuti Quiz: Sudah Benarkah Cara Mengelola Keuangan?]
Jadi bagaimana dengan perencanaan keuangan? Pada dasarnya membelanjakan uang dengan logika atau emosi adalah pilihan. Tetapi ingat semua pilihan selalu ada konsekuensinya. Beberapa contoh:
Logika atau Emosi saat Melunasi Utang
Ada banyak strategi untuk melunasi utang, salah satunya strategi Snowball yang digagas oleh Dave Ramsey. Dave adalah seorang pakar dibidang keuangan yang mengatakan sebaiknya melunasi utang-utang yang jumlahnya kecil terlebih dahulu.
[Baca Juga: Trik Melunasi Utang Keluarga]
Secara logika keputusan tersebut kurang oke, idealnya lunasi utang dengan bunga yang paling tinggi terlebih dahulu, betul? Ternyata dibalik teori Dave, ada hasil riset yang mengatakan mayoritas orang di dunia, ingin segera melihat hasil. Dibandingkan dengan melunasi utang yang besar tapi lama, lebih baik lunasi utang-utang kecil dalam waktu yang singkat. Setelah itu lanjut ke utang berikutnya hingga bebas dari jeratan utang.
Logika atau Emosi saat Mewujudkan Tujuan Keuangan
Berdasarkan pengalaman sebagai perencana keuangan, ternyata logika atau emosi banyak mengambil alih saat mewujudkan tujuan keuangan. Kebanyakan orang merasa “naik kelas” kalau orang tersebut sudah bisa membeli rumah (DP dan cicilan dapat terpenuhi). Permasalahan membeli rumah sekarang ini cukup sulit, apalagi untuk sarjana-sarjana yang baru masuk ke dunia kerja. Belum tentu kerja 5 tahun dapat membeli rumah.
[Baca Juga: Membeli Rumah Pertama Setelah Menikah]
Sebenarnya apa pun rencana keuangannya (termasuk membeli rumah), kapan pun waktunya dan berapa pun biayanya dapat direncanakan dan diwujudkan. Masalahnya ada dua:
- Apakah Anda mau?
- Apakah Anda tahu caranya?
Logika atau Emosi saat Berinvestasi
Bagaimana cara orang mendapat keuntungan saat berinvestasi? Jawabannya ada tiga kondisi:
- Beli di harga rendah, jual di harga tinggi.
- Beli di harga tinggi, jual di harga yang lebih tinggi.
- Jual di harga tinggi, beli di harga murah (short selling).
Logikanya ada tiga cara itu dibantu dengan analisis teknikal atau fundamental. Permasalahan dalam investasi adalah melawan diri sendiri. Kata Om Warren Buffet (investor dunia)
English
If You can’t control your emotions, You can’t control your money.
Warren Buffet
Bahasa Indonesia
Jika Anda tidak dapat mengontrol emosi, Anda tidak dapat mengontrol uang.
Warren Buffet
Dalam prakteknya banyak orang gagal atau rugi besar dalam investasi, bukan karena investasi itu judi. Kegagalan yang terjadi karena kebanyakan orang tidak dapat mengontrol emosinya.
Logika atau Emosi saat Membeli Asuransi
Terkadang keputusan saat membeli asuransi adalah hasil dari pertarungan antara logika atau emosi. Disadari atau tidak fakta yang ada terkesan lucu:
- Tahukah Anda lebih dari 50% orang Indonesia merasa rugi jika membeli asuransi jiwa kalau tanpa disertai investasi di dalamnya.
- Fakta membuktikan banyak orang Indonesia yang mengasuransikan kendaraannya, tetapi tidak mengasuransikan kesehatan dirinya.
[Baca Juga: Hal yang wajib Anda Ketahui Sebelum Mengajukan KPR]
Asuransi adalah bagian dari perencanaan keuangan yang cukup penting. Dengan membeli produk asuransi, sejatinya kita sudah mentransfer atau memindahkan potensi risiko kepada perusahaan asuransi. Sebaiknya ketika membeli produk-produk keuangan (kartu kredit, KTA, KPR, tabungan, deposito, reksa dana, saham) lakukan perbandingan terlebih dahulu. Tidak ada ruginya membandingkan antara toko satu dan lainnya.
Logika atau Emosi saat Mengelola Keuangan
Pertanyaan terkahir dan sebagai penutup, pada saat mengelola keuangan, seringkali ada pertarungan antara logika dan emosi. Banyak klien Finansialku yang pada awalnya membeli barang hanya untuk memenuhi emosi. Sebenarnya tidak hanya orang Indonesia, bahkan orang-orang di dunia juga melakukan perbuatan yang sama. Agar Anda dapat mengelola keuangan dengan lebih sehat, obatnya adalah buat anggaran dan catat keuangan keluarga Anda
Jadi Anda termasuk orang yang melihat uang secara logika atau emosi?
Sumber Gambar
- Mindset – http://goo.gl/uH1h0T
Leave A Comment