Jika belum pernah membuat cerpen, membaca contoh cerpen akan membantumu ketika akan menulisnya.

Yuk, simak artikel berikut sampai habis untuk mengetahui informasi lengkapnya!

 

Summary:

  • Cerpen atau cerita pendek menjadi media yang cocok untuk menuangkan imajinasi.
  • Teks jenis ini cocok sebagai bacaan yang ringan karena memiliki konflik yang tidak berat dengan alur cerita menarik.

 

Menuangkan Imajinasi dalam Cerita Pendek

Cerpen masih menjadi salah satu bacaan yang banyak orang senangi. Selain itu, cerita pendek ini pun bisa kamu temukan di banyak platform, seperti majalah, koran, dan media sosial.

 Di Indonesia, pelajar biasanya kenal dengan jenis teks ini sejak sekolah dasar. Biasanya, isi cerita berisi potongan kisah seorang tokoh tanpa mengalami perubahan nasib.

Konflik yang termuat dalam cerpen juga umumnya hanya satu dan ringkas. Dengan demikian, cerpen hanya memiliki panjang sampai sepuluh ribu kata.

Jika ingin menulis cerita pendek untuk pertama kali, kamu perlu membaca contoh cerpen sebagai referensi. Yuk simak berikut ini!

 

Contoh Cerpen Singkat Berbagai Tema

Cerpen merupakan cerita dengan plot sederhana yang selesai dalam satu kali waktu baca. Panjang maksimalnya adalah sepuluh ribu kata.

Sebelum menulis cerpen ada baiknya kamu membaca contohnya agar mendapat gambaran mengenai cerita pendek yang baik. Berikut adalah contohnya:

 

#1 Contoh Cerita Pendek Singkat “Baik Luar Dalam”

Di suatu siang yang cerah, terdapat dua orang gadis bernama Lisa dan Yeni yang sedang mengerjakan tugas sekolah di rumahnya Lisa.

Mereka berdua mengerjakan tugas sekolah dengan serius dan suasananya pun menjadi sangat hening.

Lalu, datanglah teman Lisa yang bernama Rosi di depan rumahnya. Akan tetapi, Lisa sendiri seakan tak memperhatikan kehadiran Rosi tersebut.

“Lisa, itu di depan pintu ada Rosi yang sudah menunggu kamu, buruan temui dia, kasihan sudah sejak tadi Rosi menunggu kita.” Ujar Yeni yang sedang mengerjakan tugas di rumah Lisa.

“Bi, tolong bilang ke Rosi yang ada di depan rumah jika aku sedang pergi atau bilang lagi tidur gitu ya.” Pinta Lisa kepada orang yang dipanggilnya Bibi, orang yang bekerja sebagai ART di rumahnya.

“Baik non, akan Bibi sampaikan.” Jawab si Bibi.

“Eh Lisa, kenapa kamu bersikap seperti itu kepada Rosi? Padahal kan Rosi pastinya sudah datang jauh-jauh untuk datang ke sini, kenapa malah kamu usir, gak enak kan. Kasihan dia, dia juga anak yang baik kok Lis.” Ujar Yeni yang mencoba menasihati Lisa.

“Kamu itu gak paham sama Rosi apa Yen, dari luarnya memang dia tampak seperti orang yang baik, ramah dan juga manis. Akan tetapi, masa kamu hanya mengukur sifat dan sikap seseorang dengan semudah itu saja, Rosi itu sekadar tampak  manis di luar, tetapi di dalamnya sangat pahit tahu.” Jawab Lisa dengan tatapan yang sinis.

Loh, pahit gimana maksudnya Lis?” Balas Yeni yang masih merasa bingung dengan jawaban Lisa.

“Tahu gak sih kamu Yen, Rosi itu sering banget lho membicarakan keburukan orang lain. Bahkan, dia juga sering banget membicarakan keburukan temannya sendiri di belakangnya. Pokoknya bakal banyak banget deh kalo harus dijelasin.” Jawab Lisa dengan nada yang sinis.

“Rosi itu sangat berbeda dengan kamu, Yen. Meskipun kamu itu judes dan sering ceplas-ceplos kalau sedang ngobrol sama aku, tetapi setidaknya kamu memiliki hati yang tulus, Yen. Menurutku, kamu bukan tipe sahabat yang baik di luarnya saja, tetapi di dalamnya busuk. Dalam hubungan pertemanan, aku tak memerlukan penampilan luar dari seseorang, Yen” Jelas Lisa panjang lebar kepada Yeni.

 

#2 Contoh Cerita Pendek “Hafalan Alex”

“Pancasila, Satu ketuhanan yang maha Esa. Dua, Kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia,”

Suara lantang Alex ditertawakan dan diteriaki oleh semua murid di kelas. Lantaran, ia salah ketika menyebutkan sila kedua yang tercantum dalam Pancasila.

Bu Yati selaku guru kelas 4 SD pun menggelengkan kepala, tetapi sambil tersenyum.

Materi mengenai Pancasila telah guru jelaskan sejak dua minggu yang lalu. Akan tetapi, Alex masih belum juga hafal. Padahal, semua teman yang lain semuanya sudah berhasil menghafalkan Pancasila.

“Tidak apa-apa, Alex. Kamu hafalkan lagi ya. Sekarang kamu boleh duduk di bangkumu” Bu Yati berbicara dengan lembut.

Alex tidak bergeming. Ia tetap berada di depan kelas, tepatnya di samping meja Bu Yati. “Akan tetapi, Bu, berarti aku bukan warga negara yang baik dong? Aku kan nggak hafal Pancasila?”

Bu Yati pun tersenyum kembali, lalu ia berbicara serta memberikan penjelasan.

“Orang yang hafal Pancasila belum tentu dapat mengamalkannya dengan baik dan benar. Warga negara yang baik, tak sekadar mampu menghafal, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila dengan baik dan benar. Contohnya, bisa aja Mamar sudah berhasil menghafal Pancasila, tetapi dia masih malas beribadah dan senang berbohong. Nah, hal seperti itu yang tidak mencerminkan nilai Pancasila dari sila yang pertama.”

Alex mengangguk sebagai tanda paham, lalu teman-teman sekelasnya pun turut mengangguk. Lantas, semua murid pun kembali ke tempat duduk untuk mengikuti pelajaran hingga waktu belajar selesai.

Saat jam sekolah telah usai, Alex mengajak Mamat untuk segera keluar kelas. Mereka tidak buru-buru pulang, tetapi pergi ke musala sekolah untuk menunaikan ibadah salat zuhur. Bu Yati yang melihat mereka dari kejauhan pun tersenyum dengan penuh rasa bangga.

 

#3 Contoh Cerpen Singkat “Menemukan Dompet”

Dalam waktu belakangan ini, aku sangat bingung dalam mencari pekerjaan. Berkas lamaran kerja yang telah aku masukkan ke beberapa perusahaan, masih belum membuahkan hasil yang kuinginkan.

Hari-hariku menjadi terasa hambar, tiap hari kegiatan yang kulakukan hanyalah luntang lantung tidak jelas. Setiap hari aku merasa kebingungan, ingin mencoba membuka usaha, tetapi modal belum ada.

Di suatu pagi yang cerah, aku berjanjian dengan teman lamaku untuk menceritakan mengenai permasalahan yang kualami ini.

Saat aku sedang berada dalam perjalanan untuk ke rumah temanku, samar-samar aku melihat dompet berwarna cokelat yang tergeletak di samping jalan, tepatnya di trotoar.

Karena tingginya rasa penasaran, aku pun mencoba untuk memastikannya dan ternyata memang benar bahwa itu adalah sebuah dompet berwarna cokelat. Lalu, aku pun membuka isi dari dompet tersebut.

Alangkah terkejutnya diriku ketika mendapati bahwa dompet tersebut berisikan KTP, SIM, surat-surat penting, kartu kredit, kartu ATM, dan uang yang berjumlah lumayan banyak. “Wah, alhamdulillah. Rejeki nih.” Ujarku dalam hati.

Walau demikian, aku berubah pikiran dan memiliki inisiatif untuk mengembalikan dompet tersebut ke alamat pemilik yang ada di KTP tersebut.

Setelah itu, aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah temanku, lalu menceritakan seluruh permasalahan dalam hidupku.

Setelah semua urusan dengan temanku selesai, aku langsung berangkat untuk menuju ke alamat yang tertera di dalam KTP tersebut untuk mengembalikan dompet cokelat ini.

Aku pun mencari-cari alamat dan nama dari pemilik dompet yang sesuai dengan KTP.

