Kontraksi ekonomi yang terus bergejolak buat Indonesia ada dalam ambang resesi di kuartal ketiga tahun ini. Selengkapnya di Finansialku!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Sri Mulyani: Kita Bisa Resesi Kalau Kuartal Ketiga Negatif!

Laju ekonomi Indonesia ikut mandek seiring dengan menjalarnya virus corona. Turunannya jelas, angka pengangguran semakin banyak, daya beli masyarakat juga berkurang, beberapa sektor industri termegap-megap kena dampaknya.

Pada kuartal ketiga tahun 2020 ini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghitung ada kemungkinan Indonesia masuk jurang resesi jika kontraksi ekonomi terus terjadi.

Prediksinya, pada trimester tersebut pertumbuhan ekonomi minus 1,6% hingga tumbuh 1,4%.

“Kita bisa resesi kalau kuartal ketiga negatif. Namun, kami coba pertahankan di atas 0%,” katanya sebagaimana dikutip dari Katadata, Rabu (24/06).

Sebelumnya, untuk kuartal kedua tahun ini proyeksinya di angka minus 3,8% akibat dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Beberapa pihak, menurut Sri Mulyani, bahkan membuat proyeksi lebih buruk terhadap pada tiga bulan kedua tahun ini.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional memperkirakan perekonomian kuartal II hampir mendekati minus 6%.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) pun memastikan ekonomi kuartal II 2020 akan terkontraksi.

“Kalau lihat prediksinya minus 4,8% bahkan ada yang memperkirakan minus 7%,” kata Kepala BPS Suhariyanto masih mengutip laman yang sama.

Ini Ramalan Resesi Ekonomi 2020 yang Agak Seram Untuk Indonesia 01 - Finansialku

[Baca Juga: Finansialku Podcast Eps 51 – Awas Resesi! Kalau Gak Siap Bisa Bangkrut Keuangan]

 

Untuk diketahui, Sobat Finansialku, resesi adalah penurunan signifikan kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam beberapa waktu, umumnya tiga bulan lebih.

Sejumlah indikator yang digunakan untuk menandai resesi antara lain penurunan Produk Domestik Bruto (PDB), merosotnya pendapatan riil, pengangguran bertambah, penjualan retail lesu, dan terpuruknya industri manufaktur.

Riset terbaru dari bank investasi Morgan Stanley memperkirakan Indonesia akan mengalami pertumbuhan negatif selama tiga kuartal berturut-turut tahun ini.

Pada kuartal kedua perkiraannya di angka minus 5%. Lalu, kuartal berikutnya mulai mulai membaik menjadi minus 1,5%. Kemudian pada kuartal keempat 2020 pertumbuhannya minus 0,5%.

Dalam riset berjudul Asian Economic Mid-Year Outlook itu secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi RI sepanjang 2020 adalah minus 1%.

Kondisinya akan membaik atau pulih pada tahun berikutnya, dengan perkiraan angkanya di 5,8%.

Jika pertumbuhan ekonomi minus dalam dua triwulan berturut-turut, maka bisa dikatakan Indonesia mengalami resesi, kata Sri Mulyani.

“Kami harapkan di kuartal III dan kuartal IV (2020), pertumbuhannya bisa recover (pulih), dalam hal ini bisa 1,4 persen atau kalau seandainya kita dalam zona negatif, bisa saja minus 1,6 persen.” katanya.

“Itu yang saya sebutkan technically kita bisa resesi kalau kuartal II negatif, kuartal III nya juga negatif, maka Indonesia secara teknis bisa resesi,” kata Sri Mulyani dikutip dari BBC Indonesia.

 

GRATISSS Download!!! Ebook Perencanaan Keuangan Untuk Mahasiswa

Ebook Mahasiswa

 

Mengapa Resesi (Mungkin) Terjadi?

Di lain sisi, direktur Indef, Enny Sri Hartati mengatakan bahwa ekonomi sebuah negara bisa dikatakan mengalami resesi jika terjadi “penurunan ekonomi secara eksesif.”

Lebih lanjut, Enny mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pasalnya, Indonesia mencatatkan inflasi yang sangat rendah pada bulan Mei, hanya 0,07 persen, salah satu indikasi bahwa daya beli masyarakat sedang sangat jatuh.

Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang dan jasa yang salah satunya disebabkan oleh melonjaknya permintaan. Oleh karenanya, daya beli masyarakat yang lemah bisa menurunkan tingkat inflasi.

“Daya beli masyarakat benar-benar drop. Yang kedua, adalah penjualan ritel yang juga minus untuk bulan April dan Mei, sehingga itu yang menyebabkan potensi kita menghadapi kontraksi ekonomi, kalau tidak disebut resesi atau pertumbuhan minus, itu sangat besar,” jelasnya mengutip dari BBC Indonesia.

Senada dengan itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto menambahkan dampak resesi ekonomi lainnya adalah deflasi akibat jatuhnya daya beli masyarakat.

“Kalau ujungnya deflasi, pemulihan ekonomi bisa lambat karena daya beli masyarakat rendah sekali,” ungkapnya.

Ketika daya beli masyarakat anjlok, lanjutnya, maka pemerintah membutuhkan upaya ekstra untuk kembali membangkitkannya.

“Pemerintah harus memutar otak guna memberikan stimulasi daya beli masyarakat agar tidak hanya bertumpu dari bantuan sosial (bansos) tapi pada aktivitas masyarakat sendiri.” katanya seperti dikutip dari CNN Indonesia.

 

Berjaga-jagalah!

Bila ekonomi secara global dalam keadaan tak menentu apa yang mesti diperbuat? Pertanyaan ini mungkin tersebut di kepala kamu.

Disini saya tak cukup mampu untuk menjabarkan jawabannya secara komprehensif. Tetapi saya tahu siasatnya.

Keuangan sehat dan tertata dapat membantu menyelamatkan kamu dari ketidakmenentuan itu.

Caranya mudah saja, yakni dengan menyisihkan penghasilan untuk dana darurat. Fungsi dari dana darurat inilah yang secara finansial bisa kamu gunakan jika keadaan benar-benar terdesak.

Covid-19 Masih Beraksi, Ekonomi Jepang Masuk Periode Resesi 02

[Baca Juga: Bagaimana Potensi Investasi Properti Saat Resesi, Untungkah?]

 

Mulailah dengan mencatat keuangan secara teratur, agar kamu tahu keluar-masuknya uang dari penghasilan sebelum menyisihkan uang untuk Dana Darurat.

Gunakan aplikasi Finansialku yang bisa diunduh lewat Google Play Store atau Apple Apps Store untuk membantu pencatatan keuangan.

Selain mengatur anggaran baik per hari atau per bulannya sesuai dengan kategori tertentu, kamu juga dapat memanfaatkan fitur konsultasi keuangan untuk berdiskusi dengan para ahli keuangan, tentunya.

Konsultasi dengan Perencana Keuangan kami gratis selama satu tahun penuh dengan upgrade akun Finansialku ke akun premium seharga Rp 350 ribu.

Jangan terburu-buru berpikiran bahwa harga tersebut mahal, bikin bokek alih-alih solutif. Nggak kok!

Harga ini sama dengan menyisihkan kurang 30 ribu dalam sebulan atau SERIBU rupiah per hari untuk mendapatkan kondisi keuangan yang kamu impikan.

Ada promo, nih, hanya untuk kamu, nikmati potongan berlangganan aplikasi Finansialku premium sebesar Rp 50 ribu dengan memasukkan kode CUAN50 saat melakukan upgrade.

 

Bagikan setiap artikel Finansialku kepada rekan atau kenalan yang membutuhkan! Jika membutuhkan bantuan berupa solusi jitu tentang mengatur keuangan pribadi bisnis atau keluarga, kamu dapat menghubungi Konsultan Perencana Keuangan Finansialku.

 

Sumber Referensi:

  • Ulfa Arieza. 24 Juni 2020. Mengukur Dampak Bila RI Terjerat Resesi Ekonomi Corona. Cnnindonesia.com – https://bit.ly/2BEFdhR
  • Resty Woro Yuniar. 24 Juni 2020. Covid-19: ‘Indonesia berpotensi resesi’ – dampak ekonomi ‘jauh lebih berat’ ketimbang krisis moneter 1998. Bbc.com – https://bbc.in/380kiCi
  • Sorta Tobing. 24 Juni 2020. Menguatnya Sinyal Resesi di Sejumlah Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI. Katadata.co.id – https://bit.ly/2YuhJoY