Salah satu industri yang menarik di akhir tahun, bagaimana prospek bisnis TINS (PT TIMAH Tbk.) ke depannya?

 

Analisis Fundamental

Industri mining di penghujung tahun memang menarik. Beroperasi sejak 1953 dan Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia pada 1995, dengan pengendali PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) 65% dan Publik 35%.

PT TIMAH Tbk. (TINS) juga berdampak atas kabar yang dibawah oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan ke Amerika Serikat sebagai anggota Holding BUMN Industri Minerba.

Dilansir dari bisnis.com, Luhut mengungkapkan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. juga sudah melakukan penandatanganan dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) pada pekan lalu.

Kolaborasi itu menurutnya untuk pembuatan lithium battery.

TINS memiliki segmen usaha Pertambangan, Perindustrian, Perdagangan, Pengangkutan, dan Jasa.

Kinerja dan Prospek Bisnis PT Timah Tbk. (TINS) 02

[Baca Juga: Penutupan IHSG Hari Ini, 4 Desember 2020 Melemah di 5.810,483]

 

PT TIMAH Tbk. naik signifikan sebesar 128,7% menjadi 76.400 ton dari produksi tahun 2018 yang hanya sebesar 33.400 ton.

Oleh karena itu, rilisan data dari Laporan Keuangan TINS pada 2018 tercatat bahwa PT TIMAH Tbk. berhasil merebut gelar sebagai produsen logam timah terbesar di dunia.

Kenaikan produksi logam timah PT TIMAH Tbk. dikarenakan Perseroan telah menggandakan produksi seiring dengan diberlakukannya peraturan ekspor dari Indonesia yaitu aturan Competent Person Indonesia (CPI) yang wajib dimiliki setiap smelter sebagai upaya penataan tambang dan kepastian asal-usul bahan baku mineral.

Berikut produksi logam timah dunia tahun 2019 berdasarkan data dari International Tin Association (ITA).

TINS

 

Pertumbuhan ekonomi global dan nasional yang mengalami perlambatan di tengah pandemi COVID-19.

Risiko resesi ekonomi global pada 2020 dipengaruhi oleh penurunan permintaan serta terganggunya proses produksi antara lain akibat terbatasnya mobilitas manusia sejalan dengan kebijakan mengurangi risiko penyebaran COVID-19.

Sejalan dengan kondisi ini, pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat dan banyak negara di kawasan Eropa juga mengalami kontraksi pada tahun ini, meskipun berbagai kebijakan ultra akomodatif dari kebijakan fiskal dan moneter telah ditempuh.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat pada Q2 dan Q3 2020 sejalan dengan kontraksi ekonomi global dan juga dampak ekonomi dari upaya pencegahan penyebaran COVID-19

Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang juga menurun, namun setelah kabar vaksin yang berhasil uji dan siap didistribusikan, walau masih dalam proses, ini menjadi sentimen positif bagi Indonesia tersendiri.

Adanya UU Omnibus Law menjadi daya tarik asing kepada market Indonesia, memasuki Q4 2020 yang diperkirakan Indonesia akan mengalami resesi dan tingkat inflasi turun ternyata berbanding terbalik, arah IHSG yang menguat juga respon asing dan investor domestik yang positif inilah yang menjadikan pergerakan saham bullish.

Di tengah ketidakpastian dan tantangan yang ada, PT TIMAH Tbk. memiliki peluang untuk tumbuh.

Peluang yang dimiliki PT TIMAH Tbk. antara lain yaitu, merupakan produsen timah terbesar pertama dunia pada tahun 2019, memiliki IUP luas dan bersertifikat CnC dan pengetahuan luas terkait dengan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, peleburan, pemurnian dan pemasaran.

Produk PT TIMAH Tbk. merupakan produk berkualitas tinggi dengan brand yang terkenal di pasar.

Perseroan juga berstatus member holding pertambangan yang memiliki aset non operasional yang bersifat strategis, memiliki sarana pendukung operasi yang lengkap, grup memiliki portofolio yang luas dan beragam serta memiliki sumber daya manusia (SDM) 80% di usia muda.

 

Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA

9 Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

 

Kinerja Keuangan PT TIMAH Tbk.

