Ada amanat tersembunyi di drama ‘Reply 1988’! Jangan sampai dicontoh kalau enggak mau hidup makin melarat!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Finansialku Planner

 

‘Reply 1988’ Drama Legenda, Kirain Temanya Cuma Soal Keluarga! Ternyata…

Reply 1988, drama yang rilis lima tahun lalu, akhir-akhir ini jadi topik pembicaraan hangat di twitter.

Kenapa? Sebenernya saya juga enggak tahu kenapa tiba-tiba jadi rame lagi, tapi kayaknya, sih, karena makin banyak pencinta drama sejak The World of Married Couple tayang.

Kemudian muncul para veteran-veteran di perdramaan, memberikan rekomendasi drama yang enggak kalah bagus dari drama tentang perselingkuhan di atas.

Salah satunya adalah drama Reply 1988 yang memang kental banget nuansa kekeluargaannya dan romansa zaman dulu, ketika bertetangga sama dengan bersaudara.

Nah, kebetulan baru banget saya beres rewatching drama Reply 1988 dua minggu yang lalu.

Tebak, deh, udah berapa kali saya rewatching drama satu ini?

5? Salah!

7? Hampir mendekati!!!

10? Sedikit lagi!!!!

Yak! 15 kali!

Kenapa? Simpel. Karena memang dramanya bagus dan sangat sederhana. Bukan cuma itu, sepanjang episode drama ini isinya cuma trivial things yang pernah kita rasakan juga waktu kecil.

Misalnya, lagi asik-asik main di rumah temen, Ibu tiba-tiba panggil, nyuruh kita makan.

Terus, buat para anak tengah, mesti serba ngalah. Kalau anak pertama dan bungsu dapet makan enak, yang tengah cuma dapat sisa.

Apalagi kalau kita bicara karakter masing-masing pemerannya. Wah! Udah, deh! Pasti sepanjang nonton, kita bakal ngerasa relate banget!

Belajar Dari Drama ‘Reply 1988’ Biar Gak MISKIN Kayak Deokseon! 02

[Baca Juga: Taktik Sukses Berhenti Bokek Tiap Akhir Bulan Tanpa Kerja Tambahan!]

 

Kalau saya sendiri, sangat relate sama karakter Sung Bora, anak pertama dari keluarganya Seong Dong Il dan Lee Ilhwa.

Itu, lho, keluarga yang tinggal di bawah rumahnya Kim Jungpal (panggilan buat Kim Junghwan)!

Bukan!!!

Bukan relate sama sikapnya dia yang berhasil bikin orangtuanya pusing setengah mati!

Tapi sama hubungan dia dengan bapaknya yang makin lama makin canggung, padahal sebenernya dua-duanya enggak ada masalah apa-apa.

Anak pertama perempuan, pada ngerasain hal yang sama enggak, sih? Di masa-masa pubertas, berasa canggung banget kalau bareng Bapak kita?

Padahal sebenernya iri banget sama si bungsu yang bisa gelendotan sama Bapak. Hiks! Eh, apa cuma saya aja, ya?

Oke lanjut!

Ketika saya selesai nonton kemarin, saya tertegun (ceilah) gitu ceritanya. Karena bukan cuma pesan soal keluarga dan cinta pertama aja yang saya tangkep.

Tapi ternyata ada pesan tersembunyi soal keuangan dan kebiasaan juga soal kebiasaan finansial bapaknya Deokseon yang bikin saya agak…. greget!

 

Pokoknya JANGAN Dicontoh!

Kalau kita lihat, hidup Deokseon ini salah satu yang bisa dibilang paling menderita kedua setelah Sunwoo, si anak berbakti yang harus kehilangan Bapaknya di tahun 1987.

Sementara itu, Bapaknya Deokseon ini adalah seorang pegawai bank yang hidupnya kekurangan karena gajinya kudu dipotong untuk bayar utang.

Enggak dikasih tahu lengkap, sih, soal utang jenis apa yang harus dilunasi. Tapi proses pelunasan ini membutuhkan waktu yang sangat lama.

Kalau enggak salah, baru lunas di episode-episode mendekati final.

Oke, kembali ke pembahasan tadi.

Despite punya utang yang harus dibayar, bapaknya Deokseon ini hobi beli alkohol dan kasih ‘sedekah’ untuk orang lain!

Tunggu dulu, ini jenis sedekahnya beda. Bapaknya Deokseon tuh hobi banget bantuin orang-orang yang suka nawarin barang aneh di kereta bawah tanah, atau di warung tempat dia beli alkohol.

