Biasanya kesulitan yang dialami dalam merencanakan keuangan adalah ketika incomenya nggak tetap, contohnya para pemilik bisnis dan freelancer.

Nah… gimana sih supaya bisnis lancar dan pengelolaan keuangan pribadi juga lancar? Yuk, temukan jawabannya dalam artikel berikut ini.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku Finansialku Planner

 

Keuangan Untuk Pemilik Bisnis dan Freelancer

Di podcast FinTalk episode 76 kali ini, kita akan menjawab tuntas mengenai gimana caranya merencanakan keuangan kalau income-nya sendiri tidak tetap.

Yes, orang-orang biasanya mengalami banyak kesulitan kalau kondisinya seperti ini.

Nah, kali ini kita akan ngobrol bersama financial planner-nya Finansialku, untuk menjawab pertanyaan tersebut, bagaimana solusi dan tipsnya.

 

Sebelum bahas lebih detail, Sobat Finansialku dapat mengirimkan pertanyaan atau curhat keuangan melalui fitur TANYA PERENCANA KEUANGAN di Aplikasi Finansialku. Jangan lupa kasih hashtag #CURHATKEUANGAN

 

Salah satu curhatan kali ini,

“Hallo Mas Melvin, saya seorang agen property yang income nya enggak tetap nih… income saya tergantung pada penjualan rumah. Nah sekarang ini bagaimana strategi merencanakan keuangan yang cocok untuk saya?”

 

Jawaban Melvin,

#LetMeShareMyView

Hai kak, sebenarnya pekerjaan seperti freelance, agen property, agen asuransi, pemilik bisnis, atau juga pemilik bisnis online, itu sebenarnya lebih gampang lho direncanain.

Kenapa?

Karena incomenya itu bisa diatur sendiri lho, kamu sebagai yang bos, kamu sebagai yang punya usaha atau kamu sebagai yang langsung ngatur income kamu sendiri.

Itu gak perlu nunggu nanti naik gaji. Itu gak perlu, karena kamu kalau lagi butuh duit ya kamu kejar aja penjualanmu dan lain sebagainya.

Topik podcast kali ini tuh pas banget sebenarnya buat kakak, karena saya akan menginterview financial planner di Finansialku yang biasa handle pemilik bisnis, pemilik bisnis online, freelance, agen asuransi, dan agen property.

Oke semoga penjelasan saya dapat bermanfaat dan dapat membantu.

 

So, buat sobat Finansialku, jika kalian mengalami kegalauan mengenai keuangan, investasi, asuransi atau apapun itu, langsung saja curhat ke podcastnya Finansialku.

Caranya gampang banget!!!

Kamu hanya perlu mendownload Aplikasi Finansialku di Google Play Store atau App Store, dan langsung saja ke menu Konsultasi Keuangan.

Tapi jangan lupa ngasih hashtag #curhatkeuangan ya, supaya saya bisa bedain mana yang dapat diangkat ke podcast dan mana yang tidak.

Kamu juga bisa follow Instagram @finansialku_com dan @melvin_mumpuni untuk mendapat informasi seru mengenai keuangan.

 

Ebook Perencanaan Keuangan ENTREPRENEUR & FREELANCE

Download Sekarang, GRATISSS!!!

3 Ebook Perencanaan Keuangan Entrepreneur dan Freelancer

 

Merencanakan Keuangan Dengan Income yang Gak Tetap

Kali ini saya ditemani oleh salah satu financial planner kita, yaitu Yosephine P. Tyas.

Kak Yosephine ini biasanya bantu pemilik bisnis atau business owner, supaya keuangan bisnisnya jalan lancar, keuangan pribadinya juga lancer dan aman.

Teman-teman, kali ini kita akan membahas tentang keuangan pemilik bisnis nih, antara keuangan bisnis dan keuangan pribadi.

 

Kak Yosephine, kenapa sih kok kelihatannya ribet ya antara keuangan pribadi dan keuangan bisnis? Itu kenapa ya?

 

Jawabannya,

Sebenarnya sih gak ribet ya, cuma memang challenging, jadi gak mudah gitu. Karena ngatur keuangan pribadi aja gak gampang ya, apalagi di tambah harus mengatur keuangan bisnis.

Makanya memang sebaiknya tuh saran diawal, keuangan keuangan bisnis sama pribadi itu harus dipisah dulu.

