Cerita Ramadan: Bahagia dengan Merawat Lansia adalah kisah mengenai sesosok wanita inspiratif yang rela menghabiskan hidupnya demi merawat orangtua di panti jompo.

 

Bahagia dengan Merawat Lansia

Sebagian orang mungkin memilih untuk menghabiskan masa pensiunnya dengan bersantai di rumah, mengurus keluarga, berwisata, dan menikmati sisa-sisa hidup sebagaimana semestinya.

Namun tidak dengan Bu Hermin, seorang ibu kepala asrama Wisma Lansia J. Soenarti Nasution yang memiliki latar belakang pekerja sosial dan sudah mengabdikan diri pada kegiatan sosial selama lebih dari 37 tahun.

 

 

Pada usia 65 tahun, ia memilih untuk menghabiskan sisa tenaganya untuk mengurus para lansia yang membutuhkan daripada hanya duduk-duduk diam di rumah setiap hari.

Wisma Lansia J. Soenarti Nasution sudah berdiri sejak tahun 1973. Wisma lansia atau panti jompo ini menjadi wadah untuk membantu para lansia yang sudah tidak memiliki keluarga dan butuh pertolongan khusus dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Bertempat di Jalan Pak Gatot I No. 20, Gegerkalong, Bandung, Wisma Lansia J. Soenarti Nasution ini memiliki 7 pekerja yang bekerja sesuai bidangnya, yaitu kesehatan, keamanan, kebersihan, makanan, binatu, dan kebun.

Wisma ini juga tidak membeda-bedakan agama, suku, ras, maupun kepercayaan lansia yang masuk. Terbukti dari total 24 lansia yang terdaftar, ada yang beragama Islam, Kristen, Katolik, maupun Budha.

Pihak wisma pun menyesuaikannya dengan memanggil pemuka agama yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.

Selain itu, Wisma Lansia J. Soenarti Nasution ini juga rutin mengadakan kegiatan dengan warga sekitar maupun bekerja sama dengan instansi luar.

Kegiatan bersama warga seperti pengajian yang diadakan setiap hari Rabu di pekan ketiga setiap bulan.

Pengajian ini dilakukan bersama dengan ibu-ibu yang ada di sekitar komplek juga diikuti oleh lansia yang beragama Islam.

 

Iklan Perencanaaan Hari Tua - 728x90

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Tak sedikit pula kegiatan lain yang diadakan oleh pihak wisma dengan instansi, organisasi, atau komunitas eksternal.

Untuk kegiatan seperti ini, biasanya pihak luar akan menghubungi wisma tentang pengadaan acara yang melibatkan para lansia.

Aktivitasnya bisa bermacam-macam, seperti buka puasa bersama, bernyanyi bersama, silaturahmi, senam, maupun banyak hal lainnya. Semuanya memiliki tujuan yang sama: membangkitkan rasa kepedulian kita terhadap sesama dan menghargai orang yang lebih tua.

 

Kebahagiaan yang Tidak Bisa Dinilai dengan Harta

Tentunya, tidak banyak orang yang mau mengabdikan diri untuk mengurus lansia. Seringkali mengurus lansia dicap sebagai kegiatan yang tidak menyenangkan atau membosankan. Namun, Bu Hermin justru melihat sebaliknya.

Kebahagiaan yang dimiliki Bu Hermin sangat sederhana, namun tidak ternilai harganya.

Kegiatan sehari-hari seperti bangun pagi, membuatkan teh untuk kakek-kakek dan nenek-nenek yang ada di sana, serta berbincang-bincang dengan rekan sesama sudah menjadi sumber kebahagiaan tersendiri.

 

 

Meskipun pendapatan yang diperoleh tidak seberapa, namun kebahagiaan batin yang dirasakan ternyata lebih menyenangkan daripada nilai uang semata. Harta yang dimiliki memang tidak seberapa, tapi ia masih memiliki tenaga dan kepedulian untuk menolong sesama.

Kepedulian Bu Hermin untuk terus merawat lansia berangkat dari pemikiran bahwa dirinya yang juga sudah berumur.

“Nanti, pada saatnya, saya juga akan seperti mereka.”

 

Dengan menjadi ibu kepala asrama, maka Bu Hermin menjadi lebih produktif dan bermanfaat bagi sesama.

Bu Hermin yang juga masih memiliki seorang ibu, awalnya berniat untuk mengurus ibunya saja. Namun, kesehatan ibunya masih cukup baik sehingga masih bisa mengurus berbagai keperluannya sendiri.

Meskipun pada awalnya anak-anak Bu Hermin kurang merestui pekerjaan yang masih digelutinya hingga lanjut usia, namun Bu Hermin berhasil meyakinkan kedua anaknya bahwa mengurus lansia dan melakukan kegiatan sosial sudah menjadi passion-nya sejak lama.

Akhirnya, setelah melihat keseriusan dan kecintaan ibunya kepada kegiatan sosial, kedua anak Bu Hermin pun akhirnya merestui dan mendukung pekerjaan Bu Hermin sebagai kepala asrama wisma lansia.

Bahkan, sejak saat itu, anak-anak Bu Hermin beserta cucunya sering mengunjunginya dan menginap bersama di panti tersebut. Tidak lupa, ikut bercengkrama dengan orangtua yang ada. Momen-momen seperti ini tentunya menjadi momen berharga yang tidak terlupakan.

Pengalaman hidup Bu Hermin mengajarkan kita bahwa ada hal berharga yang tidak ternilai dengan harta, yaitu kebahagiaan. Setiap orang memang memiliki sumber kebahagiannya masing-masing, namun Bu Hermin memilih sumber kebahagiannya dengan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Meskipun tidak bisa memperkaya harta dengan menolong orang lain secara sukarela, namun kita dapat memperkaya hati, dan itu adalah hal yang sangat penting untuk tetap merasa ‘hidup’.

 

Apakah Anda terinspirasi dengan kisah Ibu Hermin? Jika iya, bagikan artikel ini kepada rekan dan kerabat Anda!

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Free Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Umur 20 an

Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 20 an Perencana Keuangan Independen Finansialku