Cerita Ramadan: Keluargaku, Tanggung Jawabku merupakan sebuah kisah tentang bapak tua yang berjualan minuman di sebuah pom bensin demi menghidupi keluarganya.

Semoga Anda bisa banyak belajar melalui kisah yang mengharukan ini.

 

Keluargaku, Tanggung Jawabku

“Kerja keras, banting tulang adalah bukti seorang lelaki mencintai pasangan dan keluarganya” – Endik Koeswoyo

 

Siapapun yang pernah mengisi bensin atau sekedar melintasi pom bensin Cipaganti mungkin pernah melihatnya.

Bapak-bapak berbaju koko lusuh, dengan rambut putih yang menyembul di balik kopiah hitam, duduk di dinding pembatas pom bensin menjaga baskom berisi berbagai minuman kemasan. Dari air mineral, minuman isotonik, jus kemasan, hingga kopi kemasan semuanya ada, lengkap.

Tahun ini, lelaki yang lahir saat perang dunia kedua ini genap berusia 77 tahun.

Di usianya yang tak lagi muda, seharusnya ia ada di rumah, menikmati usia tua dengan beribadah dan bermain dengan cucu-cucunya.

Alih-alih menikmati masa tuanya di rumah, ia malah rela panas-panasan menunggu pembeli, berharap ada beberapa orang yang berbaik hati membeli minuman yang ia jual.

 

 

Bila dihitung-hitung, baru sekitar satu tahun bapak ini berjualan minuman. Sebelumnya ia berjualan sayur mayur.

Kerja keras bukan lagi hal baru baginya, mungkin seluruh hidupnya merupakan definisi dari kerja keras.

Ia dulu berkeliling di sekitar jalan Jurang, menjual sayuran dengan cara di panggul. Penghasilan yang dimilikinya dengan berjualan sayur keliling cukup untuk menghidupi keluarga kecilnya, namun hidup tak selamanya konstan.

Ia bangkrut. Bukan karena terlilit utang, tetapi karena keisengan preman. Ya, Anda tidak salah baca. Sayuran yang ia jual dicuri saat ia sedang berjalan menggendong sayurannya.

Awalnya hanya satu atau dua buah sayur yang hilang, lama kelamaan semakin banyak, hingga puncaknya semua sayurannya hilang tak tersisa. Tak hanya itu, timbangannya yang sudah usang pun diambil.

Menurutnya, karena jualannya dipanggul, orang-orang bisa dengan mudah mencuri sayur atau buah yang ia jual lewat belakang. Itulah mengapa preman-preman tersebut bisa mengambil sayuran jualannya dari belakang tanpa sang bapak sadari.

Saat itu tahun 1961. Terpuruk sudah pasti. Bingung rasanya, bagaimana ia harus menjelaskan peristiwa itu kepada istri dan anak-anaknya. Terlebih lagi, ia bingung bagaimana harus menyambung hidup, untuk modal jualan saja tidak ada.

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Namun, bukan laki-laki sejati namanya bila menyerah begitu saja. Cintanya pada pasangan dan anak-anaknya membuatnya terus mengupayakan apapun untuk menghidupi mereka.

“Saya laki-laki, bapak untuk anak-anak perempuan saya, kepala keluarga untuk istri saya. Saya harus memberikan apapun yang saya punya untuk mereka. Agar anak-anak perempuan saya tau, laki-laki yang baik untuk keluarganya ntar seperti apa. Saya harus menjamin kehidupan mereka.”

 

Dengan wajah yang terlihat sangat letih, senyum kebahagiaan masih terlukis di wajah keriputnya.

Baginya, bertanggung jawab untuk keluarganya adalah sebuah kewajiban dan bagian dari ibadah, bukan beban.

Tekadnya kuat, dan Tuhan mendengarnya. Akhirnya terkumpul lah modal untuk kembali berjualan.

Belajar dari pengalaman yang lalu, akhirnya bapak tua ini memutuskan untuk menyewa sebuah lapak di Pasar Baru Bandung dan kembali berjualan sayuran.

Namun upayanya itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Selain banyaknya saingan yang juga berjualan sayuran, banyak pula preman yang kerap memalak para pedagang dengan dalih uang keamanan. Alhasil, sang bapak tidak meraup keuntungan dari hasil berjualan sayur.

Sekali lagi, bapak tua ini harus gulung tikar.

Namun, kegagalan itu bukanlah penghalang baginya untuk kembali berjualan. Ia pun menjajakan produk baru, yakni buah-buahan. Ia merasa bahwa berjualan dengan berkeliling lebih efisien ketimbang harus membuka lapak. Pasalnya, ia bisa langsung mendatangi para pembelinya.

Namun, hal yang sama lagi-lagi terulang. Buah-buahan jualannya hilang dicuri orang. Terutama buah-buahan yang mudah untuk diambil satuan.

Betapa putus asanya sang bapak saat itu. Seluruh usahanya tak kunjung berbuah manis.

Akhirnya, awal tahun 2000-an, ia memutuskan untuk berhenti berjualan buah atau sayur. Ia pun memutuskan untuk berjualan minuman kemasan.

Karena usianya yang tidak lagi muda, ia menderita penyakit asam urat yang menyebabkannya tak mampu untuk berjalan jauh.

Bahkan, ada saat di mana penyakitnya tersebut membuat kedua kakinya tidak bisa digerakkan sama sekali. Namun, entah dari mana, ia mendapat kekuatan untuk berjalan dan kembali berdagang.

 

Iklan Perencanaaan Hari Tua - 728x90

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Di umurnya yang tak lagi muda, sang bapak tua berjualan minuman kemasan di sekitar pom bensin Cipaganti bagian pengisian motor.

Dari rumahnya yang berada di jalan Jurang ke tempatnya berjualan ini tidak begitu jauh. Sehingga ia pun memutuskan untuk menetap berjualan di sana.

Sama seperti berjualan sayur dan buah, berjualan minuman kemasan tidaklah mudah. Tidak setiap hari minuman kemasan yang dijualnya habis terjual. Dalam sehari, kadang hanya terjual satu atau malah tidak sama sekali.

Menurutnya, jika dirata-rata, dalam sehari ia hanya bisa menjual 5 buah minuman kemasan.

Sang bapak menambahkan, beberapa orang membeli minuman kemasan yang dijualnya bukan karena mereka menginginkannya, tapi beberapa di antaranya membeli karena kasihan.

Bila itu terjadi, ia mengaku hanya bisa tersenyum sembari memanjatkan syukur dalam hati. Ia berterima kasih, karena Tuhan masih mempertemukannya dengan orang-orang baik.

Berbeda dari penjual lainnya, bapak tua ini tidak pernah mematok harga untuk minuman kemasan yang ia jual. Menurutnya, minuman kemasan yang ia jual adalah minuman kemasan yang sangat mudah di temukan di mana saja, sehingga semua orang pasti sudah mengetahui harga dari minuman kemasan yang ia jual.

Karena hal ini, terkadang ada saja pembeli yang memberinya uang lebih. Untuk satu buah minuman kemasan, ia pernah dibayar 20.000 rupiah.

Sekali lagi, bapak tua ini hanya bisa tersenyum sembari berterima kasih atas rezeki dari Tuhan yang mengalir melalui tangan-tangan mulia yang menghampirinya.

Dari hasil berjualan inilah ia mampu membahagiakan keluarganya, mewujudkan mimpi putrinya untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Dengan bangga, bapak tua ini mengungkapkan bahwa Putri kesayangannya kini berkuliah di salah satu universitas terbaik di Bandung.

Ia bangga sekaligus bersyukur, walaupun ia hanya penjual minuman asongan, namun ia memiliki kesempatan untuk menguliahkan anak bungsunya.

Putri-putrinya yang lain sudah berumah tangga dan hidup terpisah darinya karena ikut dengan suami mereka masing-masing.

“Sedikit-sedikit Bapak udah lega, tinggal si Eneng yang masih kuliah. Semoga bisa jadi sarjana mendapatkan pekerjaan yang bagus, nggak kaya Bapak yang cuma jualan asongan aja.”

 

Dalam hatinya, selalu terucap doa terbaik bagi putri-putrinya di mana pun mereka berada. Berharap bahwa putrinya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dari yang mampu ia berikan saat ini.

 

Pelajaran apa yang Anda dapatkan? Mari bagikan inspirasi dari cerita ini kepada teman Anda yang sedang redup semangatnya!

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Free Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg