Menjalani bisnis bongkar muat barang, bagaimana kinerja dan prospek PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) memasuki new normal ini?

 

Analisis Fundamental

Menjalani lini bisnis bongkar muat barang dari dan ke kapal, IPCC yang diketahui telah berhasil masuk ke dalam papan utama Bursa per Mei 2020 lalu, bisa dikatakan memegang hak monopoli sebagai TPS kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok.

Namun demikian emiten ini tidak bisa menahan efek negatif pandemi Covid-19. Diketahui sejak Januari hingga Mei 2020 pengiriman dan penanganan kargo mengalami penurunan tajam.

Bisnis yang sangat bergantung pada otomotif dan pengiriman alat berat ini mengalami pengurangan selama PSBB sehingga kinerja operasional maupun keuangan menurun.

Namun aktivitas bongkar muat dan alat berat masih didominasi dengan peningkatan di terminal domestik, sementara untuk impor tercatat turun 40,6% dari periode yang sama tahun lalu dan impor alat berat melemah 83,43%.

Kinerja domestik yang masih terjaga saat ini menjadi penopang bagi kinerja perseroan.

Analisis Saham_ Prospek PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) 02

[Baca Juga: IHSG Hari Ini 11 November 2020 Dibuka Menguat di 5.475,565]

 

Kinerja Keuangan PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC)

Untuk kinerja keuangan IPCC di 2020, fundamentalnya menunjukkan nilai yang menurun dibanding revenue dan net profit-nya di 2019. Saat pandemi Covid-19 membawa dampak negatif untuk perseroan karena penurunan aktivitas.

Revenue IPCC

Source: Rivan Kurniawan

 

Dari laporan keuangan perseroan per kuartal II-2020 IPCC (idx.co.id), kinerja keuangan PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) di 2020 ini mengalami penurunan Laba Bersih yang membukukan pendapatan Rp 175,6 miliar.

Pendapatan menurun karena imbas PSBB, jumlah impor kendaraan CBU yang melalui IPCC mencapai 22.337 unit hingga Agustus 2020 atau turun 56,86% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebanyak 51.782 unit.

Rendahnya ekspor diperkirakan karena penurunan permintaan kendaraan CBU di negara tujuan antara lain Filipina, Vietnam, Arab Saudi, dan Meksiko.

Selain itu, rendahnya kontribusi dari pendapatan kargo alat berat dan spare parts di Terminal Internasional menjadi alasan lain menurunnya permintaan kendaraan.

Untuk melihat apakah saham ini tergolong mahal/murah, kita bisa melihat valuasi Price Book Value (PBV)-nya yang ada di 0,6x, yang tergolong undervalued dalam industri ini.

Untuk Price to Earning Ratio IPCC ada di -1450. Untuk Return on Equity IPCC pada 2019 ada di 13%, turun dari 2017, yang artinya di tahun ini IPCC tidak efisien dalam mengelola asset dan liabilities-nya untuk mendapatkan profit.

PBV IPCC

Source: Rivan Kurniawan

PER n ROE

Source: Rivan Kurniawan

 

Jika melihat aset IPCC selama 3 tahun terakhir, di 2020 IPCC mencatatkan aset lebih dari 20%, berasal dari Piutang yang naik hingga 293% dari pihak ketiga lalu dari pihak berelasi hingga 1065% atas kerjasama dengan PT Pelindo II dan PT IPC-TPK.

Lalu uang muka yang naik 158%, yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasional yang belum jatuh tempo dan dipertanggungjawabkan, serta pajak dibayar di muka yang naik hingga 69%, per Juni 2020 IPCC membukukan Aset Lancar Rp 650 miliar dan Aset tidak Lancar Rp 1,2 triliun

Aset IPCC

Source: Rivan Kurniawan

 

Untuk kondisi Liabilitas, IPCC mengalami kenaikan hingga 344% menjadi Rp 852 miliar karena Utang Pajak yang naik 113,97%.

Hal ini terjadi karena kenaikan atas utang pajak tahun berjalan, lalu efek implementasi PSAK 73 membuat utang jangka panjang naik hingga 100%, lalu sisanya Beban Akrual yang naik 35,63%.

Untuk dividen di 2020 ini, IPCC tidak membagikan dividen.

liabilitas IPCC

Source: Rivan Kurniawan

 

Pendapatan dari segmen Pelayanan Jasa Terminal dan Jasa Barang menyumbang 98,76% terhadap total pendapatan Rp 175 miliar.

Untuk menjaga laba perseroan, IPCC akan melakukan penugasan yang efektif di seluruh terminal, sehingga semua kapal yang bersandar terlayani sesuai jadwal kedatangan.

Consolidated financial statements as of June 30, 2020

Informasi Segmen: Consolidated financial statements as of June 30, 2020

 

Analisis Teknikal PT Indonesia Kendaraan Terminal

Hingga penutupan market Sesi I-11 November 2020, saham PT Indonesia Kendaraan Terminal terlihat mengalami Uptrend dari Maret 2020 setelah downtrend sejak 2019.

Untuk analisa teknikal jangka panjang terhadap emiten ini, dalam grafik kerangka waktu Weekly.

IPCC yang terlihat potensi bullish masih ada, melihat prospek tren pertumbuhan yang positif ke depannya seiring dengan meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat dan terjangkaunya harga pembelian kendaraan mobil ini di periode berikutnya.

Saat tulisan ini ditulis (11/11), IPCC diperdagangkan pada 402/unit. Secara analisa teknikal yang dibuat dengan menggunakan ChartNexus maka terlihat ada uptrend setelah rebound di Maret 2020.

Indikator MACD, berada di bawah garis nol yang menandakan sinyal sell dengan munculnya tekanan buy yang tipis, ada kemungkinan akan terjadi bearish di kemudian hari tapi tidak menutup kemungkinan penguatan harga di kemudian hari setelah aktivitas pabrik dan masyarakat menjadi normal.

Indikator Stochastic menggunakan kerangka waktu Weekly terlihat sinyal cenderung buy.

Adanya Window Dressing di akhir tahun, tekanan bisa saja akan membaik, dari crossing antara %K dan %D terlihat respon beli dari pasar tidak terlalu kuat untuk menentukan Open position indikator EMA (20), EMA (50) dan EMA (100) membentuk pola bearish.

Akan menjadi menarik jika IPCC bisa melewati 415 atau lebih tinggi dari resistance-nya di 430-457 karena ada indikasi harga akan lebih tinggi lagi, namun perseroan akan kurang menarik selagi PSBB diberlakukan.

Untuk cut loss jika tidak mencapai garis resistance maka ada kemungkinan turun lagi hingga garis supportnya di 380.

analisis teknikal

 

Outlook PT Indonesia Kendaraan Terminal

Perseroan merupakan perseroan bongkar muat barang terbesar di Indonesia saat ini,

Melihat pangsa pasar di tahun depan, adanya proyek baru dari berbagai pabrik, daya beli masyarakat yang mulai kembali normal, kembalinya aktivitas produksi di sejumlah pabrikan otomotif, dan semakin baiknya layanan infrastruktur di masa mendatang menjadi prospek yang bagus bagi Perseroan ini.

Dilansir dari bisnis.com, manajemen IPCC menyebut tetap berupaya untuk terus meningkatkan value dan kinerja keuangan perusahaan melalui optimalisasi dana proceed IPO, kerjasama investasi keuangan, kerjasama aliansi bisnis strategis, optimalisasi lahan penampungan kendaraan, dan efisiensi biaya yang sifatnya wajib.

Pasar kendaraan di Indonesia diproyeksikan akan terus mengalami tren pertumbuhan yang positif ke depannya seiring dengan meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat dan terjangkaunya harga pembelian kendaraan mobil.

Selain itu, juga ditopang pertumbuhan permintaan dari luar negeri sehingga mendukung pertumbuhan ekspor kendaraan mobil.

Pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya dan langkah untuk mendorong terciptanya iklim yang kondusif di bidang industri otomotif agar menjadikan Indonesia sebagai negara basis produksi global untuk produsen mobil dan berpotensi mengambil alih posisi Thailand sebagai pusat produksi mobil terbesar di ASEAN.

Kerja sama yang akan dilakukan pada 2021 sangat berpengaruh pada prospek bisnis IPCC.

Analisis Saham_ Prospek PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) 03

[Baca Juga: Analisa Saham: Kinerja dan Prospek AKRA (PT AKR Corporindo Tbk.)]

 

Diketahui perusahaan telah bekerja sama dengan pabrik otomotif asal Korea Selatan yakni Hyundai, yang mempercayakan ekspor kendaraannya ke wilayah Asia.

Kegiatan yang akan mulai beroperasi pada 2021 nanti ini sedang dipersiapkan Perseroan dengan persiapan car terminal yang melayani produk CBU dan Hyundai.

diketahui Hyundai Indonesia sudah mempunyai pabrik assembling dengan kapasitas produksi 10.000 unit per tahun untuk masa kerja satu shift.

Industri transportasi dan infrastruktur adalah bisnis yang sangat terpukul di pandemi saat ini, kinerja manajemen dan tim yang harus bisa berpikir out of the box akan menjadi tantangan bagi Perseroan.

Saat New Normal dan permintaan kendaraan mulai membaik, maka ini akan memberikan sentimen positif pada perseroan, tidak menutup kemungkinan di 2021 IPCC mengalami peningkatan dan mulai pulih kembali.

 

Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA

9 Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

 

Kesimpulan

Pandemi telah menekan sektor transportasi dan infrastruktur, dengan kinerja perseroan yang menurun di tahun ini.

Adanya ekspektasi untuk kerja sama di 2021, peluang bisnis di industri otomotif yang mempengaruhi permintaan terhadap IPCC, IPCC bisa jadi akan menarik di tahun depan.

 

Disclaimer: Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buy/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis. Berdasar laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.

 

Itulah analisa saham TOWR dan prospeknya ke depan yang bisa membantu pertimbangan investasi Anda. Punya pertanyaan? Anda bisa tanyakan dalam kolom komentar.

Anda juga bisa bergabung dalam grup komunitas belajar saham Finansialku untuk info terbaru dan diskusi mengenai saham dengan praktisi dan pakarnya.

 

 

Sumber Referensi:

  • Aplikasi IPOTGO
  • Annual Report PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) (www.idx.co.id)
  • Bisnis.com

 

Sumber Gambar:

  • Aplikasi ChartNexus
  • Consolidated Financial Statements IPCC, June 2020
  • https://bit.ly/32BAaJY, https://bit.ly/3na2ECn