Dari Laporan Keuangan Konsolidasi Perseroan, aset TINS selama 9 tahun terakhir, di Q3 2020 TINS mencatatkan penurunan Aset sebesar 17,72% dari September 2019 yakni Total Aset Rp 16,7 triliun yang berasal dari penurunan kas, persediaan, piutang usaha.

Aset TINS

TINS Data: rivankurniawan

 

Dari sisi profitabilitasnya, GPM TINS mengalami penurunan yang diketahui beban pokok pendapatan Timah turun 17,87% menjadi Rp 11,1 triliun.

Penurunan beban pokok pendapatan ini disebabkan penurunan biaya penambangan karena efek pandemi COVID-19. TINS melaporkan produksi bijih timah sebanyak 34.592 ton sampai dengan Q3 2020.

Realisasi itu turun 47,44 % dari 65.819 ton periode yang sama tahun lalu. TINS membukukan pendapatan Rp 11,88 triliun. Realisasi itu lebih rendah 18,42 % dari Rp 14,56 triliun periode yang sama tahun lalu.

GPM NPM TINS

TINS Data: rivankurniawan

 

Untuk kondisi liabilitas perseroan mengalami penurunan 21,71% atas total liabilitas menjadi Rp 11,8 triliun per 30 September 2020, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir 2019 sebesar Rp 15,1 triliun.

Hal ini dilakukan guna mengurangi liabilitas dalam rangka mitigasi pandemi COVID-19 untuk menjaga arus kas selama tahun pandemi.

Liabilitas TINS

TINS Data: rivankurniawan

 

Untuk Ekuitas mengalami penurunan tipis 2,38% menjadi Rp 4,9 triliun per Q3 2020.

TINS membukukan penurunan atas pendapatan usaha Timah selama sembilan bulan terakhir mencapai Rp 11,8 triliun turun dari periode yang sama tahun lalu di Rp 14,5 triliun

Ekuitas TINS

TINS Data: rivankurniawan

 

Untuk Q3-2020, mencatatkan laba usaha Rp 760 miliar padahal, periode yang sama tahun lalu bisa Rp 1 triliun

Melalui bisnis.com, Sekretaris Perusahaan, Muhammad Zulkarnaen Dharmawi mengungkapkan ada tiga hal yang dilakukan perseroan untuk perbaikan fundamental.

Pertama, perbaikan cash flow dengan menjaga cash flow tetap positif.

Lebih rinci, terkait segmen usaha TINS Sebagai eksporter logam TINS menggunakan harga jual atau ekspor adalah harga logam dunia yang tercatat dalam bursa London Metal Exchange (LME).

5 negara tujuan ekspor terbesar timah di antaranya Singapura yang berkontribusi 17,9 %, Korea 16,2 %, China sebesar 14,8 %, Amerika Serikat sebesar 11,2 %, dan India sebesar 11,2 %

Secara kumulatif, kontribusi ekspor timah ke 5 negara tersebut mencapai 71,3 % dari total pendapatan TINS.

Dengan kenaikan harga logam saat ini relatif stabil maka ini menjadi salah satu indikator meningkatnya permintaan logam timah di dunia termasuk Amerika Serikat.

Emiten berkode saham TINS itu melaporkan harga logam timah terus membaik akibat defisit pada Q3 2020. Manajemen optimistis harga akan kembali ke posisi semula pada awal 2021.

TINS melaporkan ekspor timah sebesar 98% dengan pasar benua Asia 68%, Eropa 15% dan Amerika 15% pada Q3 2020. Sisanya, penjualan dilakukan ke pasar domestik.

Untuk melihat apakah saham ini tergolong mahal/murah, kita bisa melihat valuasi Price Book Value (PBV)-nya yang ada di 01,3x, TINS saat ini dihargai over valued/murah.

Untuk Price Earning Ratio TINS ada di minus 7,9x yang menandakan TINS sedang pada harga jauh lebih murah dari harga wajarnya.

PBV PER TINS

TINS Data: rivankurniawan

 

Untuk Return on Equity TINS pada 2020 ada di minus 16% karena TINS membukukan rugi bersih Rp 255,16 miliar per 30 September 2020.

Namun, jumlah itu menciut dari Rp 390,07 miliar pada kuartal II/2020. yang artinya di tahun ini TINS masih belum bisa efisien dalam mengelola asset dan liabilities nya untuk mendapatkan profit ditengah kondisi pandemi saat ini.

