Harga minyak kembali merosot namun meski merosot minyak masih ada di level tertinggi 2019. Bagaimana bisa?

Kali ini, Finansialku akan membahas berita mengenai harga minyak yang merosot. Mari simak penjelasannya berikut ini.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Harga Minyak Merosot Tetap Bernilai Tinggi

Harga minyak turun hampir satu persen pada akhir perdagangan Kamis (21/3). Namun, level harga masih mendekati level tertinggi 2019.

Hal ini didukung oleh pengetatan persediaan global, pengurangan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sanksi-sanksi Amerika Serikat terhadap produsen utama, yaitu Iran dan Venezuela.

Harga Minyak Merosot, Tapi Masih di Level Tertinggi 2019 02 Harga Minyak 2 - Finansialku

[Baca Juga: Menelisik Harga Minyak Dunia dari Masa Ke Masa]

 

Mengutip Bloomberg pada Jumat (15/8), harga minyak WTI untuk pengiriman bulan April mendatang di New York Mercantile Exchange ada di kisaran US$58,97 per barel.

Harga ini turun tipis dari harga penutupan pada US$59,03 per barel. Sedangkan untuk pengiriman Mei turun US$0,25 menjadi menetap pada US$59,98 per barel di New York Mercantile Exchange.

Harga minyak yang menjadi acuan Amerika Serikat ini turun 0,41% pada perdagangan kemarin, setelah menyentuh US$60 per barel dan ini adalah level tertinggi sejak 13 November 2018.

Sementara untuk minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 64 sen, atau 0,9 persen.

Harga minyak brent sendiri untuk pengiriman bulan Mei 2019 di ICE Futures berada di kisaran US$67,66 per barel. Harga ini naik dari US$67,1 per barel.

Menurut Phil Flynn selaku analis Price Futures Group, bahwa pasar komoditas minyak sedikit ragu-ragu pada level saat ini.

Harga minyak brent ini mencapai level tertinggi pada tahun 2019. Kenaikan harga minyak ini karena adanya tekanan pada minyak WTI yang berasal dari antisipasi data persediaan minyak mentah yang akan dirilis.

Pergerakan minyak pada akhir pekan ini cenderung datar karena sepinya data perminyakan. Maka dari itu, pasar harus menunggu angka jumlah rig beroperasi di Amerika Serikat yang akan dirilis nanti malam sebagai indikator minyak.

 

Penurunan Stok Minyak

Naik turunnya harga minyak ini tidak terlepas dari perang dagang antara AS dan China. Maka dari itu, harga minyak harus menunggu negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China sebagai sinyal permintaan minyak.

Persediaan minyak AS menurun tajam pada pekan lalu akibat dari kenaikan ekspor. AS memberikan sanksi pada dua anggota OPEC, yaitu Venezuela dan Iran, sehingga ekspor minyak dua negara ini merosot.

Padahal sebelumnya harga minyak mentah AS menguat ke level tertinggi dalam empat bulan di atas US$60 per barel.

Harga Minyak Mentah Dunia Turun! Bagaimana dengan Prospek Emiten Sektor Migas 05 Penurunan Harga Minyak - Finansialku

[Baca Juga: Menelusuri Korelasi Harga Sektor Energi: Gas Alam vc Minyak Mentah]

 

Selain penurunan stok minyak dari OPEC, penurunan pun berimbas pada mengetatnya persediaan global. Lembaga konsultan JBC Energy memperkirakan stok telah menurun sekitar 40 juta barel sejak pertengahan Januari 2019.

Sehingga AS juga mengalami penurunan produksi hampir 10 juta barel karena ekspor yang kuat dan permintaan penyulingan yang tinggi. Penurunan ini merupakan penurunan terbesar sejak juli 2018.

The US Energy Information Administration (EIA) melaporkan penurunan besar dan tak terduga untuk persediaan minyak mentah karena ekspor kuat dan permintaan penyulingan.

Sehingga stok minyak turun 9,6 juta barel pada pekan lalu dibandingkan dengan harapan analis untuk kenaikan 309.000 barel. Persediaan bensin dan sulingan turun lebih dari yang diharapkan.

Stok bensin kini turun sebesar 4,6 juta barel, sementara persediaan sulingan merosot hingga 4,1 juta barel.