Mending kalau barang yang dia terima sesuai, ini malah banyak ditipunya!

Pernah suatu hari, dia ditawarin ibu hamil untuk beli kaset pre-marital gitu. Katanya bagus untuk mengasah otak bayi.

Tahu, enggak, waktu disetel bunyinya apa? Suara seorang Biksu yang lagi berdoa!

‘Kan enggak nyambung! Yang ada malah rugi bandar!

Setiap dimarahin sama istrinya, dia cuma cengengesan, katanya enggak ada salahnya bantuin orang yang kesusahan.

Bapak, monmaap, keluarga Anda aja sama susahnya, bahkan lebih susah dibandingkan orang yang Anda bantu! Hih! Kesel!

Ya sebenarnya, sedekah bukan hal yang negatif juga, sih. TAPIII itu kalau ada anggarannya!

Kalau enggak ada, masa harus memaksakan diri, ngorbanin anggaran yang udah seret? Kan enggak lucu! Huhuhuhu!

Itu dia alasan kenapa penting banget untuk kita merencanakan anggaran pengeluaran tiap bulannya, gengs!

Biar enggak keteteran, dan segala-galanya jadi pas gitu, lho! Bisa terpenuhi, tapi enggak kekurangan juga.

Belajar Dari Drama ‘Reply 1988’ Biar Gak MISKIN Kayak Deokseon! 03

[Baca Juga: Mau Liburan Ke Seoul Bawa 20 Juta? Yakin Cukup?]

 

Terus gimana caranya bikin anggaran keuangan? Yaelah, pertanyaan itu, mah, anak SD juga bisa jawab!

Tinggal pake aplikasi Finansialku aja, sih! Ribet amat~

Eh, tapi udah punya aplikasinya, ‘kan? Hah? Belum? Parah, sih! Buruan download dulu di Google Play Store atau Apple Apps Store, deh!

Kalau udah, tinggal pilih aja fitur ‘Anggaran Keuangan’ kayak gambar yang ada di bawah ini.

Anggaran Aplikasi Finansialku

Anggaran Aplikasi Finansialku

 

Nah, kalau udah pencet fitur yang dibuletin itu, kalian tinggal isi aja, tuh, data-datanya sesuai sama jumlah pengeluaran kalian. Termasuk sedekah atau donasi, ya!

Anggaran Aplikasi Finansialku(1)

Anggaran Finansialku

 

Nah, di atas itu contoh dikit untuk anggaran saya setiap bulan. Kalian bisa lihat di bawah ada jumlah total, ‘kan?

Itu gunanya untuk memastikan kalau total anggaran pengeluaran tiap bulan kita udah sesuai belum, nih, sama pemasukan kita. Kalau udah sesuai, tinggal pencet tombol ceklis aja, deh, yang ada di pojok kanan atas!

Dan~~~

Selesai, deh!

Apa? Kenapa pake Finansialku?

Jelas, lah! Selain perhitungannya akurat dan gampang dipake, cuma aplikasi Finansialku yang kasih free trial sampe 30 hari PLUSSS ada potongan Rp 50 ribu kalau kamu langsung upgrade ke premium pakai kode HEMAT50!

Belajar Dari Drama ‘Reply 1988’ Biar Gak MISKIN Kayak Deokseon! 04

[Baca Juga: Seribu Perak Sehari Bisa Bantu Kamu Cicil Rumah? Seriusan?]

 

Btw, pernah kepikiran enggak, sih? Andai Bapaknya Deokseon enggak boros dan enggak hobi kasih sedekah, di episode berapa kira-kira utangnya akan lunas?

Terus, kalau dari awal mereka punya anggaran, apakah Deokseon masih harus ngalah enggak makan telor ceplok demi Kakak dan Adiknya?

Terus, berapa jumlah anggaran buat sedekah kamu? Kasih tahu saya di kolom komentar, ya!

 

Ternyata ada banyak hal yang bisa dipelajari dari drama Park Bo Gum cs ya.. Apa Sobat Finansialku menemukan hal yang sama dalam drama Reply 1988? Yuk bagikan pendapat kalian dalam kolom komentar di bawah ini!

 

Sumber Gambar:

  • Eungpal 01 – https://bit.ly/3fC9DA1
  • Eungpal 02 – https://bit.ly/3hF18WN
  • Eungpal 03 – https://bit.ly/3egFlCH
  • Eungpal 04 – https://bit.ly/3fD0xDb