Cashless atau cash merupakan perilaku pembayaran konsumen saat ini! Nah, jika melihat pemandangan masyarakat saat ini seperti sudah menjadi tuntutan bahwa kita akan berada di fase semua serba instan dan praktis. Mau apa-apa tinggal klik-klik, lalu bayar.

 

Setiap kondisi perubahan yang melibatkan teknologi, pastinya ada hal positif dan juga negatifnya. Namun, sebenarnya lebih baik mana, menjadi cashless atau selalu pegang uang tunai?

Menurut saya, hal tersebut tidak bisa dipilih salah satu mana yang lebih baik, karena keduanya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Namun, di sini saya akan membahas terlebih dahulu kondisi cashless.

 

Perilaku Konsumen Menjadi Cashless Society

Sobat Finansialku, saat ini makan di pinggir jalan sudah bisa bayar menggunakan barcode, warung-warung kecil menerima pembayaran secara online. Hal itu dilakukan karena memang adanya tuntutan dari sisi pemerintah dan perilaku konsumen itu sendiri yang berubah untuk membayar menggunakan uang elektronik.

Melansir dari finansial.bisnis.com, pandemi Covid-19 dapat mengakselerasi perwujudan masyarakat nontunai (cashless society) di Indonesia menjadi tahun 2026, empat tahun lebih awal dari estimasi sebelumnya tahun 2030 melalui temuan studi Visa Consumer Payment Attitudes.

 

Khawatir penyebaran virus Covid-19, ternyata 6 dari 10 konsumen Indonesia membawa lebih sedikit uang tunai (cash), Jumlah ini merupakan jumlah tertinggi di kawasan ASEAN. Dengan perbandingan yang sama, konsumen Indonesia juga mengakui semakin jarang berbelanja dengan uang tunai. Lebih lanjut, 7 dari 10 konsumen Indonesia menyatakan merasa tidak perlu lagi membawa uang tunai yang mengindikasikan pergeseran perilaku konsumen.

Dengan perilaku tersebut sangat memberi dampak positif untuk negara, karena dengan pembayaran secara online, baik itu melalui Gopay, Ovo, e-money, dan sebagainya, negara akan lebih mudah menghitung perputaran uang di masyarakat.

 

Penggunaan uang elektronik juga membantu melancarkan transaksi, jika transaksi menjadi lancar, maka pertumbuhan ekonomi semakin membaik.

Perilaku perubahan konsumen ini bisa dikaitkan dengan keberhasilan Gopay di masyarakat, dikabarkan bahwa Gopay di tahun 2018 memberikan dampak terhadap 90% UMKM yang terdaftar menjadi mitra Gojek memiliki transaksi elektronik, dan belum lagi efek Gopay terhadap fitur lainnya.

Jika para UMKM membuka transaksi elektronik, hal tersebut seperti membawa efek kepada para UMKM lain yang menyesuaikan dengan permintaan konsumen.

Lebih Baik Mana? Selalu Pegang Uang Cash atau Cashless? - Finansialku 02

Sumber: Pikirantrader.com – https://bit.ly/3yaqiE9

 

Apa Dampaknya Terhadap Perekonomian

Sebenarnya, jika membahas dampak terhadap perekonomian, fenomena cashless society memberikan efek positif. Baik efek positif maupun efek negatif dirasakan terhadap beberapa pihak, yaitu:

 

Penjualan Terhadap UMKM Meningkat

Diketahui bahwa dengan adanya transaksi online dan elektronik membuat penjualan dan konsumsi masyarakat menjadi meningkat. Tentunya hal ini memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan UMKM.

Dikutip dari Pikiran-rakyat.com, menurut Analytic Data Advertising (ADA), kegiatan belanja online naik 400% sejak Maret 2020 akibat pandemi ini.

Bank Indonesia mencatat, transaksi pembelian melalui e-commerce pada Maret 2020 mencapai 98,3 juta transaksi yang meningkat 18,1% dibandingkan dengan Februari 2020. Selain itu, total nilai transaksi e-commerce pun meningkat 9,9% menjadi Rp 20,7 triliun dari bulan Februari 2020.

Tidak heran sepanjang tahun 2018 hingga saat ini semakin banyak UMKM yang membuka bisnis baru, dari fenomena kopi susu, boba, bakso aci, dan bisnis-bisnis lainnya.

 

Perilaku Konsumtif

Benar tidak semenjak transaksi elektronik menjadi lebih mudah, membuat Sobat Finansialku menjadi lebih konsumtif dan mudah sekali mengeluarkan uang tanpa pikir panjang? Terkadang, saya pun berbuat demikian. Oleh sebab itu, diperlukan sikap bijak dalam penggunaan uang elektronik sebagai alat transaksi.

Manfaatkan kemudahan tracking setiap pengeluaran dari transaksi elektronik, bukan hanya membuat transaksi lebih mudah ya. Justru dengan transaksi secara online, kamu bisa mengetahui pengeluaran secara detail kemana saja.

Sobat Finansialku, kamu bisa berhitung dan melakukan pembatasan lebih mudah jika sudah melebihi batas pengeluaran, yaitu dengan menggunakan pencatatan keuangan di Aplikasi Finansialku.

 

Tindak Kejahatan Digital

Dimana ada sisi positif dari teknologi, ada juga sisi negatif yang dirasakan.

