Cerita Ramadan: Mencari berkah jadi pengusaha lalaban ala Mang Yayat adalah sebuah kisah nyata dari seorang manusia yang terus bersemangat menjalani hidup demi memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun penyakit jantung yang sering kali mengganggu kehidupannya.

 

Mencari Berkah Jadi Pengusaha Lalaban Ala Mang Yayat

Beberapa riset tentang pekerjaan menyebut di masa mendatang, usia produktif perlu mampu lebih inovatif dalam pasar ekonomi kreatif sehingga menjadi para pengusaha yang mandiri.

Konsep ini sudah diterapkan oleh Mang Yayat.

Bedanya, ia berusaha mengandalkan dari hasil bumi seperti lalaban daun singkong, daun papaya, kelapa, buah papaya, buah sukun, singkong, dan masih banyak lainnya.

Ia merangkap kerja sebagai petani, pemilik lahan, direktur, pemilik modal, sekaligus distributor hasil taninya ke tiap rumah warga. Lahannya tidak besar hanya sekitar 60 meter2, yang itu pun dibagi dua dengan sang kakak.

Setiap harinya, selain dari hasil tanahnya, ia juga kerap dititipi barang dagangan berupa buah dan sayuran.

 

 

Penghasilan setiap hari yang didapat Yayat apabila sedang ramai mencapai 100 ribu rupiah. Hasil itu belum bersih untuknya karena harus membeli benih dan keperluan ladang lainnya.

Dan lagi, ia harus rela berbagi jika ada hasil tanah kakaknya yang terjual.

Zaman sekarang mungkin tidak banyak yang menyukai atau bahkan mengetahui apa itu lalaban. Hidup serba instan merupakan gaya hidup orang modern karena manusia zaman sekarang semakin diburu waktu.

Buah pun serba impor tanpa mengetahui sejak kapan buah itu dipanen. Atau bahkan buah kalengan lebih diminati karena mudah didapat. Tapi Yayat justru masih bertahan dengan menjual lalaban serta buah segar.

Selain tidak banyak yang bisa ia kerjakan di luar rumah, ia juga yakin kualitas dagangannya akan lebih bermanfaat bagi manusia.

Hampir semua dagangannya diperhatikan dengan seksama supaya menghasilkan lalab sehat tanpa campuran bahan kimia. Cukup dengan pupuk kandang dan air sungai yang masih melimpah di sekitaran rumahnya.

Selain itu menurutnya, jika barang dagangannya tidak habis, maka ia akan mengolahnya menjadi makan siang dan makan malam bersama istri dan anaknya. Oleh sebab itulah, ia tidak berani menjual barang-barang yang kualitasnya tidak baik.

Lepas shalat subuh, Yayat pergi ke ladang untuk mengambil daun singkong, daun papaya, dan hasil tanah lainnya.

Setelah itu, ia cuci dan kumpulkan di gerobak kecil yang setia menemani perjalanan karirnya untuk menjual lalaban sejak ia masih remaja. Sudah puluhan tahun lamanya Ia berjualan lalaban.

“Lab lalab lalab lalabana yeuh!”

 

Begitulah cara pria 50 tahun ini menawarkan lalabnya dengan mendorong gerobak dari daerah Pasir Impun sampai Cikadut. Lumayan jauh untuk seorang bapak dan suami yang baru-baru ini penyakit jantungnya kambuh.

Pria brewok ini pun tidak bisa lama menjajakan dagangannya. Hanya dari pukul 07.00 WIB sampai 12.00 WIB. Bukan tanpa sebab, Yayat sejak pagi harus bangun dan membantu sang istri tercinta yang juga kondisi fisiknya sudah tak bugar seperti dulu.

Kini istrinya itu lebih banyak di rumah dan di kasur karena penyakitnya yang semakin menggerogoti.

Tak jelas apa penyakitnya, yang pasti kini mereka berdua menjalani hidup dengan lebih hati-hati sebab sakit yang diderita pasangan ini.

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Suatu hari ketika musim peralihan hujan menuju kemarau, Yayat nampak tidak berjualan seperti biasa di komplek daerah Cikadut. Informasi dari orang-orang sekitar ternyata sakit jantung yang mendampinginya selama ini kambuh.

Sudah seminggu lamanya seruan ‘lalab lalaban’ itu tidak terdengar. Namun menurut kabar yang beredar, Yayat tidak berobat ke rumah sakit hanya klinik terdekat. Ia juga selanjutnya hanya istirahat dan minum obat seadanya di rumah.

Yayat mengaku jika rujukan ke rumah sakit itu dilakoninya mungkin dapurnya tidak berasap. Selagi sakit pun sesekali Ia masih ke ladang, namun tidak berkeliling komplek menjajakan. Ketika seminggu berlalu, roda gerobaknya kembali berputar.

Namun suaranya tak menggelegar seperti biasanya. Ternyata kesehatannya belum pulih total. Tapi tabungannya sudah tipis. Mau tidak mau, Yayat harus kembali berputar menjaja dedaunan dan buah segar.

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Baginya rezeki bukan untuk ditunggu. Namun dicari dengan niat hati mencari Ridho Ilahi.

Pantang bagi Yayat untuk mengemis belas kasihan dalam kondisi terburuk sekali pun. Selama tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya bisa untuk berusaha pasti Ia lakukan sendiri. Tangguh, tegar dan patut menjadi inspirasi.

Dari pria tangguh dengan topi coklatnya ini tentu banyak pelajaran yang selalu diberikannya. Baik sengaja atau pun tidak disengaja. Selagi sakit jantung yang seharusnya ia istirahat dengan alat medis mengawal, ia harus bergelut keringat memenuhi tanggung jawab.

Ya, ia tidak pernah lengah dengan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Dengan memberikan senyuman pada setiap orang yang ia temui, pengusaha mandiri ini selalu memberi keceriaan.

Bahkan salah satu pelanggan tetapnya mengaku, dirinya ketika membeli barang dagangan Yayat bukan karena memang butuh. Tapi karena Yayat acap kali memberikan inspirasi pada setiap pertemuan mereka.

Mulai dari inspirasi berkebun, bertani, mengolah bahan masakan, bahkan soal cinta pada keluarga.

 

Pesan Mang Yayat

Yayat juga memberi semangat pada kaum muda yang berfoya dengan uang orangtua, bahwa hidup yang dijalani perlu diperjuangkan sendiri. Memelihara cinta dalam diri untuk senantiasa rukun dan bersyukur dalam berbagai kondisi ekonomi. Pantang untuknya mengemis.

Karena untuknya keberkahan Tuhan adalah satu-satunya yang Ia cari selama hidup ini.

 

Mari bagikan inspirasi dari cerita ini kepada teman Anda yang sedang redup semangatnya!

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Gratis Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Umur 20 an

Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 20 an Perencana Keuangan Independen Finansialku