Dalam kondisi yang mengharuskan kita untuk lebih banyak di rumah seperti sekarang ini, tentu meningkatkan emotional spending-mu.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Finansialku Planner

 

Apakah itu Emotional Spending? Bagaimana Cirinya?

Di saat banyak orang mungkin tinggal di rumah, berjuang melawan kebosanan, stres karena pekerjaan atau keadaan masyarakat, dan menghadapi malam tanpa tidur, tidak mengherankan bahwa banyak orang yang mengatasinya untuk belanja. Ini bisa dikategorikan dalam emotional spending.

Tahukah kamu? Emotional spending merupakan sebutan dari tindakan membeli sesuatu berdasarkan perasaanmu, bukan dengan logika atau kebutuhan.

Misalnya saja saat kamu mendapati dirimu mengalah pada dorongan wajib untuk membeli sesuatu yang baru, atau saat kamu mengalihkan perhatian ketika sedang kesal dengan cara berbelanja.

Jika demikian, mungkin sudah waktunya untuk mengenali bahwa skenario itu mungkin merupakan gejala dari emotional spending.

Shopaholic! Ini Cara Terbaik Habiskan Uang & Menyalurkan Hobi Belanja 01 - Finansialku

[Baca Juga: 7 Website Penyedia Informasi Bisnis Franchise atau Bisnis Waralaba]

 

Gerald Zaltman, seorang profesor bisnis di Harvard Business School bahkan menemukan bahwa 95% keputusan pembelian tidak disadari.

Nah, sekarang pertanyaannya adalah “Apakah saya juga sering melakukan emotional spending?”

Lisa Duke, seorang konselor keuangan terakreditasi dengan Lisa Duke Financial Coaching, menjelaskan bahwa terdapat tanda-tanda yang dapat membantu Anda mengetahui apakah Anda sedang berbelanja secara emosional.

“Hutang kartu kredit, paket yang belum dibuka, pakaian yang belum dipakai (bahkan mungkin dengan label masih terpasang), menyembunyikan pembelian dari pasangan atau orang terdekat, dan mengacu pada belanja sebagai terapi ritel,” kata Duke.

Brittany Waters, financial coach with Ready Set Life menambahkan bahwa banyak orang terjerumus dalam utang karena emotional spending ini. Waters berujar, “If you’re going to be in debt, it should be for something you chose, not from something you did impulsively.” 

Bobbi Rebell, author of “How to Be a Financial Grownup” juga menjelaskan soal emotional spending ini. Rebell mengatakan bahwa penting untuk mengetahui bagaimana perasaanmu saat melihat paket pesanan datang.

Jika kamu merasa kecewa saat paket datang, maka ini adalah tanda bahwa ada masalah lebih besar dari sekedar emotional spending.

Memang bahaya seperti apa yang dapat timbul dari emotional spending?

 

Dino Selita, co-founder and president of The Debt Relief Company menjelaskan pembelian emosional kecil yang terjadi sehari-hari sama bahayanya dengan pembelian impulsive besar.

After all, $50 spent on Amazon each week might not seem bad, but it does end up costing you $2,600 by the end of the year,” ungkap Selita.

Selita menambahkan, pembelian kecil ini justru lebih bahaya karena umumnya lebih sering dilakukan dan membentuk kebiasaan.

Bahkan hal ini bisa menimbulkan kebangkrutan jika tidak segera dihentikan.

 

Bagaimana Mengatasinya?

Emotional spending memang membuatmu merasa lebih baik sementara, namun ini memberikan dampak buruk ke depannya.

Skenario terburuknya adalah utang menumpuk dan kebangkrutan seperti yang tadi telah diungkapkan.

Jason Fierstein, a psychotherapist with Phoenix Men’s Counseling menambahkan bahwa emotional spending juga berpotensi menimbulkan ketidakpercayaan antar pasangan, kemarahan, dan bisa menghancurkan sebuah pernikahan.

Kini saatnya mengubah pola pikirmu bahwa emotional spending memberikan kebahagiaan.

James Lambridis, founder of DebtMD menjelaskan bahwa salah satu cara terbaik untuk mengatasi emotional spending adalah dengan membuat anggaran dan mematuhinya.

If you are using a credit card, your online account provides you with a great picture of how much you are spending and on what,” ujar Lambridis.

Lambridis juga menambahkan bahwa kini sudah banyak aplikasi keuangan yang bisa membantumu mengatur keuangan.

Mimin pun sependapat, dimana aplikasi keuangan memang berperan penting dalam membantu kita on-track di segi keuangan.

Seperti contohnya aplikasi Finansialku yang memiliki fitur pencatatan keuangan dan anggaran.

Jelas aplikasi Finansialku dapat memudahkanmu mengatur anggaran untuk mencegah sifat ini.

Kamu bisa bisa menggunakan aplikasi Finansialku sebagai alat bantu yang menjadikan pengaturan keuangan mudah dan praktis.

Sebagai pengguna baru, kamu bisa download aplikasi Finansialku dengan klik tautan berikut ini.

playstore icon
appstore icon

 

Kamu punya Kebiasaan Seperti Ini?

Yuk mulai perbaiki diri agar kebiasaan buruk ini tidak berlarut-larut. Upayakan agar diri tetap terkontrol dan  hanya membeli barang yang dibutuhkan secara logis, bukan secara emosional.

Jangan lupa manfaatkan e-Book Finansialku dalam mengatur keuangan dan membuat anggaran bulanan untuk mengurangi kebiasaan emotional spending.

Download Sekarang! Ebook PERENCANAAN KEUANGAN Untuk USIA 20-an, GRATIS!

Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 20 an Perencana Keuangan Independen Finansialku

 

 

Kami yakin kamu bisa mengatasi kebiasaan buruk ini segera dengan pengaturan keuangan yang disiplin. Semangat!

Perencanaaan keuangan itu penting lho! Yuk ketahui lebih dalam cara untuk menerapkannya melalui video ini.

 

Apakah Anda pernah melakukan emotional spending? Bagaimana tanggapan Anda mengenai sifat tersebut?

Tinggalkan komentar Anda di bawah ini.

 

Sumber Referensi:

  • Sheryl Nance-Nash. 8 July 2020. How to Identify Emotional Spending Habits. Thebalance.com – https://bit.ly/2El850d