Cerita Ramadan: Doa Sang Kakek Tua Tukang Tambal Ban merupakan kisah seorang pria paruh baya yang tak henti bekerja demi istrinya, satu-satunya harta berharga yang ia miliki.

 

Doa Sang Kakek Tua Tukang Tambal Ban

Jangan tanya umurku sekarang berapa, karena aku sendiri tak ingat berapa persisnya umurku kini.

Anda rasanya bisa menerka berapa usiaku dengan melihat rambutku yang kini sudah memutih.

Yang kuingat kini hanyalah istriku satu-satunya yang aku sayangi.

Jika orang bertanya padaku berapa cucuku, dengan senyuman dan pernyataan sederhana akan ku katakan bahwa aku bersyukur karena Sang Khalik tidak mengizinkanku untuk merawat seorang anak sekalipun.

 

 

Ya… Aku dan istriku tidak memiliki keturunan. Kami hidup berdua dan kami sangat bahagia.

Jika orang lain merasa bahwa Tuhan tidak adil karena tidak memberikan anak atau keturunan, aku malahan bersyukur karena Ia memberikanku seorang istri yang cantik dan setia menemaniku.

Menurutku, berkat anak adalah bonus tambahan, namun bagianku adalah istri cantik nan setia yang menemaniku.

Tuhan tetap adil padaku dengan kekuatan yang Ia berikan hingga di bulan Ramadan tahun ini, aku masih bisa berpuasa dan hingga kini, aku berhasil menunaikan tugas mulia ini.

Aku sering merasa heran kepada anak-anak muda yang tinggal dekat rumahku.

Mereka padahal masih sangat kuat dan punya kemampuan lebih untuk berpuasa dari pada aku, tapi mereka tidak melakukannya.

Dengan pekerjaanku sebagai tukang tambal ban ini, seakan mengingatkanku akan setiap hembusan udara segar yang aku hirup setiap hari, itulah berkat dari Yang Maha Kuasa.

Jika aku membandingkan dengan setiap udara yang masuk pada setiap ban dengan harga 1.000 rupiah saja, maka berapa yang aku harus bayar kepada Tuhanku atas udara segar yang aku hirup setiap hari?

Pasti sangat mahal dan nampaknya aku tak sanggup membayarnya.

Pekerjaanku ini membuatku sadar akan betapa murahnya pengasihan Sang Pencipta.

Konon kata orang, rambut putih adalah sebuah mahkota kebijaksanaan. Bagiku, rambut putih yang semakin memenuhi kepalaku memberikanku kesadaran bahwa hidupku semakin dekat dengan akhirnya.

 

Iklan Banner Perencanaan Dana Membeli Rumah - 728x90

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Aku bersyukur di usiaku yang tak muda ini, aku termasuk orang tua yang tak gampang sakit-sakitan. Aku tidak mau menyusahkan orang-orang yang aku sayangi, seperti istriku, apalagi di penghujung usiaku.

Siapa yang mau sakit? Pasti seorangpun tak ada yang mau. Walau usia senja biasanya kebanyakan orang mengalami berbagai penyakit, tapi aku tidak. Aku ingin sehat untuk istriku. Ini tekadku. Ini harapan dan doaku.

Kalau aku boleh meminta pada Sang Maha Empunya, aku ingin berpulang dengan senyuman di wajahku tanpa harus mengalami sakitnya tubuh jasmani dan menyusahkan ratu cantikku satu-satunya.

 

Bagikan cerita ini kepada teman Anda yang sedang redup semangat untuk bekerja!

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Free Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg