Masih banyak orang yang merasa ragu saat pertama kali ingin terjun ke dunia investasi saham. Salah satu alasan yang paling sering muncul adalah anggapan bahwa untuk berinvestasi seseorang harus pintar—bahkan harus jenius. Mungkin Anda pernah mendengar seseorang berkata, “Ah, investasi saham hanya untuk orang yang otaknya encer dan paham ekonomi.”
Padahal, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Dan menariknya, sejarah justru menunjukkan bahwa kecerdasan tinggi tidak selalu menjamin seseorang sukses dalam berinvestasi.
Untuk memahami mitos ini lebih dalam, mari kita melihat salah satu contoh paling terkenal sepanjang sejarah: pengalaman investasi seorang jenius sejati, Sir Isaac Newton.
Benarkah Investasi Saham Butuh Kepintaran Tinggi?
Banyak calon investor mengurungkan niat hanya karena merasa tidak cukup pintar untuk memahami pasar saham. Mereka membayangkan investasi saham sebagai sesuatu yang penuh rumus rumit, analisis matematika tinggi, dan prediksi ekonomi yang tidak mungkin dipahami oleh “orang biasa”.
Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu. Kepintaran memang membantu dalam memahami konsep, tetapi bukanlah faktor utama yang menentukan apakah seseorang sukses atau gagal dalam investasi. Bahkan, orang paling cerdas pun bisa membuat kesalahan fatal jika tidak mampu mengendalikan emosinya.
Contoh terbaik? Isaac Newton.
[Baca Juga: Inilah 10 Alasan Mengapa Anda Harus Berinvestasi Saham]
Pelajaran dari Isaac Newton: Jenius yang Juga Pernah Salah Investasi
Sir Isaac Newton adalah salah satu tokoh paling brilian sepanjang sejarah manusia. Ia adalah pencipta kalkulus, penemu hukum gravitasi, dan salah satu ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Jika investasi membutuhkan IQ tinggi, Newton jelas tidak akan mengalami masalah. Namun faktanya justru berbeda.
Pada tahun 1720-an, Newton menginvestasikan dananya dalam saham South Sea Company. Awalnya, ia berhasil mencetak keuntungan sekitar £7.000—angka fantastis pada masanya. Namun ketika harga saham terus naik, Newton tergoda untuk masuk kembali ketika harga sudah jauh lebih tinggi.
Ia akhirnya rugi besar, sekitar £20.000—setara dengan lebih dari Rp40 miliar dalam nilai modern. Dari pengalaman pahit itu, Newton mengeluarkan kalimat yang sangat terkenal dalam dunia investasi:
“I can calculate the motions of heavenly bodies, but not the madness of people.”
(Saya bisa menghitung gerakan benda-benda langit, tetapi tidak kegilaan manusia.)
Kisah ini menjadi bukti bahwa bahkan seorang jenius pun bisa kalah oleh satu hal: emosi manusia dan psikologi pasar.
Ingin belajar pengelolaan emosi, teknik investasi, dan strategi menghadapi pasar dengan matang?
Jangan lewatkan Event Finansialku “Menang di Tengah Guncangan Pasar 2025”, yang akan diselenggarakan pada 5 Desember 2025.
Acara ini akan membahas cara menghindari kesalahan seperti yang dialami Newton—dan bagaimana Anda bisa berinvestasi dengan lebih percaya diri.
Segera daftar, tempat terbatas!
Psikologi Investor: Faktor yang Lebih Penting dari IQ
Pernyataan Newton tadi memberi pelajaran penting: investasi lebih banyak dipengaruhi oleh psikologi dibandingkan oleh kemampuan intelektual. Pasar saham digerakkan oleh manusia, dan manusia digerakkan oleh emosi.
Dalam dunia investasi, dua emosi utama selalu hadir: ketakutan (fear) dan keserakahan (greed). Ketika harga naik, investor sering tergoda masuk tanpa pertimbangan mendalam. Ketika harga turun, banyak yang panik dan menjual tanpa strategi.
Di sinilah banyak orang gagal—bukan karena mereka kurang pintar, tetapi karena mereka tidak mampu mengendalikan reaksi emosionalnya.
Benjamin Graham, mentor Warren Buffett, bahkan mengatakan bahwa musuh terbesar investor bukanlah pasar—tetapi dirinya sendiri.
IQ Tinggi Tidak Menjamin Keberhasilan Investasi
Jika investasi hanya tentang analisis dan perhitungan, maka manusia dengan IQ tertinggi di dunia seharusnya selalu menjadi orang paling kaya. Namun kenyataannya, banyak investor sukses tidak memiliki IQ luar biasa, tetapi mereka memiliki kesabaran, disiplin, kerendahan hati, pengendalian emosi, dan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan data, bukan impuls.
Warren Buffett juga pernah berkata:
“Berinvestasi bukan permainan di mana orang dengan IQ 160 mengalahkan orang ber-IQ 130.”
Artinya, kecerdasan memang membantu tetapi bukan penentu utama. Yang jauh lebih penting adalah karakter dan mindset.
Free Download Ebook Panduan Berinvestasi Saham untuk Pemula
Jadi, Siapa yang Cocok Berinvestasi Saham?
Jawabannya sederhana: setiap orang bisa belajar investasi saham, asalkan mau belajar dasar-dasarnya, mau berlatih mengendalikan emosi, dan mau bersikap disiplin.
Anda tidak perlu menjadi jenius. Anda tidak perlu memahami fisika tingkat tinggi seperti Newton. Anda hanya perlu:
-
memahami dasar analisis sederhana,
-
memiliki rencana investasi,
-
mengendalikan emosi,
-
dan tidak tergesa-gesa mengikuti “kerumunan”.
Dengan empat hal ini saja, Anda sudah lebih siap dibandingkan banyak orang yang hanya mengandalkan spekulasi.
Investasi Bukan tentang IQ, tetapi Pengendalian Diri
Kisah Isaac Newton menunjukkan bahwa kecerdasan tinggi tidak menjamin keberhasilan dalam investasi. Yang dibutuhkan adalah kemampuan mengendalikan emosi, memahami psikologi pasar, serta disiplin dalam mengikuti rencana investasi.
Jadi, jika selama ini Anda merasa “kurang pintar” untuk mulai berinvestasi, buang jauh-jauh pikiran itu. Investasi bukan tentang IQ tinggi — tetapi tentang ketenangan, kesabaran, dan kemampuan belajar secara konsisten.
Mulailah sekarang. Dan biarkan prosesnya membimbing Anda menuju hasil yang lebih baik.
Dengan langkah yang tepat, disiplin, dan pemahaman yang baik, Anda bisa membangun masa depan keuangan yang lebih kuat. Namun perlu Anda catat, keuntungan dan risiko ini akan selalu berkaitan sehingga perlunya analisis yang rutin agar sesuai tren investasi. Untuk mendapatkan analisis dan strategi yang update dari ahli keuangan dan investasi, gunakan Program Bookplan dari Finansialku.
Jika Anda tertarik, hubungi Whatsapp 0851 5897 1311 atau klik banner di bawah ini ya!
Sudahkah kamu mencoba berinvestasi saham? Yuk tulis pendapatmu mengenai investasi saham dengan menulis di kolom komentar di bawah.







Leave A Comment