Sempat beredar rumor bahwa BBTN akan melakukan akuisisi terhadap saham Bank Bukopin Syariah. Seperti apa prospek BBTN ke depan?

Simak dalam artikel berikut ini.

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

Logo Rivan Kurniawan

 

Company Profile BBTN

BBTN atau PT Bank Tabungan Negara Tbk. merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang Perbankan.

Hingga saat ini, tercatat segmen usaha yang dijalankan oleh BBTN mencakup dua segmen usaha utama yakni Bank Konvensional dan Bank Syariah.

Sedangkan segmen usaha lainnya adalah Jasa Layanan Perbankan yang menjadi pendukung bisnis utama.

BTN berdiri pertama kali di tahun 1897 dengan nama “Postspaarbank” di masa Pemerintahan Hindia Belanda, dan di tahun 1942 diambil alih Pemerintah Jepang yang diubah namanya menjadi Tyokin Kyoku atau Kantor Tabungan.

Kemudian di tahun 1945 kembali diambil alih oleh Indonesia, sekaligus mendirikan Kantor Taboengan Pos.

Sayangnya di tahun 1946 semua Kantor Taboengan Pos diduduki oleh Belanda, dan berhenti bekerja. Selang beberapa tahun, tepatnya di tahun 1949 pemerintah RI membuka kembali Kantor Taboengan Pos.

Tunda Spin Off Unit Usaha Syariah, Bagaimana Kinerja BBTN_ 02

[Baca Juga: Ingat!!! Perkembangan Teknologi Untuk Memaksimalkan Hidup. Bukan Sebaliknya!]

 

Di tahun 1950 namanya diubah menjadi Bank Tabungan Pos, baru kemudian di tahun 1963 secara resmi berganti nama menjadi Bank Tabungan Negara dan berada dibawah Menteri Urusan Bank Sentral.

BTN sendiri resmi menjadi PT Persero di tahun 1992, yang kemudian di tahun 2005 melakukan pembentukan Unit Usaha Syariah dan dibuka Kantor Cabang Syariah Pertama di Jakarta Harmoni, dan juga secara resmi melakukan IPO di BEI pada tahun 2009.

Adapun sebagai gambaran pemegang saham BBTN adalah sebagai berikut:

Saham BBTN

Saham BBTN

 

Spekulasi Akuisisi Bank Bukopin Syariah

Belum lama ini BTN telah melakukan penjajakan untuk bisa mengembangkan Unit Usaha Syariah (UUS)-nya.

Pengembangan yang dilakukan tidak hanya dilakukan secara organik saja, tetapi juga bisa didorong melalui ekspansi anorganik.

BBTN sendiri di tahun ini akan berupaya memenuhi targetnya agar bisa memperbesar aset di unit syariahnya, dengan rencananya akan spin off Unit Syariah di tahun 2020.

Untuk penggunaan spin off BTN memang masih mencari beberapa institusi syariah, baik dari kelompok BUMN maupun di luar BUMN.

Nantinya akuisisi akan dilakukan di salah satu bank syariah, namun untuk penjajakan memang tidak dilakukan dengan satu bank saja.

Karena hal itu muncullah spekulasi bahwa BTN akan mengakuisisi saham Bank Syariah Bukopin, yang dinilai menjadi salah satu bank yang masuk ke dalam daftar pertimbangan BTN, untuk nantinya bisa dibeli sahamnya.

Tunda Spin Off Unit Usaha Syariah, Bagaimana Kinerja BBTN_ 03

[Baca Juga: Ingat!!! Perkembangan Teknologi Untuk Memaksimalkan Hidup. Bukan Sebaliknya!

 

Rencananya dengan akuisisi tersebut, Bank Bukopin Syariah akan dilebur dengan BTN Syariah.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa BBTN akan melakukan spin off terhadap Unit Usaha Syariah-nya?

Sejauh yang Penulis ketahui saat ini, rencana BBTN sebagai untuk melakukan spin off juga tidak lepas dari adanya peraturan pemerintah.

