Jelang bulan Ramadhan, harga sembako dan harga pangan naik. Apakah kemungkinan akan terjadi inflasi? Simak pembahasan selengkapnya dalam artikel ini.

 

Faktor Penyebab Harga Pangan/Sembako Naik

Akhir-akhir ini, harga pangan hingga sembako perlahan mengalami kenaikan. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti minyak goreng, kedelai, daging sapi, hingga beberapa komoditas pangan lainnya.

Seakan menjadi sebuah hal yang lumrah, kenaikan harga terjadi seiring dengan semakin dekatnya bulan suci Ramadhan serta Hari Raya Idul Fitri 1443 H.

Pertanyaan kini, mengapa hal ini selalu saja terjadi? Apa faktor yang menyebabkannya?

 

#1 Dipicu Faktor Global, Termasuk Konflik Russia-Ukraina

Pakar Agribisnis dari IPB, Bayu Krisnamurthi memiliki pandangannya menyikapi fenomena kenaikan harga pangan yang kini tengah terjadi. Menurutnya faktor global memiliki pengaruh yang cukup besar. 

Kenaikan harga beberapa komoditas dalam skala global turut menyumbang permasalahan di pasar dalam negeri. Ditambah lagi konflik Rusia dan Ukraina yang hingga kini tak kunjung mereda.

“Seperti yang dikatakan Presiden, kita berada di masa yang serba susah, ketidakpastian tinggi, dan harga-harga komoditi naik secara global.
Pandemi masih berlangsung, ada krisis Ukraina dengan kekhawatiran perang dunia,” ujar Bayu, melansir dari situs Idxchannel.com (04/03).

 

#2 Sektor Perdagangan Terkena Imbas Paling Signifikan

Pernyataan presiden ini sudah seharusnya menjadi perhatian semua pihak, termasuk kementerian. Lebih utama adalah Kementerian Perdagangan yang sektornya terkena imbas paling cepat.

Selama masa pandemi saja, sektor perdagangan terdampak cukup signifikan. Hal tersebut dapat terlihat dengan naiknya harga harga minyak sawit mentah/CPO, kedelai, daging sapi, serta barang-barang sembako lainnya.

[Baca Juga: Pemerintah Cabut HET Minyak Goreng, Segini Harganya Sekarang!]

 

Pemerintah telah melakukan berbagai cara dengan menetapkan kebijakan-kebijakan strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Contohnya adalah kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) serta Domestic Price Obligation (DPO).

“Kebijakan yang dilakukan, DMO dan DPO, berimplikasi merubah nyaris total struktur dan perilaku bisnis minyak goreng dalam negeri. 
Tujuannya baik dan penting yaitu membuat harga minyak goreng dalam negeri tidak terpengaruh harga CPO internasional,” imbuhnya.

 

Harga Sembako Jelang Ramadhan yang Mulai Naik

Di sisi lain, Satgas Pangan Polri telah memperingatkan bahwa menjelang Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1443 H, ada beberapa harga bahan pokok yang diprediksi akan naik. Kenaikan tersebut dipicu meningkatnya angka permintaan di tengah masyarakat. 

“Terdapat kecenderungan naiknya harga sembako yang disebabkan karena naiknya permintaan atau demand bahan pokok pangan,” ujar ketua Satgas Pangan Polri, Irjen Pol Helmy Santika dalam keterangan tertulisnya, melansir dari Kompas.com (04/03).

 

Berdasarkan catatan detik.com (13/03/2022) dari salah satu pasar di bilangan Jakarta Selatan, terdapat beberapa harga kebutuhan pokok yang telah mengalami kenaikan harga. 

Harga cabai merah keriting dibanderol Rp 50 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp 30-40 ribu. Cabai rawit hijau Rp 60 ribu per kilogram, dari yang sebelum nya cuma Rp 40 ribu.

Sementara, harga cabai rawit merah Rp Rp 70 ribu per kilogram, dari sebelumnya Rp 50 ribu. Kenaikan harga tertinggi dialami pada cabai rawit merah yang bisa mencapai Rp 20 ribu per 1/4 kg, dari Rp 10 ribu.

[Baca Juga: Terus Rugi, Ini Daftar BUMN yang Akan Dibubarkan Erick Thohir]

 

Untuk bawang merah dihargai Rp 35 ribu per kilogram, dari yang biasanya Rp 33 ribu, bawang putih bulat naik jadi Rp 30 ribu, dari harga Rp 25-27 ribu per kilonya.

Sementara, bawang bombay juga ikut naik dari Rp 26 ribu, kini menjadi Rp 28 ribu per kilogram.


Untuk harga gula pasir putih berada di Rp 14 ribu, harga tersebut naik dari Rp 13 ribu. Minyak goreng curah Rp 18 ribu, dari sebelumnya Rp 16 ribu. Harga gula merah batok berada di Rp 16 ribu per kilogram.

