Apakah mungkin tagihan kartu kredit membengkak, karena kurs? Jangan sampai Anda bingung tiba-tiba tagihan kartu kredit membengkak, setelah Anda menggunakan kartu kredit saat berlibur ke luar negeri atau berbelanja di toko online.

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

Halomoney Indonesia Logo

 

Tagihan Kartu Kredit Membengkak, karena Kurs?

Apakah Anda pernah berbelanja online di toko online seperti Amazon, Ebay atau toko online asing lainnya? Tentu saja jika kita berbelanja di toko online asing, metode pembayaran yang paling mudah adalah dengan kartu kredit (biasanya Visa atau Mastercard). Nah apakah Anda mengecek berapa kurs yang dibebankan pada kartu kreidt Anda? Apakah tagihan kartu kredit membengkak, tiba-tiba karena kurs?

 

Karena Kurs, Tagihan Kartu Kredit Membengkak - Perencana Keuangan Independen Finansialku

[Ikuti Quiz: Apa Saja Hak-Hak Pengguna Kartu Kredit?]

 

Managing Director dari situs pembanding produk keuangan paling populer di Indonesia HaloMoney.co.id, Jay Broekman, menyatakan biaya konversi mata uang asing adalah salah satu komponen biaya kartu kredit yang sering terlewat oleh pengguna kartu kredit. 

 

“Biasanya, saya akan memastikan dulu kurs dan biaya yang dikenakan atas konversi mata uang asing pada transaksi yang menggunakan kartu kredit saya. Meskipun selisih beberapa persen, saya jadi tahu berapa jumlah persisnya yang akan saya keluarkan dalam mata uang Rupiah. Ini membantu saat saya menganggarkan kebutuhan transaksi dalam mata uang asing.”

 

 

Biaya konversi mata uang asing (kurs) terdiri dari dua bagian, yaitu biaya yang dikenakan oleh Credit Card Network (seperti Visa dan MasterCard) serta biaya yang dikenakan oleh bank penerbit kartu kredit (seperti CIMB Niaga, HSBC, Citi, dan Standard Chartered). Bagaimana dengan biayanya?

  • Visa dan MasterCard mengenakan biaya antara 1% – 2%
  • Bank penerbit mengenakan biaya 1,5% –  2,5%.

 

[Baca Juga: Buat Pengguna Pemula, Sudah Tahu CVV Belum?]

 

Biaya konversi akan dikenakan langsung pada kurs tukar terhadap rupiah di laporan tagihan kartu kredit Anda. Hal ini tentu saja mengakibatkan, biaya konversi mata uang asing ini sering tidak disadari oleh pengguna kartu kredit. Jadi bukan hanya kurs yang dikenakan, tetapi juga ada biaya konversi.

banner -milenial membuat kartu kredit mudah

 

Contoh Simulasi Transaksi Mata Uang Asing 

Simulasi berikut adalah contoh transaksi belanja online dengan menggunakan mata uang asing. Misal Pak Ronald, membeli beberapa barang dengan nilai belanja sebagai berikut (tanpa biaya konversi mata uang asing):

 

Produk Harga (US$) Kurs Nilai Rupiah
Baju 200 13.000 2.600.000
Tas 500 13.000 6.500.500
Sepatu 300 13.000 3.900.000
Total 1.000   13.000.000

 

Kurs tukar dari US$ ke Rupiah pada tabel diasumsikan Rp 13.000 saat tanggal trasaksi (diproses oleh Visa atau MasterCard). Pak Ronald menggunakan kartu kredit Visa dari bank XYZ. Asumsikan biaya konversi Visa adalah 1% dan bank mengenakan tambahan biaya 1,5%, sehingga total biaya konversi mata uang asing adalah 2,5%.

 

Pada tagihan kartu kredit Anda nantinya, kurs yang tertera bukanlah Rp 13.000, melainkan Rp 13.325 (diperoleh dari 102,5% * Rp 13.000). Akibatnya, jumlah yang ditagih kepada Anda adalah sebagai berikut:

 

Produk Harga (US$) Kurs Nilai Rupiah
Baju 200 13.325 2.665.000
Tas 500 13.325 6.662.500
Sepatu 300 13.325 3.997.500
Total 1.000   13.325.000

 

Seperti yang dapat Anda lihat dari kedua tabel di atas, selisih nilai belanja dalam Rupiah merupakan biaya yang disebut sebagai biaya konversi mata uang asing. Dalam contoh di atas, biaya konversi yang dikenakan kepada Anda adalah Rp 325 ribu (diperoleh dari Rp 13.325.000 – Rp 13.000.000). 