Seperti yang tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia 11/10/PBI/2009,

Unit Usaha Syariah (UUS) wajib dipisahkan dari induk jika nilai asetnya mencapai 50% dari total induk dan seluruh Unit Usaha Syariah (UUS) wajib berdiri sendiri 15 tahun setelah UU 21/2008 tentang Perbankan Syariah diterbitkan.

 

Dengan begitu, artinya regulator sudah memberikan batas waktu spin off Unit Usaha Syariah (UUS) hingga tahun 2023 mendatang.

Tunda Spin Off Unit Usaha Syariah, Bagaimana Kinerja BBTN_ 04

[Baca Juga: Ingat!!! Perkembangan Teknologi Untuk Memaksimalkan Hidup. Bukan Sebaliknya!

 

Sebagai informasi tambahan, BTN Syariah sendiri hingga saat ini tercatat memiliki total aset yang mencapai sekitar Rp27 triliun. Hanya BBTN yang belum memisahkan Unit Usaha Syariah (UUS) nya, setidaknya hingga tahun 2020 nanti.

Hal itu dikarenakan hampir seluruh bank pelat merah lainnya sudah memisahkan Unit Usaha Syariah nya menjadi bank umum syariah.

 

Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

 

Spin Off Ditunda Hingga Tahun 2020

Namun sayangnya rencana spin off tersebut harus ditunda karena hingga kini BTN masih mencari metode penyertaan yang tepat untuk rencana pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah BTN dari bank induknya.

Keputusan pemisahan Unit Usaha Syariah BTN akan dilakukan paling lambat di tahun 2020 mendatang, menunggu proses pembentukan induk usaha (holding) keuangan BUMN terbentuk, yang di dalamnya juga tercantum kajian peleburan Unit Usaha Syariah ke bank syariah pelat merah lainnya.

Hal itu disebabkan karena ada kebijakan Kementerian BUMN yang mengatur perbankan syariah milik bank-bank BUMN, setelah adanya perusahaan induk usaha keuangan.

Sehingga penggabungan Unit Usaha Syariah BTN masih dalam proses pengkajian dan menunggu perusahaan induk keuangan selesai dibentuk.

Di sisi lain, BTN sendiri memiliki sejumlah opsi bank syariah lainnya yang mungkin berpeluang untuk bisa diakuisisi.

Tunda Spin Off Unit Usaha Syariah, Bagaimana Kinerja BBTN_ 05

[Baca Juga: Ingat!!! Perkembangan Teknologi Untuk Memaksimalkan Hidup. Bukan Sebaliknya]

 

Dan sebagai informasi tambahan, rencana proses spin off yang akan dijalankan oleh BBTN ini sudah mendapatkan rentang waktu pelaksanaan maksimal di tahun 2023, atau saat Aset Unit Usaha Syariah BTN sudah lebih dari Rp20 triliun.

Pembatasan waktu tersebut dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan terhadap BBTN.

 

Kinerja Keuangan Kuartal I-2019

Setelah kita mengetahui spekulasi yang beredar luas di pelaku pasar, terkait dengan tertundanya rencana spin off BTN di tahun 2020 mendatang.

Ada baiknya jika kita juga melihat bagaimana kinerja BTN sepanjang Kuartal I-2019 kemarin, berdasarkan Laporan Keuangan Kuartal I-2019 Konsolidasi dengan mempergunakan rasio-rasio perbankan seperti berikut ini:

Rasio capital dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Kemampuan modal BBTN berdasarkan CAR sedikit mengalami penurunan, dari 17,92% di Kuartal I-2018 turun menjadi 17,62% di Kuartal I-2019.

Angka tersebut menunjukkan penurunan daya tahan BBTN dalam menanggung risiko-risiko kerugian yang terjadi di sepanjang Kuartal I-2019 kemarin.

Meskipun ketahanan permodalan BBTN sedikit mengalami penurunan, namun masih tergolong baik dan tetap terjaga di level 17,62% karena ketahanan modal yang dimiliki BBTN berada di atas batas minimal CAR yang sebesar 14%.

