Melihat portofolio saham minus semua adalah salah satu pengalaman paling tidak menyenangkan bagi investor. Saat membuka aplikasi dan melihat hampir semua saham berwarna merah, reaksi yang muncul biasanya sama: cemas, bingung, dan panik.
Di titik ini, pertanyaan besar langsung muncul:
harus cut loss atau tahan aja?
Video ini dibuat untuk investor yang sedang berada di posisi tersebut. Karena faktanya, kondisi ini sangat umum terjadi, terutama pada investor ritel. Kabar baiknya, ada cara berpikir dan langkah yang lebih terarah agar kamu tidak terjebak dalam kepanikan dan justru memperparah keadaan.
Mengapa Banyak Investor Mengalami Saham Minus Semua?
Sebelum membahas keputusan cut loss atau hold, hal terpenting adalah memahami kenapa kondisi ini bisa terjadi. Berdasarkan pengalaman mendampingi investor selama bertahun-tahun, ada beberapa pola yang sering berulang.
Masalahnya bukan pasar semata. Dalam banyak kasus, penyebabnya justru datang dari cara investor mengambil keputusan sejak awal.
Agar penjelasannya lebih mudah dipahami, berikut video analisis lengkapnya:
Kesalahan #1: Mindset “Main Saham”, Bukan Investasi
Kesalahan paling mendasar adalah mindset.
Banyak orang membeli saham karena:
-
ikut rekomendasi teman,
-
membaca rumor,
-
melihat saham sedang naik,
-
atau takut ketinggalan (FOMO).
Tanpa disadari, saham diperlakukan seperti permainan untung-untungan, bukan kepemilikan bisnis. Padahal, ketika membeli saham, sebenarnya kamu sedang membeli sebagian kepemilikan perusahaan.
Jika sejak awal tidak paham bisnisnya, tidak tahu cara perusahaan menghasilkan uang, dan tidak yakin dengan masa depannya, maka saat harga turun, kepanikan hampir pasti muncul.
Kesalahan #2: Tidak Punya Manajemen Risiko
Banyak investor membeli saham tanpa peduli harga. Selama “katanya bagus”, langsung beli.
Di sinilah konsep margin of safety menjadi sangat penting. Konsep ini diperkenalkan oleh Benjamin Graham dan menjadi fondasi investasi Warren Buffett.
Sederhananya:
-
beli saham di bawah nilai wajarnya,
-
idealnya ada jarak aman (misalnya 30–35%).
Jika membeli saham terlalu mahal, sedikit koreksi pasar saja sudah cukup membuat posisi langsung nyangkut dalam.
Tanpa manajemen risiko, pertanyaan “cut loss atau tahan” akan selalu muncul dalam kondisi tertekan.
Kesalahan #3: Tidak Pernah Evaluasi Portofolio
Kesalahan berikutnya adalah membeli saham lalu ditinggal begitu saja.
Padahal perusahaan bisa berubah:
-
kinerjanya menurun,
-
industrinya tertekan,
-
manajemennya bermasalah,
-
atau utangnya membengkak.
Tanpa evaluasi rutin, investor sering terlambat menyadari bahwa masalahnya bukan harga turun sementara, tetapi fundamental yang memburuk.
Idealnya, portofolio dievaluasi minimal sebulan sekali, bukan menunggu sampai minusnya terlalu dalam.
Jadi, Cut Loss atau Tahan? Ini Cara Menentukannya
Keputusan cut loss atau hold tidak bisa disamaratakan. Ada beberapa pertanyaan penting yang harus dijawab dengan jujur.
[Baca Juga: Contoh Saham Nyangkut dan Cara Mengatasinya, Jangan Nyerah!]
#1 Tahan (Hold) Jika:
-
Fundamental perusahaan masih solid
-
Bisnisnya masih relevan dan bertumbuh
-
Penurunan harga lebih karena kondisi pasar, bukan masalah internal
-
Kamu membeli saham tersebut dengan tujuan investasi jangka panjang
Dalam kondisi ini, penurunan harga bisa menjadi volatilitas normal, bukan sinyal bahaya.
#2 Cut Loss Jika:
-
Alasan beli saham sejak awal sudah tidak relevan
-
Fundamental perusahaan memburuk
-
Utang meningkat drastis tanpa kejelasan
-
Manajemen bermasalah
-
Kamu membeli saham hanya karena ikut-ikutan
Cut loss bukan tanda gagal. Justru itu adalah alat untuk menyelamatkan modal agar bisa dialokasikan ke peluang yang lebih sehat.
Average Down: Solusi atau Jebakan?
Banyak investor tergoda melakukan average down saat harga turun. Namun, ini hanya masuk akal jika:
-
perusahaan memang berkualitas,
-
valuasi semakin murah,
-
dan kamu paham betul bisnisnya.
Average down pada saham yang salah justru bisa memperbesar kerugian.
Solusi Agar Portofolio Tidak Merah Semua Lagi
Di bagian akhir video, Melvin menekankan tiga langkah praktis agar kesalahan ini tidak terulang.
#1 Perbaiki Mindset Investasi
Berhenti membeli saham karena ingin cepat kaya. Fokuslah pada perusahaan yang kamu pahami dan percaya masa depannya.
#2 Terapkan Manajemen Risiko
Belilah perusahaan bagus di harga yang masuk akal, bukan di harga euforia.
#3 Review Portofolio Secara Berkala
Investasi itu seperti tanaman. Jika tidak dirawat, hasilnya sulit diharapkan.
[Baca Juga: Cara Mengelola Portofolio Saham, Hindari Kesalahan Ini biar Enggak Rugi]
Rugi Itu Wajar, Salah Terus yang Berbahaya
Mengalami saham minus adalah bagian dari perjalanan investor. Yang membedakan investor bertahan dan tidak adalah cara menyikapi kerugian.
Pertanyaan “cut loss atau tahan” seharusnya dijawab dengan:
-
analisis,
-
evaluasi,
-
dan strategi,
bukan emosi.
Jika kamu ingin mengambil keputusan dengan lebih terarah dan tidak mengulang kesalahan yang sama, pendampingan investasi saham bisa membantu memberi sudut pandang yang lebih objektif dan terstruktur.
Jika kamu sedang berada di posisi bingung—antara harus cut loss atau bertahan—itu bukan tanda kamu gagal sebagai investor. Justru itu tanda bahwa kamu butuh sudut pandang yang lebih objektif dan terstruktur. Gunakan Program Bookplan dari Finansialku. Jika Anda tertarik, hubungi Whatsapp 0851 5897 1311 atau klik banner di bawah ini ya!
Melalui Pendampingan Saham Finansialku, kamu tidak diarahkan untuk ikut-ikutan saham tertentu, melainkan dibantu memahami:
-
apakah saham yang kamu pegang masih layak dipertahankan,
-
kapan sebaiknya melepas dengan rasional,
-
dan bagaimana menyusun strategi investasi yang sesuai dengan tujuan dan profil risiko kamu.
Pendampingan ini tidak mengelola dana kamu. Semua keputusan tetap di tangan kamu, dengan bekal analisis dan kerangka berpikir yang lebih matang.




Leave A Comment