Setelah sampai dengan alamat yang tertera di dalam KTP, aku pun memberanikan diri untuk mengetuk dan bertanya ke orang yang berada di dalam. “Permisi pak. Mohon maaf, ingin bertanya. Apa benar ini rumahnya Pak Aan?” Tanyaku pada orang yang berada di halaman rumah itu.

“Iya benar, mas. Anda siapa? Dan sekiranya ada keperluan apa?” Jawab bapak paruh baya yang sepertinya adalah tukang kebun sembari menimpali pertanyaan untukku.

“Oh perkenalkan, saya Galih, saya ingin bertemu dengan Bapak Handy, saya memiliki urusan yang sangat penting dengan beliau.” Jawabku setelah memperkenalkan diri.

Kebetulan sekali, ternyata Pak Aan berada di rumah dan aku diminta untuk masuk ke dalam ruang tamu. Lalu aku pun duduk sembari sedikit mengagumi keindahan rumahnya.

Setelah bertemu dengan Pak Aan, aku mengatakan maksud serta tujuanku sambil menyerahkan dompet cokelat yang aku temukan di jalan, lengkap dengan semua isinya.

Karena penasaran denganku, beliau bertanya “Kamu tinggal di mana, dik? Dan kerja di mana?”

“Saya tinggal di desa Maju Sari, Pak. Kebetulan, untuk sekarang saya juga masih menganggur. Masih menunggu beberapa panggilan kerja, tetapi sudah beberapa bulan belum ada kabar, pak.” Jawabku dengan jujur.

“Memangnya kamu lulusan apa?” Tanya Pak Aan.

“S1 jurusan Manajemen Bisnis, pak” Jawabku.

“Kalau begitu, besok kamu datang saja ke perusahaan saya, dik. Kebetulan perusahaan sedang memerlukan staf administrasi. Ini kartu nama saya, bila adik tertarik, besok tinggal datang saja ke kantor dan bilang kalo saya yang menyuruh”. Jawab Pak Aan.

Wah ini beneran, pak?” Tanyaku yang seakan masih kurang percaya.

“Iya, dik. Saya sangat memerlukan karyawan yang jujur dan penuh dedikasi seperti kamu, jika kamu memang bukan orang yang baik, pasti uang saya yang ada di dalam dompet ini sudah kamu ambil dan tinggal buang dompetnya. Akan tetapi, kamu lebih memilih untuk mengembalikannya.” Pungkas Pak Aan.

“Jika begitu terima kasih banyak, Pak. Besok, saya akan langsung datang ke perusahaan bapak dan menyiapkan semua surat dan dokumen lamarannya.” Jawabku dengan penuh rasa semangat.

Lalu, aku pun berpamitan untuk pulang dan menyiapkan semua kebutuhan untuk besok. Aku sendiri masih tidak percaya dan masih belum yakin dan merasa bahwa ini adalah suatu keajaiban.

 

#4 Contoh Cerita Pendek “Persahabatan Sejati”

Saat ini aku berada di kelas 3 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan ketiga sahabatku yaitu Aris, Andri, dan Ana. Kita berempat sudah bersahabat sejak kecil.

Suatu saat kami menulis surat perjanjian persahabatan di sobekan kertas yang dimasukkan ke dalam sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur di bawah pohon yang nantinya surat tersebut akan kami buka saat kami menerima hasil ujian kelulusan.

Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian dan hasilnya kita berempat lulus semua.

Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami datangi dan menggali tepat di mana botol yang dahulu dikubur berada.

Kemudian, kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu pernah kami tulis. Kertas tersebut bertuliskan “Kami berjanji akan selalu bersama untuk selamanya.”

Keesokan hari, Aris berencana untuk merayakan kelulusan kami berempat.

Malamnya kami berempat pergi bersama ke suatu tempat dan di situlah saat-saat yang tidak bisa aku lupakan karena aris berencana untuk menyatakan perasaannya kepadaku. Akhirnya aku dan Anis berpacaran.

Begitu juga dengan Andri, dia pun berpacaran dengan Ana. Malam itu sungguh malam yang istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk pulang.

Ketika perjalanan pulang, entah mengapa perasaanku tidak enak.

“Perasaanku enggak enak banget ya?” Ucapku penuh cemas.

“Udahlah Ndi, santai aja, kita enggak bakalan kenapa-kenapa” jawab Andri dengan santai.

Tidak lama setelah itu, hal yang dikhawatirkan Nindi terjadi.

“Arissss awasss! di depan ada jurang!” Teriak Nindi.

“Aaaaaaaaaa!!!”

Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.

Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di sampingku.

“Nindi.. kamu sudah sadar, Nak?” Tanya ibuku.

“Ibu.. aku di mana? Di mana Ana, Andri, dan Aris?” tanyaku.

“Kamu di rumah sakit Nak, kamu yang sabar ya, Andri dan aris tidak tertolong di lokasi kecelakaan.” Jawab ibu sambil menitikkan air mata.

Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada henti mendengar pernyataan ibu.

“Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku cinta kamu, tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku.” batinku berkata.

Lantas, 2 hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai tua. Tetapi sekarang semua itu hanya angan-angan. Aku berjanji akan selalu mengenang kalian.

 

#5 Contoh Cerita Pendek “Pendidikan”

Ada seorang anak bernama Fitri, dia merupakan murid kelas 6 SD yang sangat pintar dan baik hati. Di sekolah sangat banyak teman yang menyukainya karena sikapnya tersebut.

Tidak jarang, semua ingin berteman dengan Fitri. Ada lagi anak perempuan bernama Ita, ia berbanding terbalik dengan Fitri. Ia pintar namun sangat sombong. Temannya hanya dua yaitu Lisa dan Lily, gadis kembar di sekolahnya.

Suatu hari, Ibu guru mengumumkan bahwa akan ada perlombaan membaca pidato dua minggu lagi. Bu Yati selaku wali kelas 6 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin ikut seleksi.

Fitri dan Ita jelas ikut berpartisipasi. Setiap hari mereka selalu latihan membaca pidato agar lolos seleksi. Sampai hari penyeleksian tiba, keduanya memberikan tampilan yang memukau lalu dinyatakan lolos.

Saat hari perlombaan tiba, Ita terus saja membanggakan dirinya, menyatakan bahwa pasti ia akan juara. Sebab sebelumnya dia juga pernah menjadi juara waktu kelas 5 SD di lomba pidato.

Berbeda dengan Fitri, ia tidak henti-hentinya berdoa dan berlatih, mencoba menghafal kembali teks pidato. Ita pun dipanggil lebih dulu, sang juara kelas 5 SD kini mendadak lupa teks pidato yang sudah dihafalnya.

Setelah itu, Fitri maju dan memberikan penampilan yang sangat bagus. Semua juri kagum termasuk Bu Yati yang saat itu datang untuk menemani mereka lomba.

Pengumuman pun tiba, Fitri keluar menjadi juara 1 sedangkan Ita harus menahan air matanya karena dia tidak menang sama sekali.

Cerpen pendidikan ini mengajarkan kita bahwa harus menjadi orang yang rendah hati dan jangan sombong.

 

#6 Contoh Cerita Pendek “Indahnya Berbagi”

Pagi itu hujan turun dengan deras. Ani merasa bingung bagaimana untuk berangkat ke sekolah.

Ketika sedang memandang hujan, terdengar suara HP berdering dari kamar Ani, lantas saja Ani masuk ke kamar dan menjawab telepon.

Ternyata yang menghubungi Ani adalah Lia sahabatnya. Dalam teleponnya Lia mengatakan bahwa ia akan menjemput Ani, sebab Lia tahu jika Ani sedang kebingungan bagaimana untuk pergi ke sekolah.

Tak selang berapa lama, Lia sudah sampai di depan rumah Ani bersama ayahnya menggunakan mobil. Ani pun bergegas berpamitan pada orang tuannya dan keluar untuk menemui Lia.

Setelah sampai di sekolah, yang merupakan teman sebangku tersebut pun masuk menuju kelasnya.

Istirahat pun tiba, keduanya pergi ke kantin untuk menghilangkan rasa lapar. Ketika hendak membayar ternyata Lia lupa membawa dompet. Sehingga Ani sang sahabat membayarkannya.

 

#7 Contoh Cerita Pendek “Melupakan Prioritas Terpenting”

Suara alarm berdering begitu nyaring mengusik tidur nyenyak seorang Nathan. Dia enggan membuka mata namun akhirnya terpaksa ia buka.

“Oh Tuhan!” Nathan kaget melihat jam ternyata sekarang sudah pukul 7 pagi. Nathan langsung bergegas mandi dan tanpa sarapan ia berangkat ke kantor.