Penipuan berbasis online juga semakin meningkat saat ini. Melansir dari Katadata.co.id, tercatat ada begitu banyak kasus kejahatan digital, seperti:

  • Kasus penipuan GrabToko yang memakan 980 orang korban, dengan total kerugian diperkirakan Rp 17 miliar.
  • Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (Ditjen PKTN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat ada 396 dari 931 pengaduan pada tahun 2020 terkait belanja online.
  • Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menerima 304 aduan dari pelanggan e-commerce sejak 2017.

Kamu perlu berhati-hati! Terlebih lagi di setiap aplikasi mengharuskan kita untuk memberikan data pribadi, seperti KTP, nomor telepon, alamat, yang bisa saja terjadi pencurian dan kebocoran terhadap data pengguna seperti kejadian belakangan ini.

 

Apa yang Perlu Diperhatikan Sebagai Cashless Society

Lalu apa yang perlu kita perhatikan sebagai masyarakat nontunai?

Untuk menghindari sifat konsumtif pastikan kamu sudah melakukan pola perhitungan terhadap pengeluaran sekalipun pengeluaran tersebut untuk top-up dan belanja online. Sehingga tidak ada alasan untuk melakukan pengisian uang elektronik terus menerus.

Selain bijak dalam penggunaannya, pastinya kita dihadapi dengan berbagai promo dan godaan dari setiap aplikasi. Namun, jika mengikuti tren terus menerus dan mengejar promo di setiap aplikasi, pasti tidak akan ada habisnya.

Pastikan Sobat Finansialku dapat memilih mana aplikasi yang mudah digunakan serta multi fungsi terhadap kebutuhan. Jadi, seperti one hub solution, pilih satu aplikasi yang bisa untuk semuanya.

Selain itu, kamu tidak menjadi khawatir terhadap data pribadi yang tercecer dan didaftarkan di mana-mana. Jadi, bijak juga untuk memilih aplikasi mana yang sesuai dengan kebutuhan kamu ya.

Lebih Baik Mana? Selalu Pegang Uang Cash atau Cashless? - Finansialku 01

Sumber: Uangonline.com – https://bit.ly/3h7Yj2d

 

Seperti yang saya katakan sebelumnya, tidak ada mana yang lebih baik menjadi cashless atau menggunakan uang tunai. Jelas untuk penggunaan elektronik saat ini massif dan memberikan hal baik terhadap ekonomi negara.

Namun, saya tidak membenarkan jika kita harus 100% tidak memiliki uang tunai. Bayangkan seperti kejadian blackout waktu itu, kebutuhan akan cash tetap ada, karena memang tidak semua transaksi sudah berubah menjadi basis online. Jika ada kejadian darurat di perjalanan atau bahkan di rumah, kebutuhan akan uang tunai tetap diperlukan.

Jangan jadikan alasan tidak adanya uang tunai karena segala sesuatunya sudah menjadi online, karena terkadang ada beberapa pihak yang masa bodo untuk tidak memiliki uang tunai dan membuat pihak lain merasa kesulitan dalam melakukan transaksi.

Jadilah masyarakat yang bijak dengan adanya perubahan terhadap teknologi. Pastikan kamu tetap memegang uang tunai, jika dirasa membutuhkannya dan bersikap bijak untuk melakukan transaksi secara online setiap harinya.

Setiap perubahan pasti ada sisi positif dan sisi negatif, namun bagaimana kita menyikapinya dengan memanfaatkan sisi positif daripada memberikan dampak negatif ya Sobat Finansialku.

 

Jika Anda memiliki masalah dalam mengatur keuangan, Anda bisa berkonsultasi juga dengan Perencana Keuangan Finansialku yang telah memiliki sertifikat. Namun, sebelumnya lakukan dahulu cek kesehatan keuangan supaya konsultasi Anda bisa selesai tepat sasaran, ya. Tenang! Cek kesehatan keuangan bisa Anda lakukan melalui aplikasi Finansialku juga, kok.

Anda dapat mengunduh Aplikasi Finansialku di Apps Store atau Play Store dan manfaatkan potongan harga Rp 50 ribu dengan kode promo: WEBTAHUNAN untuk biaya member PREMIUM yang lebih ekonomis selama satu tahun.

 

Editor: Nurdevi Noviana

 

Jangan lupa bagikan informasi pada artikel ini kepada rekan, saudara atau teman terdekat kamu supaya mereka bisa lebih bijak menjadi masyarakat nontunai (cashless society)!

 

Sumber Referensi:

  • Richard. 24 Februari 2021. Masyarakat Indonesia Lebih Doyan Transaksi NonTunai. Jumlahnya Tertinggi di Asean! Finansial.bisnis.com – https://bit.ly/3qyVD0K
  • Tia Dwitiani K. 11 Juni 2020. Belanja Online Meningkat 400 Persen, BPKN : Masih Banyak Dikeluhkan Konsumen. Pikiran-rakyat.com – https://bit.ly/3drXBeb
  • Desy Setyowati. 22 Januari 2021. Marak Penipuan Online saat Konsumen Hijrah ke Digital di Masa Pandemi. Katadata.co.id – https://bit.ly/3hjP125
  • Tri Apriyani. 10 Desember 2019. Dampak Uang Elektronik terhadap Perekonomian Indonesia. Yoursay.suara.com – https://bit.ly/3qEsqBM
  • Ani Rakhmanita, Desy Tri Anggarini. 2020. DAMPAK TRANSAKSI PEMBAYARAN GO-PAY BAGI PENINGKATAN PENJUALAN PEDAGANG KECIL MENENGAH DI PASAR MODERN BSD. Bsi.ac.id – https://bit.ly/3x7xGQJ