Dan keuangan pribadinya sebaiknya sehat dulu sebelum mulai bisnis, karena kalau keuangan pribadi gak sehat, itu bisa mempengaruhi keuangan bisnis, tapi sebaliknya kalau nanti keuangan bisnis juga gak sehat, itu bisa ngerusak keuangan pribadi atau keluarga.

Contoh kasusnya nih, banyak yang terjadi itu ada asset pribadi atau keluarga yang jadinya harus dijual karena masalah keuangan di bisnis.

Kayak contoh yang benar-benar terjadi, salah satu teman saya pernah konsultasi karena dia baru tau kalau papanya itu punya utang gede banget di bisnis, dan dia itu cuma denger-denger dan papanya itu bukannya open juga ke keluarganya, dan katanya ternyata hampir seluruh properti yang dimiliki keluarganya itu dalam status menjadi jaminan di bank.

Jadi dia kayak tidak punya pilihan harus kemana, dan ya aku hanya bisa bilang ke dia kalau aku akan bantu, cuma papanya memang harus terbuka kan, dan dia itu kayak dalam hal komunikasi ke papanya juga masih dalam masalah gitu, jadi itu salah satu contoh yang real gitu.

Karena kalau utang turun atau diwariskan, artinya asset beserta utangnya harus turun ke generasi berikutnya, makanya dia juga jadi cukup pusing tuh. Jadi serem dan kasihan kan kalau kayak gitu.

 

Kan ini soal bisnis nih, apakah yang diobrolin ini juga berlaku untuk seorang freelance, contohnya agen properti atau mungkin agen asuransi, jasa desain freelance, atau yang lainnya, itu sama gak sih caranya?

 

Jawaban Kak Yosephine,

Sebenarnya kan gini ya, kalau di bukunya si Robert Kiyosaki yang cashflow quadrant itu, sebenarnya kan ada employee, self-employed, business owner sama investor kan. Ini masing-masing quadrant itu kan ada karakteristiknya masing-masing gitu kan?

Ya contoh paling gampang banget ada employee yang adalah punya gaji tetap, kalau self-employed memang dia bisa independen dalam tanpa kutip nih sedikit kebebasan waktu dibanding employee tapi dia belum tentu punya income yang tetap, bisa kecil, bisa gede.

Which is sama, benar setiap quadrant itu cara ngatur dan mengelola keuangannya itu juga beda-beda.

Jadi buat klien-klien kita yang memang bentuk kerjanya dia self-employed, ya dia ibaratnya nih pengeluarannya tuh harus diatur berapa minimalnya supaya kalau dia lagi dapat income lebih, jangan semuanya tuh dihabisin, tetapi dia harus simpen, dan dia juga harus punya dana darurat lebih gede dari pada employee yang punya gaji tetap.

Gitu sih… apalagi kalau kita sudah masuk ke quadrant yang bisnis owner, yang mana dia kan sudah tidak hanya mikirin dirinya sendiri seperti hal nya karyawan, tetapi harus mikirin dirinya sama karyawannya, jadi bebannya udah double, malahan bukan double lagi tetapi banyak, apalagi kalau jumlah karyawannya sudah ratusan.

Maka dari itu keuangannya sendiri itu harus sehat supaya bisa fokus mikirin keuangan bisnisnya.

Orang-orang yang self-employed juga memiliki karakteristik penghasilan yang tidak tetap, seperti yang membuka jasa freelance desain website, ada yang freelance desain banner dan sebagainya.

Nah… untuk menjadi self-employed ini, seseorang harus invest di awal seperti membeli alat, mengembangkan skill, software, dengan begitu kalau ada seseorang yang misalnya dari lulus kuliah langsung memilih self-employed mereka paling tidak nyiapin modal dulu.

Sehingga biasanya ada orang yang tidak langsung menjadi self-employed tetapi jadi karyawan terlebih dahulu, dan setelah memiliki modal barulah ia pindah ke self-employed quadrant.

Melvin sendiri pernah ditanyain oleh seorang agen properti tentang bagaimana cara mengelola keuangan buat agen properti yang gak punya gaji tetap, dan sarannya ya harus bagi menjadi dua, yaitu keuangan pribadi dan keuangan untuk bisnis karena mereka perlu memiliki budget untuk personal development, biaya marketing, biaya ketemu klien.

Karena keuangannya dibagi, seorang pemilik bisnis dan freelancer juga seharusnya menggaji dirinya sendiri, atau ditetapin dari awal berapa jumlah uang yang menjadi gajinya.

 

GRATISSS, Yuk Download SEKARANG!!!

Ebook Pentingnya MENGELOLA KEUANGAN Pribadi dan Bisnis

14 Ebook Mengelola Keuangan Bisnis dan Pribadi

 

Dari pengalaman Kak Yosephine selama meng-handle para pemilik bisnis, kebanyakan dari mereka mengambil incomenya langsung dari rekening bisnis.

Padahal kalau kita bicara soal rekening, itu sesuatu yang sebaiknya dipisah antara rekening pribadi dan rekening bisnis.

Sebenarnya karena bisnis itu miliknya ya suka-suka dia, cuma ini ada dampaknya, dan kita juga menjadi bingung nentuin berapa pengeluaran bisnis yang sebenarnya, karena semuanya nyampur.

Kita pun jadi bingung juga untuk bagaimana menghitung profitnya, dan kalau dalam posisinya rugi kita bilang bisnisnya gagal, padahal sebenarnya belum tentu, hanya karena semua pengeluaran pribadi ngambil dari situ.

Jadi saran dari kak Yosephine, ada dua alternatif bagi pemilik bisnis untuk mengambil income, yaitu pertama bisa dalam bentuk gaji tetap setiap bulan, jadi diperlakukan seperti karyawan baik itu dia sebagai direktur atau manajer.

Jadi sesuai skillnya yang dia pakai untuk bisnisnya. Cara ini cocok jika pemilik bisnis turun ke operasional.

Yang kedua, bisa juga dalam bentuk dividen atau labanya yang dibagi, karena memang ini biasanya taunya dari laporan keuangan tahunan, atau ya kalau mau cepat bisa per kuartal atau per semester. Karena bisa jadi ini adalah bisnis yang kesekian dari bisnis-bisnis lainnya.

Pemilik bisnis bisa menentukan berapa laba yang mau ditahan untuk pengembangan bisnis, dan berapa laba yang mau dibagi dengan pemilik bisnis lainnya ataupun untuk dirinya sendiri jika itu bisnis pribadi.

Nah ini cocok untuk pemilik bisnis yang menjadi penyetor modal.

 

Tadi katanya kan perlu misahin keuangan pribadi dan bisnis nih… apakah pemilik bisnis perlu bisa bikin laporan keuangan sendiri?

 

Jawaban kak Yosephine,

Sebenarnya gini, bisnis sekecil apa pun itu perlu memiliki pencatatan keuangan, justru paling bagus dari kecil atau dari awal itu bisnis mau jalan dan gak nunggu gede untuk buat catatan keuangan, dan gak harus yang rumit gitu.

Jadi ya bisa dimulai dengan catat dulu aja semua pengeluaran sama pemasukan yang diterima.

Dan itu akan dipermudah kalau kita punya rekening terpisah, karena ibaratnya tuh ini dana yang berharga.

Kalau kita belajar data kayak kita analis, data itu menjadi sesuatu yang berharga banget karena bisa diolah, di laporan dan kemudian itu bisa dianalisa, dan ini yang bisa kita baca apakah bisnis itu sehat apa tidak.

Karena bisnis gak cuma menilai dari omzet gede dan itu bisnis sehat, belum tentu. Makanya kalau pertanyaan soal apakah pemilik bisnis perlu bisa bikin laporan keuangan, sebenarnya gak harus.

Kalau memungkinkan dia boleh aja di awal nyatat pengeluaran dan penghasilan tersendiri tetapi saran saya sih akan lebih baik kalau di awal ada yang bantu dia untuk handle keuangan.

Dan saya juga selalu memberi saran sebaiknya yang background-nya accounting, karena mereka tau jurnalnya, masuk ke pos mana, dan bahkan salah masukin pun analisanya mereka itu berbeda dan lebih akurat.

Pemilik bisnis itu fokusnya justru dari data yang ada dan mengambil kebijakan dari situ, bukan hanya sibuk mikirin angka-angka yang ada.

Melvin Mumpuni sendiri, sebagai seorang pebisnis ia lebih fokus untuk menyusun strategi, mengembangkan tim supaya timnya bisa terus naik kelas. Jadi sederhananya, pemilik bisnis ini lebih berfokus pada pengembangan SDM.

 

Pemilik bisnis dan freelance kan incomenya gak stabil nih… gimana sih financial planningnya?

 

Jawaban Yosephine,

Sebenarnya ini kayak reflect to myself ya karena saya itu dulu juga karyawan IT selama 5 tahun dan terjun ke konsultan finansial, dan itu kan self-employed atau kita anggap freelance walaupun dibawah perusahaan, tapi saya ingat banget kalau dulu itu tidak ada gaji.

Bisa dalam satu titik tidak ada sama sekali atau bisa gede banget, jadi seorang pemilik bisnis atau self-employed itu perlu menyadari hal ini terlebih dahulu sehingga secara mental ia sudah siap, karena kalau mentalnya sudah siap baru kemudian kita siapin secara keuangan.

Kita memang tidak bisa mengontrol omzet, tapi kita perlu ngusahain bagaimana agar omzet kita gede atau bagaimana kita bisa capai target.

Tapi ada saatnya memang omzetnya ternyata turun dan ini memang menjadi ujian buat keuangan pribadi, keuangan keluarga dan keuangan bisnis.

Maka dari itu merencanakan keuangan bisnis itu sudah beda dengan yang karyawan atau keluarga biasa.

Karena pertama ia lebih berisiko, dan kemudian dalam dana darurat saja sudah sangat berbeda, karena harus memiliki lebih dari standar ideal, seperti misalnya jika ia single yang harusnya 3 kali, maka sebaiknya ia 6 kali atau bahkan 12 kali.

Saya juga nyaranin untuk bisnisnya dia sebanyak 6 sampai 12 kali ­fix-cost supaya pada masa kita down, ia punya waktu hingga 6 bulan dimana ia masih bisa membayar fix-cost yang ada, sehingga masih bisa bertahan.

 

Seandainya ada freelance atau pemilik bisnis yang ingin konsultasi, cara Kak Yosephine membantu mereka seperti apa sih?

 

Jawaban Kak Yosephine,

Kita mengibaratkan diri kayak dokter, dan kita gak mungkin memberi obat dengan menduga-duga, jadi harus berdasarkan seperti financial check-up, jadi mau dia employee, self-employed, business owner, investor, kita akan melakukan yang namanya financial check-up.

Jadi kalau self-employed kita cek keuangan pribadinya dia, kalau pemilik bisnis ya kita cek juga keuangan bisnisnya dia.

Seperti klien bisnis yang saya handle, ada yang memiliki online shop dan ketika saya cek, omzet dia itu lumayan gede tapi dia sama sekali tidak punya yang namanya pencatatan keuangan, cuma punya satu rekening, dan saya harus menganalisa, melihat mana yang pengeluaran pribadi dan bisnisnya dia.

Dengan begitu kita datang untuk membantu dia, benerin satu-satu dan kemudian untuk pengeluaran pribadi saya menyarankan untuk mulai komitmen berapa kira-kira gaji tetap yang mau dia ambil setiap bulan, dan kemudian sekarang saya membantu untuk bikin laporan keuangan.

Jadi memang semua saya analisa dari awal, dan mencoba melakukan perbaikan.

Jadi kalau sobat Finansialku datang ke Kak Yosephine, nantinya terlebih dulu akan dilakukan financial check-up buat pribadi kamu dan buat bisnis kamu, dan dari situ nanti akan dilihat nih mana yang sudah sehat dan mana yang belum.

Nah kalau ada yang belum sehat, mulai dibereskan dan setiap bulannya akan dibantu buatin laporan keuangan buat bisnis.

 

Di akhir podcast Kak Yosephine berpesan,

“Semua pemilik bisnis mulai dari sendiri jadi dia perlu prepare attitude, dan hal-hal yang berbeda kalau dia mikir gak mau hanya menjadi employee aja.

Saya juga sekarang suka mendukung anak muda masuk ke dunia bisnis untuk ngeluarin jiwa entrepreneur nya, terlebih kalau yang memang memiliki skill ini, dan saya selalu dengan senang hati membantu pemilik bisnis dari sisi yang saya bisa.

Dan memang dimulai dari meyehatkan terlebih dahulu keuangan pribadi kita, supaya kita bisa siapin skill kita untuk mikirin keuangan bisnis kita, mikirin karyawan-karyawan kita.”

 

Oke… terimakasih buat teman-teman yang sudah menyimak artikel ini, dan semoga bisa bermanfaat buat teman-teman semua. Sampai jumpa di podcast selanjutnya, dan akhir kata Make A Plan And Get Your Financial Dreams Come True.

 

Finansialku Talk Podcast juga dapat kamu dengarkan di:

Logo Spotify