Sesampainya Nathan di kantor, Nathan telat mengikuti pertemuan pagi ini karena telah dimajukan lebih awal dari biasanya dengan alasan Bapak Direktur ada keperluan di luar kota.

“Permisi, Pak. Saya Boleh masuk?” Tanya Nathan izin kepada bapak direktur yang memimpin pertemuan.

”Silakan masuk, tapi maaf proyekmu digantikan oleh saudara Arkan.”

“Kenapa pak? Saya hanya telat 15 menit.”

“Maaf saudara Nathan ini bukan masalah lama atau tidaknya Anda terlambat, namun ini tentang ke konsistensi Anda dalam bekerja.” Jelas Bapak direktur dengan tegas.

Langsung seketika Nathan hanya bisa terdiam dengan wajah pucatnya. Setelah pertemuan ini selesai Nathan berjalan gontai pergi menuju meja kerja miliknya.

“Ada apa Nath? Kok telat.”

“Memang salah saya, saya semalam begadang nonton bola, sampai melupakan project penting yang sangat menguntungkan bagi saya.”

Oalah harusnya kamu harus lebih mengurangi hobimu.” Sambung Meri sedikit memberi nasihat.

 

#8 Contoh Cerita Pendek “Jangan Lihat dari Belakang, Lihatlah dari Depan”

Siang itu Viktor dan Budi duduk di sebuah taman. Tak selang beberapa lama lewatlah seorang berpakaian wanita dengan rambut panjang dan sepatu yang tinggi.

Sontak keduanya melihat ke arah wanita tersebut. Dan tentu saja keduanya memiliki niat untuk mengikuti wanita tersebut.

Karena penasaran, keduanya pun mengikuti ke mana wanita tersebut itu berjalan.

Ternyata ia berhenti pada sebuah cafe. Keduanya pun mengikutinya hingga masuk ke dalam. Namun sayangnya tak menemukan wanita tersebut.

Mereka pun mencari hingga ke lantai dua dalam cafe tersebut,  ternyata memang benar wanita yang diikutinya tersebut ada di lantai dua.

Namun sayangnya keduanya tak memiliki keberanian untuk menegur sang wanita. Sehingga mereka hanya mampu mendengarnya dari belakang.

Hingga sangat lama, karena asa penasaran yang begitu besar, maka Viktor pun memiliki keberanian untuk menyapa sang wanita.

Dari belakang, Viktor pun menepuk pundak sang wanita sambil mengatakan “Hai”. Sang wanita pun menoleh ke arah Viktor.

Sontak Viktor pun kaget dengan wajah yang aman sangat menyesal dan malu. Sebab wanita yang diikuti bersama Budi bukanlah wanita, namun pria yang menyamar sebagai wanita.

 

#9 Contoh Cerita Pendek “Seperti Bunga dan Lebah

“Rif, berikan aku sebuah kisah untuk kujadikan pelajaran” ujar Risa tiba-tiba di sore hari yang sejuk itu.

“Hmm, kisah apa ya? Aku bacakan sepenggal kisah tentang analogi Bunga dan Lebah, mau?” jawabku yang berbalas anggukan penuh semangat dari Risa.

Seperti bunga dan lebah.

Ya, aku lebah dan ia bunganya. Atau mungkin sebaliknya. Aku tak peduli.

Simbiosis mutualisme, pikirku. Karena kami saling memberi, dan tanpa sadar saling menerima.

Lalu aku mulai meminta lebih banyak. Dan otomatis ia memberi lebih banyak.

Begitu yang kami lakukan sebagai bunga dan lebah.

Tapi aku sadar.

Mungkin aku bunganya.

Objek yang tidak akan pernah bisa berpindah tempat, hanya menunggu untuk singgah sesaat.

Ia lebahnya.

Hadir kala memang saatnya hadir. Pergi kala memang saatnya pergi.

Kala sang bunga menutup diri, berhenti untuk meminta, maka sunyi akan segera tercipta. Sang lebah boleh pergi, mencari keindahan bunga yang lain.

Lalu sepi.

Risa menatapku dengan nanar, seraya berkata “Tuan Rifazi, sejak kapan kamu pandai bercerita seperti ini?”.

“Sejak aku sadar, bahwa aku dan kamu hanya bisa sekedar menjadi teman, Nyonya Risa. Aku-lah bunganya, dan tentu, kau lebahnya” ujarku, tentu saja hanya berani kusampaikan dalam hati.

 

#10 Contoh Cerita Pendek “Anak Bermalasan”

Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas beraktivitas. Ada yang hanya ingin rebahan di rumah menghilangkan penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula yang berencana akan berlibur.

Banu memilih opsi pertama, Banu memilih bersantai rebahan di rumah, dan parahnya Banu akan selalu merasa kurang dengan liburnya.

“Banu bangun sudah siang, nanti kamu terlambat.” Tanya ibunya.

“Bu Banu masih capek, Banu bolos sehari ya.” Banu memelas pada ibunya.

“Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan menuntut ilmu.” Jawab ibunya menyanggah.

“Sehari saja Bu, Banu tidur lagi.”

Melihat kelakuan Banu Ibunya geram, hingga ibunya mengajak Banu melihat anak keterbelakangan di suatu panti asuhan.

“Nah sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah sepertimu, namun tidak ada orang tua yang akan membiayai mereka bersekolah.” Jelas ibunya, mereka masih di dalam mobil.

Dengan kejadian itu Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau terlambat.

Di perjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak yang pincang berseragam sekolah sama dengannya, dalam hati Banu berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna untuk bisa menuntut ilmu.

contoh cerpen

Ilustrasi seseorang yang sedang membaca cerpen. Sumber: Gettyimages/rudi_suardi

 

#11 Contoh Cerita Pendek “Cemburu”

Pagi ini Fariz menemani Lala ke kampus untuk menyaksikan ujian seminarnya. Sebenarnya Lala gugup sekali karena nanti akan berhadapan dengan dosen-dosen untuk mempresentasikan proposal yang telah ia tulis.

Tetapi Fariz terus menyemangati dan menenangkannya agar tidak gugup. Setidak-tidaknya Fariz sudah pernah melewati fase ini jadi dia tahu yang sedang Lala rasakan sekarang.

Detik yang ditunggu akhirnya datang juga, Lala memasuki ruangan dengan perasaan berdebar-debar tetapi Lala mencoba mengendalikan kegugupannya dengan berdoa.

Tanpa terasa 90 menit berlalu, ujian seminar selesai. Sementara menunggu keputusan dari para dosen, Lala keluar dari ruangan seminar menemui teman-teman dan menemui Fariz.

Fariz terus menyemangatinya dan mengacungkan jari jempolnya dengan melemparkan senyuman. Lala pun membalas senyuman Fariz.

Leganya ujian seminar sudah selesai dan sekarang akan menuju tahap yang jauh lebih sulit yaitu menulis skripsi.

Lala dan Fariz meninggalkan ruangan seminar. Sangat sedang asyik berbincang-bincang tanpa sengaja bertemu seseorang yang tidak asing bagi Lala dan Fariz.

Mereka berdua berpapasan dengan mantan pacar Fariz, dia semakin cantik. Fariz dan mantan pacarnya saling berpandang-pandangan cukup lama, tanpa mempedulikan Lala yang ada di sampingnya.

Entah mengapa, tanpa terasa bulir-bulir bening jatuh di pipi Lala. Ketika Fariz menoleh ke arah Lala, cepat-cepat ia menundukkan pandangan sambil berusaha menghapus air mata.

April menghela nafas panjang, mengendalikan perasaan yang tidak menentu.

Di perjalanan menuju tempat parkir, Fariz terus berbicara sementara Lala hanya menunduk dan diam, pikirannya melayang ke suatu arah apakah mungkin Fariz masih mencintai mantan kekasihnya dan masih mengharapkan dia untuk kembali bersamanya.

Tetapi mengapa hati ini merasa sakit, saat Fariz menatap gadis itu. Lala bertanya di dalam hati “apakah aku cemburu? Tapi apa hakku untuk cemburu?.

Karena aku bukanlah siapa-siapa bagi Fariz, aku hanya seorang sahabat yang hanya diperlukan sebagai tempatnya berbagi cerita”.

[Baca Juga: Pengertian Teks Argumentasi, Tujuan, Ciri dan Contohnya, Yuk Simak!]

 

#12 Contoh Cerita Pendek “Sahabat Pergi ke Pasar Baru”

Si Gareng dan si Semar pergi ke pasar baru, senang membeli sepatu futsal di pasar tersebut. Si Gareng senang beli sepatu membuat dia sekalian senang bayarin sepatu termasuk membuat si Semar.

Setelah keliling2 di seputar pasar tersebut selanjutnya mereka berhenti di suatu toko yang menjajakan sepatu futsal dan mereka mendapatkan sepatu yang diinginkan di toko tersebut.

Mereka pun telah sepakat dan deal tentang harga bersama si penjajal sepatu tersebut, untuk 2 gunakan sepatu dihargai Rp300.000. Namun sesudah senang membayar, ternyata duit cash yang Gareng bawa hanya Rp100 ribu.

Kemudian si Gareng menyita inisiatif menyuruh Semar ke ATM untuk ambil uangnya di atm. Maka dikasihlah dompet si Gareng ke si Semar.

Gareng: “Mar!”

Semar: “Iya Reng, jadi gimana nih?”

Gareng: “Lo ke ATM, terus ambilin duit 200 ribu aja di mesin itu pake kartu ATM gue, lo tau kan cara ambil duit di ATM?”

Semar: “Ya bisalah, lo kira gue orang cupu, ngambil duit di ATM aja gak tau huh! Jangan ngeremehin gitulah.”

Gareng: “Yaudah nih bawa dompet gue, nanti ambil duitnya pake kartu gue. Terus kalo ada apa-apa lo telpon gue. Buruan sana, gue enggak enak mirip abang penjualnya kalo kelamaan, nanti dikira lagi pura-pura beli tapi nggak punya duit.”

Semar: “Oke gue berangkat, lo standby hp aja. Nanti gue telepon lo kalo duitnya udahgue ambil ok boss?”

Gareng: “Yaudah sana berangkat, gue tungguin cepet!”

(Setelah 15 menit menunggu, tiba-tiba Si Semar nelpon ke hp si Gareng).

Semar: “Reng, waduh celaka kita.”

Gareng: “Celaka gimana maksud lo?”

Semar: “Duit lo gak bisa gue ambil, kartu lo tertolak terus sama ATM, gue udah nanya ke satpam, katanya kartu lo tuhnggak bisa, bakalan keluar terus kalo masukin ke atm.

Gareng: “Ah masa sih, padahal kan gue baru aja ganti itu kartu. Masa gak bisa?”

Semar: “Duh gimana nih? Mending batalin aja beli sepatunya dan lo kabur diem-diem dari si abang itu. Besok lo tanyain ke banknya kenapa kartunya ga bisa dipake.”

Gareng: “Emang kartunya yang mana yang lo masukin?”

Semar: “Itu tadi gue masukin kartu yang ada nama, tanggal lahir, alamat sama agama lo ke mesin itu.”

Gareng: “Sampe taun jebot dan gajah bisa ngelahirin unta pun enggak bakal bisa, KTP kok buat ambil duit di ATM.”

 

#13 Contoh Cerita Pendek “Pendidikan yang Aku Tunggu”

Pendidikan, satu kata yang seharusnya dapat dirasakan oleh setiap orang, terutama oleh anak-anak.

Namun pada kenyataannya, tidak semua orang mampu merasakan pendidikan di sekolah, salah satu penyebabnya yakni karena harus mencari rezeki.

Gilang, itulah nama panggilanku dan aku adalah satu dari sekian banyak anak yang tak bisa merasakan apa itu arti bersekolah.

Usiaku sekarang 10 tahun dan aku masih kelas 2 SD. Kata teman-temanku, seharusnya aku sudah duduk di kelas 4 atau 5 SD.

Akan tetapi, karena keadaan ekonomi yang tidak mendukung, aku harus mencari rezeki agar bisa memenuhi kebutuhan hidup aku dan adikku yang masih berusia 5 tahun.

Aku dan adikku tinggal di rumah berukuran 4×4 meter persegi yang juga merupakan milik orang lain.

Tak bisa terbayangkan oleh diriku jika tak ada rumah ini, mungkin aku dan adikku harus tidur di depan ruko yang setiap malam harus melawan dinginnya malam atau hujan.

Suatu waktu, malam hari terasa lebih dingin, kami berdua tak memiliki selimut dan hanya mempunyai satu sarung, kemudian sarung itu kuberikan kepada adikku.

Orang tua kami sudah lama meninggal dunia karena kecelakaan. Waktu itu, motor yang ayahku kendarai jatuh saat hujan sedang turun dengan deras.

Kedua orang tuaku sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi apa hendak dikata, takdir Tuhan berkata lain.

Secercah harapan akhirnya kudapatkan di tahun ketiga, aku dan adikku mendapatkan pembiayaan sekolah sampai lulus SMA dari lembaga pendidikan pemerintah.

Setelah mendengar kabar tersebut, aku tentu merasa senang karena bisa merasakan bersekolah dan bertemu dengan teman-teman baru.

Terlebih, aku sangat merasa bahagia karena adikku tercinta bisa menempuh pendidikan yang layak dan kami berdua belajar dengan sungguh-sungguh.

Sejak saat itulah aku dan adikku mendapat banyak ilmu pengetahuan bermanfaat.

Bahkan, aku juga berhasil melanjutkan pendidikan sarjana dengan beasiswa yang aku peroleh. Jadi, percayalah bahwa suatu saat, hal yang kita inginkan bisa tercapai dan kita bisa bahagia.

 

#14 Contoh Cerita Pendek “Persahabatan yang Tak Akan pernah Luntur”

Surat ini kutuliskan untuk sahabatku yang Bernama Jasmine yang sudah berpindah ke luar kota. Dengan surat ini, aku berharap agar persahabatan kita terus terjaga walaupun dipisah jarak yang cukup jauh.

Kisah persahabatanku dengan Jasmine dimulai sejak kami masuk SMP.

Pada saat itu, aku dan dia baru berkenalan ketika aku ingin pingsan di jam olahraga.

Sebelum pingsan, Jasmine bertanya padaku, “kamu terlihat lemas, apakah kamu perlu kupanggil guru agar segera dibawa ke UKS?” aku yang berusaha untuk tetap kuat kemudian menjawab, “tidak perlu, aku masih kuat untuk mengikuti jam olahraga.”

Jasmine yang merasa kalau diriku benar-benar sedang tidak sehat, kemudian memanggil guru untuk memberitahukan bahwa Putri sepertinya akan pingsan.

Tanpa berlama-lama, guru olahraga segera membawa Putri ke ruangan UKS agar bisa beristirahat.

Setelah masuk ke ruang UKS, aku merasa sudah lebih baik dan tahu kalau penyebab ingin pingsan adalah karena belum sarapan di pagi hari.

Sesampainya kembali ke kelas, aku sangat berterima kasih kepada Jasmine karena sudah memberitahukan kepada guru kalau aku bisa saja pingsan.

Tanpa Jasmine, mungkin aku akan pingsan. Kami berdua pun pulang bersama naik angkutan umum yang sama karena tanpa diduga rumah kami searah.

Tiga tahun sudah aku dan Jasmine memiliki tali persahabatan dan kami selalu berbagi cerita sedih atau bahagia. Setelah kami berdua lulus dari SMP, Jasmine bersama orang tuanya pindah ke luar kota.

Mendengar kabar itu, aku sedih karena akan sulit untuk bertemu langsung dengan Jasmine. Meskipun sudah alat komunikasi canggih, tetapi rasanya akan kurang kalau tidak bisa berbagi cerita secara langsung.

Tak terasa juga, aku sudah hampir selesai menempuh pendidikan SMA, sehingga aku berinisiatif untuk menulis surat kepada Jasmine.

Pada bagian akhir surat itu, aku menulis, “Apakah kita bisa bertemu kembali di universitas yang sama?”

 

#15 Contoh Cerita Pendek “Si Kecil yang Berani”

Si kecil, bernama Asep, adalah anak laki-laki yang selalu penakut. Dia sering merasa takut ketika berada di lingkungan yang tidak familiar, terutama ketika bertemu dengan orang baru. Namun, ia sangat ingin mengubah dirinya menjadi lebih berani.

Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan di taman, Asep melihat seekor kucing terjebak di atas pohon. Kucing itu mengeong keras dan terlihat sangat takut.

Asep merasa iba dan ingin menolong kucing tersebut, tetapi ia merasa takut naik ke pohon karena takut terjatuh. Namun, Asep akhirnya memutuskan untuk mengatasi rasa takutnya dan menolong kucing tersebut.

Dengan hati-hati, Asep naik ke pohon dan berhasil menurunkan kucing tersebut.

Kucing itu lalu pergi dengan selamat dan Asep merasa sangat bangga dengan dirinya sendiri. Dia merasa lebih berani dan tidak lagi merasa takut dalam situasi yang sulit.

 

#16 Contoh Cerita Pendek “Ketika Laut Marah”

Oleh: Widya Suwarna

Sudah empat hari nelayan-nelayan tak bisa turun ke laut. Pada malam hari, hujan lebat turun.

Gemuruh gelombang, tiupan angin kencang di kegelapan malam seolah-olah memberi tanda bahwa alam sedang murka, laut sedang marah. Bahkan, bintang-bintang pun seolah tak berani menampakkan diri.

Nelayan-nelayan miskin yang menggantungkan rezekinya pada laut setiap hari bersusah hati.

Ibu-ibu nelayan terpaksa merelakan menjual emas simpanannya yang hanya satu dua gram untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Mereka yang tak punya benda berharga terpaksa meminjam pada lintah darat.

Namun, selama hari-hari sulit itu, ada pesta di rumah Pak Yus. Tak ada yang menikah, tak ada yang ulang tahun, dan Pak Yus juga bukan orang kaya. Pak Yus hanyalah nelayan biasa, seperti para tetangganya.

Pada hari-hari sulit itu, Pak Yus menyuruh istrinya memasak nasi dan beberapa macam lauk-pauk banyak-banyak.

Lalu, ia mengundang anak-anak tetangga yang berkekurangan untuk makan di rumahnya. Dengan demikian rengek tangis anak yang lapar tak terdengar lagi, diganti dengan perut kenyang dan wajah berseri-seri.

Kini tibalah hari kelima. Pagi-pagi Ibu Yus memberi laporan, “Pak, uang kita tinggal 20.000. Kalau hari ini kita menyediakan makanan lagi untuk anak-anak tetangga, besok kita sudah tak punya uang. Belum tentu nanti sore Bapak bisa melaut!”

Pak Yus terdiam sejenak. Sosok tubuhnya yang hitam kukuh melangkah ke luar rumah, memandang ke arah pantai dan memandang ke langit. Nun jauh di sana segumpal awan hitam menjanjikan cuaca buruk nanti petang.

Kemudian, ia masuk ke rumah dan berkata mantap, “Ibu pergi saja ke pasar dan berbelanja. Seperti kemarin, ajak anak-anak tetangga makan. Urusan besok jangan dirisaukan.”

Ibu Yus pergi ke dapur dan mengambil keranjang pasar. Seperti biasa, ia patuh pada perintah suaminya. Selama ini Pak Yus sanggup mengatasi kesulitan apa pun.

Sementara itu Pak Yus masuk ke kamar dan berdoa. la memohon agar Tuhan memberikan cuaca yang baik nanti petang dan malam.

Dengan demikian para nelayan bisa pergi ke laut menangkap ikan dan besok ada cukup makanan untuk seisi desa.

Siang harinya, anak-anak makan di rumah Pak Yus. Mereka bergembira. Setelah selesai, mereka menyalami Pak dan Bu Yus lalu mengucapkan terima kasih.

“Pak Yus, apakah besok kami boleh makan di sini lagi?” seorang gadis kecil yang menggendong adiknya bertanya. Matanya yang besar hitam memandang penuh harap.

Ibu Yus tersenyum sedih. la tak tahu harus menjawab apa.

Tapi dengan mantap, dengan suaranya yang besar dan berat Pak Yus berkata, “Tidak Titi, besok kamu makan di rumahmu dan semua anak ini akan makan enak di rumahnya masing-masing.”

Titi dan adiknya tersenyum. Mereka percaya pada perkataan Pak Yus. Pak Yus nelayan berpengalaman. Mungkin ia tahu bahwa nanti malam cuaca akan cerah dan para nelayan akan panen ikan.

Kira-kira jam empat petang Pak Yus keluar rumah dan memandang ke pantai. Laut tenang, angin bertiup sepoi-sepoi dan daun pohon kelapa gemerisik ringan. Segumpal awan hitam yang menjanjikan cuaca buruk sirna entah ke mana. la pergi tanpa pamit.

Malam itu, Pak Yus dan para tetangganya pergi melaut. Perahu meluncur tenang.

Para nelayan berhasil menangkap banyak ikan. Ketika fajar merekah perahu-perahu mereka menuju pantai dan disambut oleh para anggota keluarga dengan gembira.

Pak Yus teringat pada anak-anak tetangga. Tuhan telah menjawab doanya.

Semua nelayan itu mendapat rezeki. Hari itu tak ada pesta di rumah Pak Yus. Semua anak makan di rumah ibunya masing-masing. Sekali lagi di atas perahunya, Pak Yus memanjatkan doa syukur.

 

#17 Contoh Cerita Pendek “Wanita Berwajah Penyok”

Oleh: Ratih Kumala

Seperti apakah rasanya hidup menjadi orang yang tak dimaui? Tanyakan pertanyaan ini padanya. Jika dia bisa berkata-kata, maka yakinlah dia akan melancarkan jawabnya.

Konon dia lahir tanpa diminta. Korban gagal gugur kandungan dari seorang perempuan. Hasil sebuah hubungan gelap yang dilaknat warga dan Tuhan.

Perempuan yang saat ini disebut “ibunya” bukanlah ibu yang sebenarnya. Dia hanya inang yang berkasihan lalu bergantian menyusui lapar mulut dua orang bayi; bayi berwajah penyok yang dibuang orang di pinggir kampung.

Suatu hari yang biasa; siang terang dan wanita berwajah penyok tengah keliling kampung sendiri saat anak-anak kecil sepulang sekolah itu mulai mengekori dan menyambut punggungnya di belakang.

Maka, wanita berwajah penyok mengambil sebongkah batu. Tangannya yang dekil melemparkan batu itu ke arah anak-anak. Seorang anak bengal berkepala peang terkena timpukannya.

Membuat jidatnya terluka. Darah segar mengucur dari situ, mengubah seragam putihnya menjadi merah. Dia pulang ke rumah mengadu kepada ibunya, sementara anak-anak lain menjadi takut dan bubar satu-satu.

Dengan terpaksa, keluarga wanita berwajah penyok akhirnya memutuskan untuk memasung dirinya pada sebuah ruangan kecil yang tak bisa disebut manusiawi dekat tanah pekuburan.

Sejak itu wanita berwajah penyok tinggal di dalamnya. Bulan berganti tahun, tanpa tahu itu malam atau siang.

Seperti apakah rasanya hidup dalam sepi? Tanyakan pertanyaan ini kepadanya. Maka, yakinlah jika dia bisa berkata-kata, dia akan melancarkan jawabannya.

Tak ada yang benar-benar tahu apa yang dia kerjakan di dalam sana walau kadang terdengar suaranya berteriak untuk berontak. Ini hanya menambah ngeri tanah pekuburan. 

Orang-orang mengira itu suara kuntilanak jejadian penghuni kuburan. Tak pernah ada orang yang benar-benar mendekat. Wanita berwajah penyok telah lupa bahasa tanpa ia pernah benar-benar menguasainya. 

Andai kata suatu saat dia bisa terbebas dari pasungnya, orang akan bertanya bagaimana ia bisa bertahan hidup? Sebab ia telah menjadi sendiri.

Pada malam yang biasanya kelam nan pekat, kini wanita berwajah penyok bisa mendapat segaris cahaya dari celah lubang tadi.

Kepalanya didongakkan ke atas, dia bisa melihat rembulan. Bertahun dia tidak melihat rembulan hingga ia lupa bahwa yang dilihatnya adalah rembulan.

Untuk pertama kalinya dalam periode tahunan pasungnya, ia merasa bahwa dirinya punya teman. Dia mulai berkenalan.

Dengan bahasa yang hanya ia mengerti, ia bercakap-cakap dengan bulan. Dia selalu menunggu teman barunya untuk berkunjung dan bercakap-cakap dengannya setiap malam.

Namun, semakin hari bentuk wajah rembulan semakin sempit dan cekung. Mengecil dan terus mengecil hingga hanya menjadi sabit. Air muka rembulan juga semakin pasi.

Semakin hari sabit rembulan jadi kembali membulat walaupun wajahnya masih pasi. Saat bulan bulat penuh, wanita berwajah penyok girang sekali sebab ini berarti dirinya berhasil menghibur teman baiknya.

Tapi suatu hari rembulan kembali menyabit dan seperti yang sudah-sudah, wanita berwajah penyok tak pernah bosan menghiburnya dengan bahasanya sendiri hingga rembulan bulat penuh. Terus seperti itu.

Hingga suatu malam, sehari setelah bulan benar-benar sabit, rembulan tidak datang mengunjunginya. Ia sedih sekali dan mengira rembulan tak mau menemuinya. Malam itu hujan turun deras.

Wanita berwajah penyok berpikir bahwa rembulan sedang menangis. Maka dia ikut menangis pula, kesedihan mendalam sahabatnya, dan sekali lagi, dengan bahasa yang hanya bisa dia mengerti, dirinya berusaha membujuk bulan dan menghiburnya.

Dia tak pernah bosan. Tetapi, langit tetap hujan, rembulan terus menangis.

Tetesan air masuk dari celah atap ruang pasung yang menjadi bocor. Menimpa kepala wanita berwajah penyok dan membuat dirinya kebasahan.

Lelah, wanita berwajah penyok tertidur. Ia menggigil hebat tanpa ada orang yang tahu keadaannya. Paginya ia terbangun oleh segaris sinar yang masuk dari celah atap. Sinar kecil itu jatuh ke kubangan air yang menggenang.

Dirasakannya tubuhnya demam. Tetapi, begitu dia terbangun yang diingatnya hanyalah rembulan.

Siang telah menjelang, ini berarti rembulan telah pulang ke rumahnya setelah semalam bersembunyi di balik awan sambil menangis. Ia menyesal tak bisa melihat wajah rembulan malam tadi.

Didekatinya genangan air tadi. Genangan yang tak jernih. Ia berwarna coklat karena bercampur debu.

Sebuah bayangan ada di sana. la tersenyum dan menemukan wajah rembulan di sana. Lalu dia tertidur tanpa merasa perlu bangun lagi sebab bersama sahabat di dekatnya.

 

#18 Contoh Cerita Pendek “Idul Adha Bersama Teman-teman”

Beberapa hari ini, sekolah sedang ramai perbincangan hari raya kurban. Kata Ustazah, hari raya kurban adalah hari rayanya umat Islam. Hari raya kurban adalah hari raya pemotongan kambing. Aku senang saat hari raya kurban.

Ada banyak sekali kawan-kawan di sekolah. Karena saat hari raya kurban, banyak peristiwa di sekolah kami yang menyenangkan. Biasanya, ustazah menceritakan hari raya kurban di masa lalu.

Aku dan teman-teman selalu senang mendengarkan beliau cerita. Kata Ustazahku, dahulu Nabi Ibrahim As sudah tua usianya dan baru dikarunia anak.

Namun, sayangnya begitu memiliki anak bernama Ismail, Allah datang lewat mimpi dan menyuruh Nabi Ibrahim menyembelihnya.

Karena Nabi Ibrahim sangat taat pada Allah SWT, akhirnya menceritakan mimpinya pada nabi Ismail.

Ismail pun bersedia untuk disembelih. Namun, begitu pisau menyentuh leher Ismail langsung berubah menjadi kambing. Sejak saat itulah dirayakan hari raya kurban.

Ada hal lain yang membuatku senang ketika hari raya kurban.  Salah satunya adalah membeli kambing.

Di sekolah kami menabung setiap hati dan uangnya dikumpulkan. Saat hari raya kurban, uangnya digunakan untuk membeli kambing.

Kami ramai-ramai ke peternakan untuk membeli kambing. Di peternakan ada banyak sekali macam kambing.

Kambing-kambing makan rumput dan mempunyai kaki empat. Terkadang, kambing bersuara dan aku sangat senang mendengarnya.

Setelah membeli kambing, kami kembali ke sekolah. Kambing-kambing juga ikut ke sekolah dan keesokan harinya siap disembelih.

Aku melihat kambing yang disembelih. Ada banyak darahnya dan bau.

Daging kambing dipisahkan dari kulitnya. Kemudian dibungkus dan dibagi-bagikan ke orang-orang.

Aku dan teman-teman ikut membagikan daging kambing. Aku juga ketemu teman baru, namanya Naya. Naya sudah tidak memiliki Ayah dan Ibu.

Tapi, Naya sudah menjadi temanku. Sejak menerima daging dariku dan dibawanya pulang untuk dimasak bersama neneknya, Naya jadi berterima kasih. Sejak saat itu, Naya jadi selalu baik hati. Bahkan ia menolong saat terjatuh.

Nah! Kata Naya, dagingnya di sate. Naya senang sekali karena sudah lama tidak makan sate. Kalau aku dagingnya diolah jadi sup. Ibu suka sekali membuatkan aku sup. Saat hari raya idul kurban, Naya ikut ke rumahku dan makan sup bersama.

[Baca Juga: 20 Contoh Teks Anekdot dan Cara Membuatnya, Yuk Pelajari!]

 

#19 Contoh Cerita Pendek “Kado Istimewa”

Oleh: Jujur Prananto

Bu Kustiyah bertekad bulat menghadiri resepsi pernikahan putra Pak Hargi. Tidak bisa tidak.

Apapun hambatannya. Berapapun biayanya. Ini sudah menjadi niatnya sejak lama.

Bahwa suatu saat nanti, kalau Pak Gi mantu ataupun ngunduh mantu, ia akan datang untuk mengucapkan selamat. Menyatakan kegembiraan. Menunjukkan bahwa ia tetap menghormati Pak Gi, biarpun zaman sudah berubah.

Bu Kus sering bercerita kepada para tetangganya bahwa pak Hargi adalah atasannya yang sangat ia hormati.

Ia juga mengatakan bahwa Pak Gi adalah seorang pejuang sejati. Termasuk di antara yang berjuang mendirikan negeri ini. Walaupun Bu Kus Cuma bekerja di dapur umum, tetapi ia merasa bahagia dan berbangga bisa ikut berjuang bersama Pak Gi.

Akan tetapi, begitulah menurut Bu Kus setelah ibu kota kembali ke Jakarta, keadaan banyak berubah. Pak Hargi ditugaskan di pusat dan Bu Kus hanya sesekali saja mendengar kabar tentang beliau.

Waktu terus berlalu tanpa ada komunikasi. Kekacauan menjelang dan sesudah Gestapu serasa makin merenggangkan jarak Kalasan-Jakarta.

Lalu, tumbangnya rezim orde lama dan bangkitnya orde baru mengukuhkan peran Pak Gi di lingkungan pemerintahan pusat.

Dan ini berarti makin tertutupnya komunikasi langsung antara Bu Kus dengan Pak Gi. Sebab dalam istilah Bu Kus “kesamaan cita-cita merupakan pengikat hubungan yang tak terputuskan”.

“Soal cita-cita ini dulu kami sering mengobrolkannya bersama para gerilyawan lain,” demikian kenang Bu Kus.

“Dan pada kesempatan seperti itu, pada saat orang-orang lain memimpikan betapa indahnya kalau kemenangan berhasil dicapai, Pak Gi sering menekankan bahwa yang tak kalah penting dari perjuangan menentang kembalinya Belanda adalah berjuang melawan kemiskinan dan kebodohan”.

Tapi bagaimanapun, meski Bu Kus tetap merasa dekat dengan Pak Gi, ternyata setelah tiga puluh tahun lebih tak berjumpa, timbul jugalah kerinduan untuk bernostalgia dan bertatap muka secara langsung dengan beliau.

Itulah sebabnya, ketika ia mendengar kabar bahwa Pak Gi akan menikahkan anaknya, Bu Kus merasa inilah kesempatan yang sangat tepat untuk berjumpa.

Lewat tengah hari, selesai makan siang, Bu Kus sudah tak betah lagi tinggal di rumah.

Tas kulit yang berisi pakaian yang siap sejak kemarin diambilnya. Juga sebuah tas plastik besar berisi segala macam oleh-oleh untuk para cucu di Jakarta.

Setelah merasa beres dengan tetek bengek ini, Bu Kus pun menyuruh pembantu perempuannya memanggilkan dokar untuk membawanya ke stasiun kereta.

Belum ada pukul tiga, Bu Kus sudah duduk di atas peron stasiun. Padahal kereta ekonomi jurusan Jakarta baru berangkat pukul enam sore nanti.

Ketergesa-gesaannya meninggalkan rumah akhirnya malah membuatnya bertambah gelisah. Rasanya ingin secepatnya ia sampai di Jakarta dan bersalam-salaman dengan Pak Gi.

Berbincang-bincang tentang masa lalu tentang kenangan-kenangan manis di dapur umum.

Tentang nasi yang terpaksa dihidangkan setengah matang, tentang kurir Natimin yang pintar menyamar, tentang Nyai Kemuning penghuni tangsi pengisi mimpi-mimpi para bujangan.

Ah, begitu banyaknya cerita-cerita lucu yang rasanya takkan terlupakan walaupun terlibas oleh berputarnya roda zaman.

Peluit kereta api mengagetkan Bu Kus. Ia langsung berdiri dan tergopoh-gopoh naik ke atas gerbong.

“Nanti saja, Bu! Baru mau dilangsir!” ujar seorang petugas.

Tapi, Bu Kus sudah terlanjur berdiri di bordes. “pokoknya saya bisa sampai Jakarta!” kata Bu Kus dengan ketus.

“Nomor tempat duduknya belum diatur, Bu!” ujar petugas itu.

“Pokoknya saya punya karcis!” jawab Bu Kus.

Dan memang setelah melalui kegelisahan yang teramat panjang, akhirnya Bu Kus sampai juga di Jakarta.

Wawuk, anak perempuannya, kaget setengah mati melihat pagi-pagi melihat ibunya muncul di muka rumahnya setelah turun dari taksi sendirian.

“Ibu ini nekat! Kenapa tidak kasih kabar dulu? Tanya Wawuk.

“Di telegram, kan, saya bilang mau datang,” jawab Bu Kus.

“Tapi, tanggal pastinya ibu tidak menyebut,” Wawuk berkata dengan lembut.

“Yang penting saya sudah sampai sini!,” ujar Bu Kus.

“Bukan begitu, Bu. Kalau kita tahu persis, kan, bisa jemput ibu di stasiun”.

“Saya tidak mau merepotkan. Lagi pula saya sudah keburu takut bakal ketinggalan resepsi mantunya Pak Gi. Salahmu juga, tanggal persisnya tidak kamu sebut disurat.”

“Ya, Tuhan! Ibu mau datang ke resepsi itu??”

“Kamu sendiri yang bercerita Pak Gi mau mantu.”

“Kenapa ibu tidak mengatakannya di surat?”

“Apa-apa, kok, mesti laporan.”

“Bukan begitu, Bu.” Wawuk sendiri ragu melanjutkan ucapannya. “ibu kan… tidak diundang?”

Lho, kalo tidak pakai undangan, apa, ya, lalu ditolak?”

“Ya, tidak, tapi siapa tahu nanti ada pembagian tempat, mana yang VIP mana yang biasa.”

“Ah, kayak nonton wayang orang saja, pakai VIP-VIP-an segala.”

“Tapi yang jelas, saya sendiri juga tidak tahu resepsinya itu persisnya diadakan di mana, hari apa, jam berapa. Saya tahu rencana perkawinan itu cuma dengar omongan kiri kanan.”

“Suamimu itu, kan, sekantor dengan Pak Gi. Masa tidak diundang?”

“Bukan satu kantor, Bu. Satu departemen. Lagi pula, Mas Totok itu karyawan biasa, jauh di bawah Pak Gi. Itu pun bukan bawahan langsung. Jadi, ya, enggak bakal tahu-menahu soal beginian. Apalagi kecipratan undangan.”

“Kan bisa tanya?”

Wawuk menghembuskan napasnya agak keras.

“Ingat, Wuk.” Bu Kus bicara dengan nada dalam. “aku jauh-jauh datang ke Jakarta ini yang penting adalah datang pada resepsi pernikahan putra Pak Hargi. Lain tidak.”

 

#20 Contoh Cerita Pendek “Obat Bosan dari Nenek”

Oleh: Widya Suwarna

Ayah dan Ibu belum pulang dari kantor. Mbak Asti dan Mas Pur pergi kuliah. Kawan bermain Lili, Oni sedang sakit kuning.

Vita, tetangga sebelah sedang pergi ke rumah saudaranya. Nah, tinggal Lili dan Mbok Nah yang ada di rumah. Mbok Nah sibuk menyetrika.

Lili merasa kesal dan bosan. PR sudah selesai. Dia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Biasanya dia bisa bermain dengan Vita atau Oni.

“Sudah, tidur saja Li!” usul Mbok Nah.

“Ah, orang tidak mengantuk disuruh tidur!” Lili menggerutu. “Atau main ke rumah Dede? Biar Mbok antarkan!” Mbok Nah menawarkan.

“Malas ah, rumahnya jauh. Biasanya jam empat begini dia belum bangun. Dia ‘kan harus tidur siang setiap hari!” Lili menolak. Tiba-tiba Lili mendapat gagasan. Dia pergi ke kamar Ibu dan menelepon Nenek.

Sesudah bercakap-cakap sejenak, Lili mulai mengeluh, “Nek, kalau tiap hari begini Lili bisa mati. Bosannya setengah mati. Vita pergi, Oni sakit. Di rumah tak ada siapa-siapa!”

Wah, wah, jangan sebut-sebut mati. Bosan itu ‘kan penyakit yang paling gampang diobati. Sudah setua ini Nenek tak pernah merasa bosan!”

“Tentu saja. Cucu-cucu yang tinggal sama Nenek segudang. Di sana ‘kan selalu ramai. Di sini sepi!”

“Selalu sepi tidak enak, selalu ramai juga tidak enak. Nah, begini saja. Kamu sabar sebentar. Nenek akan segera datang membawakan obat untuk penyakit bosanmu!”

“Baiklah, cepat datang, ya Nek!” kata Lili dengan gembira dan meletakkan gagang telepon. Dalam hati Lili bertanya-tanya seperti apa kiranya obat bosan itu.

Kalau berbentuk pil, wah, lebih baik tidak usah saja. Kalau berbentuk permainan, nah ini lebih asyik. Tetapi, mainan pun lama-lama bias membosankan.

Sambil menunggu Nenek datang, Lili mendekati Mbok Nah lagi.

“Mbok, Mbok, Nenek mau datang membawakan obat bosan. Tahu tidak Mbok, obat bosan itu seperti apa sih?” Mbok Nah tertawa, lalu menggeleng-gelengkan kepala.

“Lili, Lili, mana ada sih obat bosan? Ada juga obat batuk, obat sakit perut, obat flu. Kalau Mbok Nah bosan, obatnya sih gampang saja. Stel saja kaset dangdut. Hilang sudah rasa bosannya! kata Mbok Nah.

Sekarang Lili yang tertawa. “Kalau saya sih tambah bosan mendengar kaset lagu dangdut. Kaset lagu anak-anak saja, paling seminggu enak untuk orang dengar. Sesudah itu bosan saya mendengarnya!” kata Lili.

“Ya, sudah. Kesukaan orang ‘kan Iain-Iain. Kita lihat saja nanti, Nenek bawa obat bosan yang bagaimana!” kata Mbok Nah. Empat puluh menit kemudian Nenek datang. Lili menyambutnya dengan gembira. Nenek mengeluarkan beberapa buah buku dari tasnya.

“Yaaa, obat bosannya bukuuuu. Lili kan malas baca buku!” seru Lili dengan kecewa.

“Hei, kamu belum tahu nikmatnya membaca buku rupanya. Kalau sudah senang membaca, kamu tidak akan pernah merasa bosan lagi. Nah, sekarang coba kamu baca buku yang ini!” kata Nenek sambil memberikan sebuah buku cerita bergambar.

“Kalau tebal, malas ah bacanya!” kata Lili dengan segan.

“Tidak, ini cuma 24 halaman. Tiap halaman ada gambarnya dan teksnya sedikit. Ceritanya tentang beruang kecil. Bagus, Iho! Anak-anak di berbagai negara sudah membaca buku ini!” Nenek memberi semangat.

Lili mulai membaca. Eh, ternyata menarik juga.

Nenek tersenyum dan berkata, “Kamu sudah kelas empat. Sayang sekali kamu belum mengenal banyak cerita yang bagus. Sebetulnya buku bukan hanya buku cerita, tetapi ada juga buku tentang berbagai pengetahuan. Misalnya kamu mau tahu asal minyak tanah, atau cara kerja tukang pos, atau tentang menanam bunga atau apa saja, semua ada bukunya!”

“Ya, Nek? Kalau buku cara membuat mainan dari kertas, ada tidak Nek? Itu Iho, seperti membuat perahu, burung. Lili mau baca buku itu kalau ada!” kata Lili.

“Tentu saja ada. Nanti, kita bisa cari di toko buku. Nenek akan tunjukkan berbagai macam buku. Sekarang, kamu bisa membaca buku-buku yang tipis ini dulu. Nanti, makin lama kamu akan terbiasa dan senang membaca buku cerita yang lebih tebal. Kalau kamu suka membaca, kamu tak akan merasa bosan. Bermain dengan kawan memang suatu hal yang baik, tetapi kebiasaan membaca juga perlu. Nanti kalau kamu menjadi mahasiswi, kamu sudah terbiasa membaca buku pelajaran yang tebal-tebal!” kata Nenek.

“Buku ceritanya dari mana, Nek?” tanya Lili.

“Nanti Nenek belikan beberapa. Lalu setiap bulan Ibu bisa membelikan satu atau dua buah buku. Kemudian kamu bisa tukar pinjam dengan kawan-kawanmu yang punya buku cerita. Selain itu kamu juga bisa pinjam dari perpustakaan sekolah. Di sekolahmu ada perpustakaan tidak?” tanya Nenek.

“Ada. Tapi Lili belum pernah pinjam!” Lili mengaku terus terang.

“Lili! Lili! Seharusnya, perpustakaan sekolah dimanfaatkan. Tetapi, baiklah! Sekarang Nenek akan membimbingmu. Nenek akan pinjamkan buku-buku yang menarik, supaya kamu rajin membaca. Sesudah itu berangsur-angsur kamu mulai membaca buku yang banyak teksnya!” kata Nenek.

Selama satu bulan Nenek akan sering datang membawa buku cerita untuk Lili. Sampai akhirnya, bila Lili sudah gemar membaca, Nenek tak perlu lagi membawakan buku-buku cerita.

Lili sudah bisa mencari sendiri buku cerita atau pengetahuan tersebut. Yang penting juga, Lili sudah mendapat obat bosan yang ampuh dari Nenek, hingga seumur hidup dia akan bebas dari penyakit bosan.

 

#21 Contoh Cerita Pendek Menginspirasi “Tetesan Hujan di Jendela”

Pagi itu, Elisa terbangun dengan semangat yang membara. Dengan bersemangat, ia membuka jendela kamarnya. Tetesan-tetesan hujan dari malam sebelumnya masih bertahan, menari dengan lembut di atas kaca jendela.

Dari sana, ia melihat secercah sinar matahari yang mulai menembus awan kelabu, memberi harapan baru bagi setiap makhluk hidup.

Elisa adalah seorang perempuan muda yang penuh dengan impian dan harapan. Dia memiliki tekad kuat untuk menggapai impian tersebut, meski rintangan dan hambatan seringkali menantang di sepanjang perjalanan hidupnya.

Di balik senyumnya yang merekah, terdapat kisah perjuangan yang tidak banyak orang ketahui.

Di hari itu, Elisa mengenakan mantelnya, melangkah keluar dari rumah dengan hati yang penuh semangat.

Dalam perjalanan menuju kampus, ia bertemu seorang kakek tua yang tengah berjuang menyeberangi jalan dengan tongkatnya. Wajah kakek itu memancarkan kelelahan dan kegelisahan yang amat dalam.

“Apakah Anda butuh bantuan, Pak?” tanya Elisa dengan penuh perhatian.

Kakek itu menoleh dan tersenyum, “Terima kasih, Nak. Aku mungkin butuh sedikit bantuan.”

Dengan tanpa ragu, Elisa mengulurkan tangannya. Kakek itu memegang erat tangan Elisa, sambil berjalan perlahan melintasi jalan yang ramai.

Tiba di sisi lain, kakek itu mengucapkan terima kasih sekaligus memberikan wejangan yang mendalam, “Jadilah seperti tetesan hujan, Nak. Teruslah bergerak, walau sekecil apapun langkahmu. Jadikan setiap hari sebagai peluang untuk menabur kebaikan.”

Elisa tersentuh dengan kata-kata bijak kakek itu. Ia melanjutkan perjalanannya dengan semangat yang semakin berkobar.

Di kampus, ia bertemu dengan seorang teman lama yang tengah berjuang mengatasi masalah pribadi yang kompleks.

Elisa duduk bersama temannya, mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan semangat dan dorongan yang tak pernah pudar.

Setelah seharian penuh berkegiatan, Elisa kembali ke rumah. Di jalan, ia kembali bertemu dengan kakek tadi.

Kali ini, kakek itu berdiri di depan toko buku tua yang tak lagi ramai dikunjungi. Elisa menghampirinya dan membelikan beberapa buku kesukaannya.

“Terima kasih, Nak. Kau membuat hari tuaku menjadi istimewa,” ucap kakek dengan senyum tulusnya.

Elisa tersenyum balik, merasa bahagia bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain. Ia belajar bahwa kebahagiaan sejati seringkali ditemukan dalam memberi, bukan hanya dalam menerima.

Ia juga menyadari bahwa setiap langkah kecilnya memiliki kekuatan untuk memberi pengaruh positif bagi orang lain.

Dengan tetesan hujan yang masih menari di jendela kamarnya, Elisa duduk di meja belajarnya, memandangi buku-buku yang baru saja ia beli untuk kakek itu.

Ia tersenyum, merasa terinspirasi oleh pelajaran hidup sederhana yang diberikan oleh kakek tadi.

Sebuah kebahagiaan sejati terletak pada upaya kita untuk membuat dunia ini lebih baik, bahkan sekecil apapun kontribusi yang kita berikan.

 

#22 Contoh Cerita Pendek Fiksi Anak-anak “Petualangan Si Kucing Penjelajah”

Di sebuah kota kecil yang ramah, tinggallah seekor kucing bernama Toto yang penuh dengan semangat petualang.

Toto adalah kucing yang gemar menjelajahi lingkungan sekitarnya, dari halaman belakang rumahnya hingga taman yang luas di seberang jalan.

Ia selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap segala hal di sekitarnya.

Suatu hari, Toto memutuskan untuk menjelajahi hutan kecil di belakang rumahnya.

Di sana, ia bertemu dengan berbagai hewan kecil yang ramah, seperti burung-burung kecil yang riang dan tupai-tupai yang lincah. Mereka pun menjadi teman-teman setia petualangan Toto.

Saat menjelajah hutan, Toto dan teman-temannya menemukan gua rahasia yang dipenuhi dengan berbagai harta karun kecil, seperti batu berkilauan dan ranting-ranting yang unik.

Mereka bersemangat mengumpulkan harta karun tersebut sambil menghadapi berbagai petualangan menarik dan lucu di dalam gua.

Toto dan teman-temannya belajar tentang kebersamaan dan kerja sama dalam mengatasi berbagai rintangan yang mereka hadapi.

Mereka juga belajar pentingnya persahabatan dan keberanian dalam menjelajahi dunia di sekitar mereka.

Setelah petualangan yang panjang, mereka kembali ke rumah dengan cerita-cerita menarik tentang apa yang mereka temukan di dalam gua rahasia.

Dari petualangan itu, Toto dan teman-temannya belajar bahwa dunia di sekitar mereka penuh dengan keajaiban yang menunggu untuk dijelajahi.

Mereka menyadari bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk menemukan petualangan baru, baik di dalam rumah maupun di luar sana.

Dengan semangat petualang yang tak pernah padam, mereka siap menjelajahi dunia bersama dengan keceriaan dan keberanian.

 

Yuk, Tingkatkan Literasi Diri Sendiri

Memiliki tingkat literasi yang tinggi membuat seseorang bisa melakukan banyak hal. Kita akan mudah mengungkapkan gagasan melalui tulisan atau verbal.

Selain literasi seputar penulisan, Sobat Finansialku juga bisa meningkatkan literasi tentang keuangan. Karena, setiap orang perlu mengatur dan mengelola keuangannya secara tepat.

Sebagai referensi, kamu bisa baca ebook gratis dari Finansialku yang tersedia di Perpustakaan Ebook Finansialku. Kamu bisa langsung praktikkan dalam kehidupanmu setelah membacanya.

Selain ebook, Finansialku juga punya video menarik yang bisa kamu tonton. Jangan lupa subscribe untuk dapatkan update video lainnya seputar keuangan, ya!

 

 

Sekian pembahasan tentang contoh cerpen. Yuk share artikel ini ke teman kamu agar mereka semakin paham. Terima kasih!

 

Editor: Omri Cristian

Sumber Referensi:

  • Arist Estiningtyas. 21 Februari 2023. 15 Contoh Cerita Pendek Bahasa Indonesia Lengkap, Beragam Tema. Sonora.id – https://bit.ly/3N34DJ1
  • Ayu Isti. 04 Maret 2023. Contoh Cerpen Singkat Beserta Strukturnya, Ringan dan Menarik. Merdeka.com – https://bit.ly/3ohi7qd
  • Gadis Saktika. 23 Februari 2023. 12 Contoh Cerpen Singkat Berbagai Tema Yang Menarik. Lengkap! 99.co – https://bit.ly/3o4o2P1
  • Nanda Akbar Gumilang. Januari 2023. 3 Contoh Cerpen Singkat Berbagai Tema dan Unsur Intrinsiknya! Gramedia.com – https://bit.ly/3UBR6cQ
  • Tifani. 21 Februari 2023. 4 Contoh Cerpen Kehidupan Penuh Makna dan Menginspirasi. Katadata.co.id – https://bit.ly/43xcBQi