Harga batu bara RI dan Asia menurun sejak pertengahan tahun 2019 dan diperkirakan akan terus menurun di tahun 2020. Mengapa bisa?

Kali ini Finansialku akan membahas beritanya, Agar lebih jelas mari simak ulasannya berikut ini. Selamat membaca!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Harga Batu Bara RI dan Asia Morosot

Sepanjang tahun 2019 harga batu bara telah mengalami penurunan sejak pertengahan tahun dan di tahun 2020 arah pergerakannya masih akan turun.

Ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani menyebutkan penurunan harga batu bara ini ini disebabkan over supply mengingat banyak perusahaan tengah menggenjot produksi untuk meraih target revenue.

Hal ini terlihat dari Indeks harga komoditas ekspor pada awal November 2019 minus hingga 4%, lebih dalam ketimbang selama 2018 yang minusnya hanya 2,8%.

Menurunnya harga batu bara ini tentu menimbulkan ramalan-ramalan khusus terkait harga batu bara.

Bank Indonesia dalam Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter November 2019 menuliskan pada Senin, (2/12):

“Pelemahan ekonomi global terus menekan harga komoditas.”

 

Penurunan harga komoditas ini disebabkan oleh penurunan harga batu bara, CPO, dan logam. Penurunan harga batu bara terutama disebabkan oleh penurunan permintaan.

Untuk ke depannya BI memperkirakan harga batu bara masih berada dalam tren menurun seiring dengan masih lemahnya ekonomi global, terutama Tiongkok dan India, serta semakin meningkatnya komitmen untuk mensubstitusi penggunaan batu bara dengan energi ramah lingkungan.

Komoditas

2016

2017

2018

2019 YTD

Tembaga

-10,5

27,1

6,7

-8,0

Batu Bara

6,8

48,2

2,5

-8,5

Kelapa Sawit

21,3

5,7

-19,2

-8,1

Karet

-2,2

28,1

-16,8

13,6

Nikel

-15,4

8,9

27,8

5,0

Timah

13,1

13,1

0,5

-5,7

Aluminium

-3,5

22,9

7,4

-14,0

Kopi

4,3

-2,9

-15,4

-13,0

Lainnya

1,0

6,8

1,2

-0,4

Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia

5,4

21,7

-2,8

-4,0

 

Harga batu bara mulai terperosok pada 22 November 2019, setelah mengalami reli cukup panjang dalam delapan periode perdagangan beruntun (12-21 November 2019).

Harga komoditas batu bara ini ditutup tak bergerak pada perdagangan pekan lalu. Impor batu bara mingguan negara-negara kawasan Asia juga diperkirakan turun.

Tak lama ini perusahaan tambang batu bara terbesar di India, Coal India mengumumkan produksi batu bara bulan November turun 3,9% menjadi 50,02 juta ton. Produksi pada bulan yang sama tahun lalu mencapai 52,06 juta ton.

Coal India merupakan BUMN India dan menjadi perusahaan tambang batu bara terbesar ke-enam di dunia. Coal India berkontribusi terhadap 82% dari total produksi negeri India.

Konsumsi batu bara India sejak April tahun ini memang mengalami penurunan. Penurunan ini tercatat merupakan penurunan pertama dalam periode 10 tahun terakhir.

Berdasarkan studi The Institute for Energy Economics and Financial Analysis, sejak April-Oktober tahun ini, konsumsi batu bara termal untuk pembangkit listrik turun 2,3 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu, mengutip Quartz India.

Harga Batu Bara RI Semakin Merosot, Kok Bisa_ 02

[Baca Juga: Memahami Fluktuasi Harga Batu Bara di 2019]

 

Sementara itu harga batu bara kontrak futures ICE Newcastle ditutup di US$68,9/ton atau flat alias tak bergerak pada perdagangan kemarin.

Sebelumnya pada bulan lalu harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup di US$71,3/ton atau naik 0.35% dibanding periode perdagangan sebelumnya.

Aktivitas penggalian batu bara juga terkontraksi 7,6% menjadi 47,37 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 51,26 juta ton.

Sementara, hingga triwulan III-2019, harga CPO masih relatif rendah. Ke depan, harga CPO berpotensi akan membaik seiring implementasi kebijakan penggunaan biofuel dan harga soybean oil (substitusi) yang diperkirakan meningkat.

Sebagian besar harga logam menurun kecuali nikel. Harga tembaga dan timah menurun seiring kontraksi sektor manufaktur sebagaimana tercermin dari tren penurunan PMI.

Sebaliknya, harga nikel meningkat karena larangan ekspor nikel Indonesia mulai tahun 2020.

“Pelarangan ekspor tersebut diperkirakan semakin meningkatkan defisit nikel global sehingga mendorong harga nikel tetap berada pada level tinggi.”

 

Tahun Depan Harga Batu Bara di Angka 70 Dolar

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan harga batu bara di dalam negeri atau domestic obligation market (DMO) pada tahun depan berada di angka 70 dolar AS per ton, meski tren harga batu bara global tengah menurun.

Per Oktober 2019, HBA tercatat di kisaran 64,8 dolar AS per metrik ton. Mengutip harga batu bara kontrak ICE Newcastle, tren harga batu bara terus mengalami penurunan.

Dari 31 Desember 2018 yang sempat menyentuh 101,4 dolar AS per ton turun di kisaran 60-69 dolar AS per ton hingga November 2019. Kebijakan DMO bertujuan untuk melindungi PLN dari fluktuasi harga batu bara.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono menyatakan harga batu bara sebenarnya masih berada dalam tahap evaluasi dan akan selesai pada Desember 2019.

Namun yang pasti, porsi volume DMO tetap 25 persen dari total produksi batu bara.

 

Apa pendapat Anda terkait berita di atas? Jangan lupa bagikan artikel ini kepada kerabat dan sahabat Anda. Semoga dapat menambah wawasan. Terima kasih.

 

Sumber Referensi:

  • Hendaru Purnomo. 2 Desember 2019. Hendaru Purnomo. . Ada Ramalan Buruk Soal Harga Batu Bara RI, Simak Nih. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/2DCcLem
  • Tirta Citradi. 2 Desember 2019. Harga Turun Lagi, Benarkan Masa Depan Batu Bara Suram?. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/2Ya8Z5o
  • Vincent Fabian Thomas. 19 November 2019. Pemerintah Akan Patok Harga DMO Batu Bara di US$70 per ton di 2020. Tirto.id – https://bit.ly/2DLMeex

 

Sumber Gambar:

  • Harga Batu Bara RI 01 – http://bit.ly/33O7KtI
  • Harga Batu Bara RI 02 – http://bit.ly/35YQTpK