Berbagi Cerita Ramadan: Tak Henti Melangkah Demi Anak Tuna Daksa merupakan kisah seorang wanita di usia rentanya yang harus mengurus anaknya yang mengalami disabilitas.

 

Tak Henti Melangkah Demi Anak Tuna Daksa

Usia senja biasanya dilalui dengan berdiam di rumah atau kegiatan yang ringan. Namun berbeda dengan seorang ibu tua yang usianya sudah lebih dari kepala 8. Dengan tubuhnya yang sudah lemah dan ringkih, ia masih harus menjajakan gorengan dengan berjalan kaki.

Sosok ini menjadi perhatian saya ketika ia sedang berjualan di daerah Pasar Cicadas, Bandung. Dalam hati terbersit betapa hebatnya nenek ini, ia masih bisa berjualan di usia senjanya. Ketika ditelusuri, betapa terkejutnya saya karena rumahnya tidak jauh dari rumah kerabat saya.

Rumahnya bertetangga dengan parit, harus masuk pula ke gang yang sempit dan lembab. Rumahnya bisa dibilang cukup kecil, menimbang ia harus tinggal bersama sang anak yang sudah berkeluarga, dan juga anak bangsunya.

Namun, mau bagaimana lagi? Ia tidak punya pilihan lain. Rumah yang sangat sederhana itu saja biaya sewanya sudah sangat tinggi bagi nenek ini, yakni Rp5 juta per tahun. Namun, sesuai kesepakatannya dengan sang anak, dalam satu tahun ia hanya perlu mengumpulkan uang 2 juta rupiah untuk membayar biaya sewa rumah.

Namanya Tumiyem, biasa dipanggil Mbah. Ia dipanggil Mbah karena memang berasal dari Jawa Tengah, tepatnya Solo. Puluhan tahun yang lalu, bersama suami ia mengadu nasib di Kota Kembang.

Awalnya ia bekerja sebagai penjual jamu keliling. Namun setelah ditinggal wafat suaminya, ia mendagangkan makanan apapun yang bisa ia jual. Dan kini, di usia renta ia masih tetap berkeliling untuk berjualan.

 

 

Kebaya andalan, kain batik, dan kerudung menjadi busana kesehariannya ketika menjajakan gorengan. Namun, tubuhnya kini sudah tidak bisa disamakan lagi dengan tubuhnya saat masih muda. Kini, Mbah tidak sanggup untuk berjalan jauh sambil menenteng jualannya.

Mbah hanya bisa berjalan menawarkan gorengan dari rumahnya di belakang pasar Cicadas sampai sekitaran Jalan Jakarta. Itupun kalau dihitung-hitung, Mbah harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer setiap harinya.

Mbah juga tidak bisa pergi jauh-jauh karena ia masih memiliki tanggung jawab untuk mengurus anak bungsunya yang penyandang disabilitas, Yana namanya.

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Seraya mentari memancarkan sinarnya, Mbah sudah harus pergi ke pasar untuk membeli sejumlah bahan untuk dijadikan gorengan. Tak banyak, hanya satu kilogram terigu, sayur mayur, ubi, dan beberapa bahan pokok lainnya. Maklum, selain uangnya tidak tidak cukup, Ia mengaku tak lagi kuat menenteng berat barang belanjaan itu jika lebih banyak.

Gorengan itu kemudian ia jual dengan harga Rp2.000 untuk 3 gorengan. Pembeli bisa mencampurnya sesuai selera.

Mbah bertutur, kadang ada pula orang yang mengambil lebih dari itu, tapi bayar tetap Rp2.000. Namun Mbah menanggapinya sebagai sedekah, tanpa protes.

“Pokoknya, asal hasil jualan bisa dipakai buat makan sehari aja sama modal terigu buat jualan lagi.”

 

Kekecewaan Mbah pada Masyarakat

Pagi itu, Mbah tak tampak bergegas menuju pasar. Ternyata ia masih repot memakaikan celana dan mengurusi segala keperluan Yana yang tidak bisa mengerjakan aktivitas itu sendiri.

Setiap hari, sebelum mulai beraktivitas di luar rumah, Mbah harus selalu memastikan kebutuhan Yana terpenuhi.

Meskipun ada kakaknya yang tinggal bersama, namun hanya Mbah Tumiyem yang mengurusi semua kebutuhan Yana. Mulai dari makan, mandi, pakai baju, dari bangun lalu tidur kemudian bangun lagi.

Bagi Mbah Tumiyem, berdiam diri dan mengemis bukankah cara untuk hidup, terlebih kalau mengandalkan belas kasih dari orang lain.

Ia masih terus berusaha dan tetap memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan anak bungsunya itu sendiri. Dengan mata berkaca-kaca, Mbah berkata:

“Mbah gamau repotin anak, biarin dia yang udah jadi pejabat RT di sini juga. Mbah mah usaha sendiri aja.”

 

Selagi Mbah keliling menjajakan gorengan, Yana sering duduk di kursi depan warung dan mencoba berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Tidak sedikit orang yang merasa aneh, risih, tapi banyak pula yang merasa iba dan ingin menolong.

Bungsu dari lima bersaudara ini sejak kecil mengidap cerebral palsy. Kini di usianya yang sudah mencapai 30 tahun lebih, Yana masih kesulitan untuk berjalan dan juga berbicara.

Dengan kondisi ini, banyak yang ingin berbagi kebahagiaan dengan memberi uang jajan untuknya. Mbah Tumiyem sebenarnya tidak mengharapkan anaknya menerima uang itu, tapi ia tidak merasa berhak untuk menolak rezeki dari Tuhan.

Namun kemudian, sambil menundukkan mukanya yang penuh keriput itu, Mbah berkisah dengan sedikit geram sampai suaranya berbisik. Mungkin menahan emosi. Anaknya itu rupanya sering dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan mengambil hampir seluruh uang yang Yana simpan di saku celananya. Hingga hanya bersisa uang koin dan beberapa lembar uang kertas.

Mbah kesal bukan karena uang yang diambil. Tapi ia heran, mengapa ada manusia yang memanfaatkan kekurangan anaknya dan kemudian mengambil kesempatan itu untuk keuntungan pribadi. Mbah geram dengan perilaku sosial di masyarakat yang nyatanya masih belum beretika.

 

Iklan Banner Perencanaan Dana Membeli Rumah - 728x90

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Jangan Menyia-nyiakan Masa Muda

Sungguh malu seorang muda yang punya banyak waktu, banyak tenaga, tak punya banyak tanggungan, namun masih bermalas-malasan.

Belajar dari Mbah Tumiyem, seorang ibu yang tidak pernah mengalah pada keadaan meskipun membuatnya harus bekerja keras di masa tua.

Walaupun anak yang harusnya menanggungnya malah menjadi tanggungan, ia tidak pernah menyalahkan Tuhan atas keadaan ini. Ibu manapun pasti juga melakukan hal yang sama demi anaknya.

Petiklah pelajaran dari prinsip hidup Mbah Tumiyem:

“Sesulit apa pun hidup, jangan menyusahkan orang lain. Berbuat baik saja sama orang lain, rezeki Allah yang kasih.”

 

Semoga kisah Mbah Tumiyem yang tak berhenti bekerja meski fisiknya sudah tak sanggup menjadi pengingat bagi Anda untuk tidak menyia-nyiakan masa muda. Mari bagikan kisah ini kepada sahabat Anda yang sedang butuh motivasi dalam bekerja!

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Free Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Umur 20 an

Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 20 an Perencana Keuangan Independen Finansialku