 

Ternyata selisihnya lumayan besar ya? Andai saja Anda bisa nego biaya konversi tersebut, maka Anda dapat cukup berhemat, kan? Pastikan Anda sudah bertanya kepada bank mengenai biaya konversi mata uang asing yang akan dikenakan. Selain itu jika tidak penting-penting amat, kurangi berbelanja dengan mata uang asing.

 

 

Kesalahan Fatal: Dynamic Currency Conversion

Jika Anda orang yang suka berbelanja online, Anda akan menjumpai produk yang akan Anda beli, ditawarkan dalam mata uang Rupiah. Semua orang pemula akan mengira pilihan transaksi ini lebih nyaman karena menggunakan Rupiah. Sayangnya hal ini merupakan kesalahan persepsi yang fatal.

 

[Baca Juga: Liburan Kok Pake Kartu Kredit?]

 

Opsi pembayaran dengan menggunakan mata uang lokal saat belanja di luar negeri disebut sebagai Dynamic Currency Conversion (DCC). Opsi tersebut adalah fasilitas yang digunakan oleh merchant  (penjual) tempat Anda berbelanja, bukan oleh Credit Card Network. Sering kali, penjual akan menggunakan kurs tukar yang kurang menguntungkan bagi Anda sebagai pembeli. Selain itu, Anda tetap harus membayar fasilitas Dynamic Currency Conversion dengan jumlah sekitar 0,8% hingga 1%.

 

Sebagai contoh, asumsikan merchant menggunakan opsi kurs tukar Rp 16.000 dan biaya fasilitas 1%. Jumlah rupiah yang akan ditawarkan oleh merchant

Produk Harga (US$) Kurs Nilai Rupiah
Baju 200 16.000 3.200.000
Tas 500 16.000 8.000.000
Sepatu 300 16.000 4.800.000
Total 1.000   16.000.000

*) Merchant kemungkinan besar hanya menyebutkan nilai dalam Rupiah sehingga Anda tidak mengetahui nilai dalam mata uang US$.

 

Perhitungan setelah dikenakan biaya 1%, tagihan menjadi: 

Produk Nilai Rupiah Biaya 1% Nilai Tagihan
Baju 3.200.000 32.000 3.232.000
Tas 8.000.000 80.000 8.080.000
Sepatu 4.800.000 48.000 4.848.000
Total 16.000.000   16.160.000

Perhatikan perhitungan di atas, Pak Ronald mengeluarkan uang yang jauh lebih banyak karena merchant menggunakan fasilitas DCC. Total tagihan Pak Ronald menjadi Rp 16.160.000, sedangkan jika Pak Ronald membeli dengan mata uang US$ di merchant lain, nilai yang ditagihkan kepada Pak Ronald adalah Rp 13.325.000. Selisih yang hampir Rp 3 juta ini tentu membuat pengeluaran, untuk transaksi di luar negeri menjadi boros.

 

Jadi, Pilihan Anda adalah …

Setelah Anda mengetahui perbandingan-perbandingan biayanya, maka Anda dapat menyimpulkan pilihan mana yang sebenarnya lebih menguntungkan. Sekaligus Anda juga mengetahui, tagihan kartu kredit membengkak, bukan karena kurs tetapi adanya biaya konversi. 

Sebagai pengguna kartu kredit, sebaiknya Anda menjadi pengguna yang cerdik dan bijaksana. Cari informasi terlebih dahulu, berapa kurs dan biaya konversi yang dikenakan, agar Anda tidak kaget jika tagihan kartu kredit membengkak.

 

Apakah Anda pernah merasa dicurangi, saat melihat tagihan kartu kredit membengkak setelah belanja online?

 

Download E-Book Perencanaan Keuangan untuk Umur 20 an (GRATIS)

Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 20 an Perencana Keuangan Independen Finansialku