 

Kuartal I-2019

Kuartal I-2018

Remarks

CAR/KPMM

17,62%

17,92%

Passed

Permodalan BBTN Kuartal I-2019 VS Kuartal I-2018

Meski CAR BBTN mengalami penurunan tipis, namun BBTN masih mampu mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan yang tumbuh sekitar 19,57% YoY dari Rp202,5 triliun menjadi Rp242,13 triliun.

Pertumbuhan Kredit yang disalurkan ini juga tercermin dalam pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih dari Rp2,3 triliun di Kuartal I-2018 menjadi Rp2,4 triliun per Kuartal I-2019.

Namun sayangnya, untuk Pendapatan Non Bunga Bersihnya masih mengalami rugi sebesar Rp1,47 triliun per Kuartal I-2019.

Meskipun masih mengalami kerugian pada pendapatan non-bunga, namun BTN masih mampu mencatatkan kenaikan tipis pada Laba Bersih nya yang meningkat sekitar 5,7% dari Rp684 miliar per Kuartal I-2018 naik menjadi Rp723 miliar di Kuartal I-2019.

 

Kuartal I-2019

Kuartal I-2018

Remarks

Laba Bersih

Rp723 miliar

Rp684 miliar

Passed

Pendapatan Bunga Bersih

Rp2,4 triliun

Rp2,3 triliun

Passed

Pendapatan Non Bunga Bersih

–  Rp1,47 triliun

–   Rp1,49 triliun

Failed

ROE

14,08%

14,69%

Passed

Profitabilitas BBTN Kuartal I-2019 VS Kuartal I-2018

Dari sisi asset quality, jumlah kredit bermasalah BBTN mengalami kenaikan tipis di Q1 2019 ini. Hal itu terlihat dari meningkatnya NPL Gross dari 2,78% di Kuartal I-2018 menjadi 2,92% per Kuartal I-2019.

Begitu pula dengan NPL Net yang juga meningkat dari 1,78% di Kuartal I-2018 menjadi 2,00% per Kuartal I-2019.

Meskipun jumlah kredit NPL Gross dan NPL Net terlihat meningkat, namun rasio NPL BBTN sepanjang Kuartal I-2019 masih berada jauh di bawah batas maksimalnya yakni (NPL Gross < 5% dan NPL Net < 2%).

Mengantisipasi kenaikan NPL ini, BTN akan lebih selektif dalam melakukan pembiayaan di luar sektor hunian. Kondisi itu semakin terdorong oleh BTN yang kini benar-benar membatasi pemberian kredit khususnya untuk sektor non perumahan.

 

Kuartal I-2019

Kuartal I-2018

Remarks

NPL Gross

2,92%

2,78%

Passed

NPL Net

2,00%

1,78%

Passed

Kualitas Kredit BBTN Kuartal I-2019 VS Kuartal I-2018

Di sisi lain, BBTN harus mencatatkan angka BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) yang cukup tinggi dari 84,76% di Kuartal I-2018 naik menjadi 86,80% per Kuartal I-2019.

Peningkatan angka BOPO BBTN ini sudah melebihi batas maksimalnya di 70%. Dengan tingginya angka BOPO BBTN tersebut, menunjukkan bahwa BBTN masih belum berhasil melakukan efisiensi operasionalnya di sepanjang Kuartal I-2019 kemarin.

 

Kuartal I-2019

Kuartal I-2018

Remarks

BOPO

86,80%

84,76%

Passed

Efisiensi BBTN Kuartal I-2019 VS Kuartal I-2018

Hal lainnya yang juga cukup disayangkan karena di sepanjang Kuartal I-2019 kemarin BTN harus mencatatkan penurunan NIM dari 4,21% di Kuartal I-2018 turun menjadi 3,63% per Kuartal I-2019.

Itu artinya NIM BTN mengalami penurunan sekitar 58 bps. Penurunan NIM itu lantaran tertekan oleh Cost Of Fund yang naik sebagai dampak dari pricing di akhir tahun, dengan banyaknya penempatan dana di tenor tiga bulan.

Dan juga disebabkan oleh ketatnya likuiditas BTN yang turut meningkatkan beban bunga.