Daging sapi juga mengalami hal serupa. Akan tetapi harga yang dibanderol menyesuaikan dengan kualitas dagingnya.

“Kenaikan pasti ada. Diperkiraan dari Rp 130 ribu hingga Rp 140 ribu per kilogram, itu tergantung dari kualitas dagingnya,” ujar salah satu pedagang bernama Doni, melansir dari situs Detik.com (13/03/2022).

 

Di sisi lain, daging ayam juga tak luput dari kenaikan harga. Untuk 1 potong ekor ayam bisa berada di harga Rp 55 ribu. Kenaikan tersebut sudah terjadi di awal bulan Maret ini.

“Sekarang saya jual 1 potong ayam negeri Rp 50-55 ribu. Dari sananya (pemotong) aja udah Rp 48 ribu, tadinya kan cuma Rp 43-45 ribu,” ujar salah satu pedagang. Bahkan kenaikan harga bisa mencapai Rp 3 ribu dalam waktu satu minggu.

 

Sobat Finansialku, kenaikan harga pangan tersebut pasti akan berpengaruh juga terhadap keuangan rumah tangga. Anggaran yang sebelumnya sudah dibuat, harus diubah lagi sesuai kondisi di lapangan.

Untuk para ibu rumah tangga, yuk kita atur lagi anggaran rumah tangga kita supaya kebutuhan keluarga bisa terpenuhi. Cek ebook di bawah ini untuk mengetahui cara menyusun anggaran yang benar!

Banner Iklan Ebook Cara Membuat Anggaran dengan Tepat - PC
Banner Iklan Ebook Cara Membuat Anggaran dengan Tepat - HP

 

 

Kemungkinan Inflasi Serta Komoditas yang Mempengaruhinya

Bank Indonesia menyatakan bahwa berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh pihaknya, hingga minggu keempat bulan Maret 2022 ini harga masih relatif terkendali.

Berdasarkan pemantauan tersebut, bank sentral memprediksi bahwa akan terjadi inflasi sebesar 0,68% secara bulanan (month to month). Sementara untuk inflasi Maret 2022 untuk secara tahun kalender sebesar 1,24% (year todate) serta secara tahunan sebesar 2,68%.(year on year)

Komoditas pokok yang menyumbang angka inflasi terbanyak ialah cabai merah,  bahan bakar rumah tangga (BBRT), minyak goreng, telur ayam, perhiasan, daging sapi, hingga tempe.

 

Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia,  Erwin Haryono.

“Penyumbang utama inflasi Maret 2022 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,11% (mtm), BBRT sebesar 0,7% (mtm), telur ayam ras sebesar 0,06% (mtm), emas perhiasan dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,05% (mtm),” tuturnya, melansir dari situs tribunnews.com (27/03). 

 

Kendati demikian, Bank Indonesia juga mencatat bahwa ada komoditas yang mengalami deflasi.

Komoditas tersebut yakni tomat sebesar -0,01% (mtm). Pihak Bank Indonesia sendiri terus melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah dan otoritas terkait. 

Tujuannya tidak lain untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang cukup besar.

 

Itulah informasi mengenai harga pangan dan sembako yang serba naik menjelang Ramadhan serta adanya kemungkinan inflasi. Lalu apa tanggapan Anda mengenai informasi ini? Jangan segan untuk menuliskannya di kolom komentar ya.


Sumber Referensi

  • Advenia Elisabeth. 4  Maret 2022. Harga Pangan Serba Naik, Ada Apa dan Salah Siapa?. Idxchannel.com https://bit.ly/3Ntrwmo
  • Advenia Elisabeth. 4 Maret 2022. Harga Pangan di Indonesia Serba Naik, Salah Siapa? Economy.okezone.com – https://bit.ly/35lOk6A
  • Kholida Qothrunnada. 13 Maret 2022. Jelang Ramadhan, Harga Sembako di Pasar Mulai Merangkak Naik Nih. Finance.detik.com – https://bit.ly/380v8Mt
  • Rahel Narda Chaterine. 4 Maret 2022. Satgas Pangan: Harga Sembako Diprediksi Naik Jelang Ramadhan. Kompas.com – https://bit.ly/3iHz0Ec
  • Redaksi Bisniscom. 27 Maret 2022. BI Prediksi Inflasi Maret Capai 0,68 Persen, Komoditas Apa yang Mempengaruhinya? Tempo.co – https://bit.ly/3wHZkGp
  • Bambang Ismoyo. 27 Maret 2022. Jelang Ramadan Inflasi Maret Diprediksi 0,68 Persen, Komoditas Cabai Merah Jadi Penyumbang Utama. Tribunnews.com – https://bit.ly/3wGMtV2