ROE TINS

TINS Data: rivankurniawan

 

Analisis Teknikal PT TIMAH Tbk.

Hingga perdagangan market Sesi II – 04 Desember 2020 tren IHSG bearish tipis hingga 0,21%. TINS diperdagangkan pada harga 1220/lembar melemah minus 0,41%.

Kamis (3/12) sempat menguat hingga 7,93% dengan volume kenaikan buy yang baik dan sell yang tidak terlalu besar. Timah terlihat mengalami rebound dari level support-nya di 400 pada Maret 2020.

Sejak Maret hingga Oktober yang naik cukup tajam terhadap aksi beli emiten komoditas dan siklikal.

Penguatan IHSG dan saham dari industri Mining termasuk TINS mengantarkannya dari harga 330/lembar (Maret) ke harga 1200/lembar (November).

Teknikal TINS

 

Jika melihat rentang daily, Indikator MACD berada di atas garis nol dengan sinyal buy yang menguat sejak November 2020.

Ada kemungkinan bullish bisa terjadi lagi jika pasar masih berharap TINS untuk window dressing dan prospek dalam 3 bulan kedepan dan korelasi kenaikan harga timah dan emiten ini yang diharapkan semakin baik di tahun depan.

Pola candle yang terbentuk memberi sinyal akan terjadi bullish berkelanjutan. Indikator Stochastic menggunakan kerangka waktu daily terlihat sinyal overbought momentum.

Untuk indikator EMA (20), EMA (50) dan EMA (100) masih membentuk pola bullish. Jika menembus resistance-nya terdekatnya saat ini di 1270 ini bisa jadi tempat untuk take profit pula dan sinyal menembus 1390-1400.

Jika ingin hold TINS bisa saja market bullish dan menembus hingga harga 1400-1450. Untuk cut loss disarankan jika tidak mampu bertahan di harga tertinggi sebelumnya di 1030-940.

 

Outlook PT TIMAH Tbk.

Manajemen TIMAH menjelaskan melalui bisnis.com bahwa uji coba vaksin di beberapa negara telah membawa harapan baik bagi pulihnya pasar komoditas logam.

Konsumsi yang lebih besar dari suplai, sebelumnya stok mencukupi Tetapi, saat ini stoknya semakin lama makin menipis sehingga harga dengan sendirinya semakin membaik di pasar.

Perseroan pertambangan milik negara ini melaporkan permintaan logam timah naik 8,07% secara kuartalan pada Q3 2020.

Peluang untuk sinergi BUMN terkait holding pertambangan dan potensi pasar timah dunia yang diperkirakan akan tumbuh dengan harga timah diproyeksikan naik ke depannya.

Potensi cadangan timah di Bangka Belitung yang masih besar, terutama untuk tipe primer yang banyak ditemukan di berbagai lokasi baru yang terus dilakukan eksplorasinya menjadi peluang bisnis bagi TIMAH.

Cadangan baru tersebut menjadi harapan terkait dengan keberlangsungan bisnis pertimahan pada masa depan.

Potensi timah alluvial dalam dan timah primer masih besar. Peningkatan recovery penambangan dari bijih timah kadar rendah juga akan membantu perseroan ke depannya.

Kinerja dan Prospek Bisnis PT Timah Tbk. (TINS) 03

[Baca Juga: Prospek Diversifikasi Bisnis PT Adaro Energy Tbk. (ADRO)]

 

Peluang pada pasar non tin mining (mineral ikutan timah dan rare earth element) serta produk hilir timah baik pasar domestik dan global, penambangan cadangan laut dangkal dengan Cutter Suction Dredger (CSD) dan Tambang Kecil Terintegrasi (TKT) untuk cadangan spotted di darat dan potensi cadangan timah di dalam dan luar negeri yang cukup menjanjikan (misalnya Myanmar), serta pengembangan terhadap logam tanah jarang yang merupakan mineral ikutan berasal dari proses penambangan bijih timah.

Logam jenis ini akan berjual nilai tinggi sebagai bahan baku berbagai produk elektronik, seperti layar TV, laptop, dan telepon genggam ditengah kebutuhan dunia akan perangkat berteknologi digital.

Perseroan juga menyampaikan akan memanfaatkan backlog atau persediaan timah setengah jadi untuk dilebur kembali menjadi logam timah dengan spesifikasi standar London Metal Exchange (LME), yakni kebutuhan pelanggan untuk produk premium dan spesifik (market driven).

Harga timah yang telah naik lebih dari 30% dari level terendahnya pada akhir Maret 2020 di posisi US$ 13.250 per ton akan menjadi sinyal positif untuk tahun depan.

Perseroan juga berusaha menggenjot penetrasi pasar baru sebagai salah satu upaya ekspansi bisnis untuk memperbaiki kinerja keuangan perseroan.

Sebagai produsen timah terbesar di dunia, perseroan telah menjadi salah satu the most preferred brand di industri pertimahan dengan trademark yang sudah terdaftar di London Metal Exchange (LME).

Kinerja dan Prospek Bisnis PT Timah Tbk. (TINS) 04

[Baca Juga: Prospek Diversifikasi Bisnis PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)]

 

Salah satu langkah perseroan adalah dengan ekspansi menambah cadangan dan produksi timah di Nigeria, dilansir dari bisnis.com, Direktur Keuangan TIMAH, Wibisono mengatakan rencana ekspansi perseroan di negara Afrika tersebut mengalami kendala akibat dari penyebaran COVID-19.

Setelah pandemi berakhir dan vaksin didistribusikan maka ekspansi ini diharapkan bisa dilanjutkan lagi.

Terkait mobil listrik yang menjadi sentimen positif akhir-akhir ini dan kabar rencana pembangunan pabrik baterai di Indonesia seperti Contemporary Amperex Technology Co. Ltd., LG Chem Ltd dan Tesla.

Perihal ini mendapatkan begitu banyak perhatian tidak terkecuali kepada TINS, meskipun tidak fokus dan segmen usaha tidak besar di area nikel dan dampak dari proyek baterai EV untuk TINS sendiri belum begitu besar ke depannya.

Namun TINS beroperasi juga di beberapa lahan tambang lainnya yang mana salah satunya adalah tambang nikel di Sulawesi Tenggara.

Selain itu, TINS juga memiliki lahan tambang batu bara di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

Kontribusi penjualan nikel ke total pendapatan TINS tidaklah besar, hanya sebesar 0,47% terhadap total pendapatan perusahaan.

Sedangkan kontribusi terbesar berasal dari penjualan logam timah yang berkontribusi sebesar 94,38% dari total pendapatan perusahaan.

Jadi memang mayoritas pendapatan yang dihasilkan oleh TINS berasal dari timah, dan bukan nikel. Namun reaksi pasar masih positif terkait hal ini.

 

Kesimpulan

Harapan pemulihan penjualan PT TIMAH Tbk. (TINS) hingga tahun depan sepertinya terlihat masih ada sinyal positif, namun membaiknya cash flow operasi merupakan indikator sehatnya finansial emiten yang menjadi target perusahaan, menjadikan GCG perusahaan lebih baik dan usaha untuk selalu mendisrupsi diri

Emiten masih memiliki tantangan jika menyangkut bisnis mining seperti pengembangan pertambangan membutuhkan banyak modal dan keahlian khusus, sumber-sumber energi alternatif ikut berkompetisi sebagai supplier penghasil energi, serta ketidakjelasan peraturan baik dalam pasar domestik maupun ekspor.

Namun di samping tantangan yang besar, ada peluang yang masih terbuka untuk TINS.

Peluang bisnis TINS bisa akan semakin menarik di tahun depan terkait ekspor timah, berinovasi sesuai dengan permintaan market global dan nasional.

 

Disclaimer on: Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buy/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis berdasarkan laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.

 

Itulah analisa saham TINS dan prospeknya ke depan yang bisa membantu pertimbangan investasi Anda. Punya pertanyaan? Anda bisa tanyakan dalam kolom komentar.

Anda juga bisa bergabung dalam grup komunitas belajar saham Finansialku untuk info terbaru dan diskusi mengenai saham dengan praktisi dan pakarnya.

 

 

Sumber Referensi:

  • Aplikasi IPOTGO
  • Annual Report PT Timah (TINS) (www.idx.co.id)
  • Bisnis.com

 

Sumber Gambar:

  • Aplikasi ChartNexus
  • Consolidated Financial Statements PT Timah (TINS), September 2020
  • https://bit.ly/2KZpLSc
  • https://bit.ly/3qw1Fiu
  • https://bit.ly/3qsilqZ
  • https://bit.ly/2L7q1Pf