Sehingga beban bunga BTN meningkat drastis dari Rp2,91 triliun di Kuartal I-2018 menjadi Rp4,02 triliun per Kuartal I-2019, atau meningkat sekitar 38,1% YoY. BTN sendiri di sepanjang tahun ini akan berupaya menjaga pertumbuhan NIM di kisaran 4,5%.

Adapun dari sisi penghimpunan dana, rasio CASA (Current Account Saving Account) BBTN yang merupakan pembanding antara Dana Murah (Tabungan + Giro) dengan Total Dana Pihak Ketiga (Tabungan + Giro + Deposito).

Pada rasio CASA ini, BBTN mengalami peningkatan dari 45,36% di Kuartal I-2018 naik menjadi 47,23% per Kuartal I-2019, yang artinya BBTN mampu menghimpun dana dengan cost yang lebih murah.

 

Kuartal I-2019

Kuartal I-2018

Remarks

NIM

3,63%

4,21%

Failed

CASA

47,23%

45,36%

Passed

Rentabilitas BBTN Kuartal I-2019 VS Kuartal I-2018

LDR (Load to Deposit Ratio) merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, mengindikasikan bahwa semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.

BBTN sendiri mengalami kenaikan tipis dari 104,12% di Kuartal I-2018 naik menjadi 112,19% per Kuartal I-2019.

Kenaikan tipis pada LDR BBTN tersebut, sebagai dampak dari kemampuan BBTN dalam menyalurkan kredit yang semakin besar.

Dengan demikian bisa dikatakan dari segi likuiditas BBTN agak sedikit mengkhawatirkan, dan LDR BBTN yang sebesar 112,19% per Kuartal I-2019 kemarin berada di atas batas maksimal LDR yang ditetapkan BI sebesar 110%.

 

Kuartal I-2019

Kuartal I-2018

Remarks

LDR

112,19%

104,12%

Failed

 

Kesimpulan

Meskipun BTN sudah membantah spekulasi pengakuisisian saham PT Bank Bukopin Syariah, namun hingga kini BTN masih mempertimbangkan metode penyertaan yang tepat untuk rencana pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah BTN dari BBTN.

Sehingga target pemisahan Unit Usaha Syariah dari entitas induk alias spin off diharapkan bisa terlaksana paling lambat di tahun 2020 mendatang.

Tunda Spin Off Unit Usaha Syariah, Bagaimana Kinerja BBTN_ 06

[Baca Juga: Ingat!!! Perkembangan Teknologi Untuk Memaksimalkan Hidup. Bukan Sebaliknya]

 

Kinerja fundamental BBTN sendiri masih tergolong baik. Hal itu terlihat dari tingkat ketahanan modal (CAR) di atas rata-rata dan rasio profitabilitas yang meningkat.

Demikian pula, meskipun jumlah kredit bermasalah sedikit mengalami peningkatan, namun masih dalam batas relatif aman.

Hal yang masih menjadi concern bagi BBTN adalah NIM yang terus menurun karena dampak dari meningkatnya suku bunga Bank Indonesia, dan Loan to Deposit Ratio yang terlalu besar membuat likuiditas BBTN sedikit mengkhawatirkan.

Secara overall, Penulis melihat BBTN ini masih memiliki daya tarik terlepas dari tertundanya rencana spin off Unit Usaha Syariah BTN nya.

Saat artikel ini ditulis, BBTN sedang diperdagangkan pada harga 2440-an, yang mencerminkan valuasi PER 8,9x dan PBV 1,1x. Dengan kata lain, secara valuasi BBTN juga masih tergolong undervalued.

 

Gabung Sekarang! Komunitas BELAJAR SAHAM Finansialku

komunitas saham

 

Yuk share artikel ini kepada rekan investor Anda agar mereka mengetahui informasi ini juga.

 

Sumber Referensi:

 

Sumber Gambar:

  • BTN 01 – http://bit.ly/2SXBWzm
  • BTN 02 – http://bit.ly/2T3FEYb
  • BTN 03 – http://bit.ly/2V9Tr2c
  • BTN 04 – http://bit.ly/2T5oold
  • BTN 05 – http://bit.ly/2ugpTVq
  • BTN 06 – http://bit.ly/2T0eFNa