728x90 hitung sekarang Investasi Saham
300x250 - Hitung Sekarang Investasi Saham

 

Pemasokan Minyak Semakin Ketat

Peningkatan produksi minyak di Amerika Serikat (AS) masih terus membebani pergerakan harga di pasar global. Pasalnya, saat ini AS sudah menjadi negara dengan jumlah produksi minyak terbesar di dunia, yaitu sebesar 12,1 juta barel/hari.

Sejak awal 2018, produksi minyak Negeri Paman Sam telah meningkat sebesar lebih dari 2 juta barel/hari. Sejak saat itu pula harga minyak terus mendapat tekanan.

OPEC dan sekelompok produsen non-afiliasi termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC + juga kini mulai menahan pasokan untuk menghentikan penurunan harga yang tajam pada paruh kedua tahun 2018.

Ketika pasar berada di bawah tekanan dari melonjaknya produksi serta perlambatan ekonomi. Namun ternyata harga telah lebih dulu didukung oleh sanksi AS terhadap ekspor minyak dari Iran dan Venezuela, kata para pedagang.

Karena prospek pasokan yang lebih ketat untuk bulan-bulan mendatang, kurva forward Brent telah mengalami mundur sejak awal tahun.

Hal ini berarti bahwa harga untuk pengiriman segera lebih mahal daripada harga untuk pengiriman lebih lanjut di masa depan, dengan harga Brent kontrak Mei saat ini ada di sekitar US$1,20 per barel lebih mahal daripada pengiriman Desember Brent.

OPEC kemungkinan akan memutuskan untuk memperpanjang kesepakatan pemotongan produksi dengan Rusia pada pertemuan organisasi selanjutnya pada Juni, RBC Capital Markets mengatakan dalam sebuah catatan:

“Dengan pengemudi bus OPEC, Arab Saudi, tidak menunjukan tanda-tanda goyah dalam menghadapi tekanan baru dari Washington, kami percaya bahwa OPEC kemungkinan akan memperpanjang kesepakatan untuk jangka waktu 2019.”

 

Pertemuan OPEC selanjutnya akan digelar pada bulan Juni. Andy Lipow selaku presiden Lipow Oil Associates mengatakan kepada Reuters:

“Saya memperkirakan produsen OPEC dan non-OPEC tetap teguh untuk menjaga pasokan dan permintaan di titik keseimbangan.”

 

Namun menurut Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi menilai posisi harga minyak masih pada level tinggi lantaran di atas level US$58,00 per barel.

Selain itu komitmen pemangkasan produksi dari OPEC dan Rusia di tengah masih berlakunya sanksi Iran dan kondisi di Venezuela yang berdampak pada berkurangnya produksi global turut menopang kenaikan harga minyak. Ia mengatakan:

“Selama harga bergerak di atas 58.00, harga minyak berpotensi masih cenderung untuk menguat dengan resisten terdekat di 59.15 tembus level tersebut resisten selanjutnya mengincar 59.80.”

 

Bagaimana pun, harga minyak masih memperoleh sedikit dukungan dari berita bahwa OPEC dan mitranya akan melanjutkan langkah pengurangan pasokan untuk saat ini.

Apakah Anda sudah merencanakan keuangan Anda dengan baik? Anda bisa membaca ebook Perencanaan Keuangan untuk usia 30 an di bawah ini secara GRATIS.

Free Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 30 an

Perencanaan Keuangan Untuk Usia 30 an - Finansialku Mock Up

 

Bagaimana pendapat Anda setelah membaca artikel mengenai harga minyak yang merosot namun tetap di posisi tertinggi? Berikan tanggapan Anda pada kolom komentar di bawah ini.

Bagikan artikel ini kepada teman dan kerabat Anda. Semoga bermanfaat.

 

Sumber Referensi:

  • Wahyu Tri Rahmawati. 22 Maret 2019. Harga Minyak Tergelincir dari Level Tertinggi 2019. Investasi.kontan.co.id – https://goo.gl/WKxK33
  • Arthur Gideon. 22 Maret 2019. Harga Minyak Turun Tipis, Tapi Masih di Kisaran Level Tertinggi Sepanjang 2019. Liputan6.com – https://goo.gl/jZPiZc
  • Yusuf Imam Santoso. 15 Maret 2019. Meski Tergelincir dari Level Tertinggi, Harga Minyak Masih di Level Tinggi. Kontan.co.id – https://goo.gl/cJ5Xza

 

Sumber Gambar:

  • Harga Minyak 1 – https://goo.gl/fu23SL
  • Harga Minyak 2 – https://goo.gl/xekDkD