Sedikitnya, 57 platform Peer-to-Peer (P2P) lending di Tiongkok gagal bayar dalam dua pekan terakhir. Imbasnya, investor P2P lending berbondong-bondong menarik dananya.

Langkah tegas pemerintah Tiongkok terhadap praktik perbankan bayangan (shadow banking) ini memicu kepanikan di industri fintech P2P lending. Angka pinjaman yang belum dilunasi mencapai US$192 miliar (Rp2.773 triliun).

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Investor P2P Lending Tarik Dana

Investor platform Peer-to-Peer Lending (P2P Lending) di Tiongkok berbondong-bondong menarik dana. Para investor menuntut pembayaran lebih cepat karena ketakutan potensi default, risiko penutupan mendadak dan pembekuan dana.

Hal ini menyusul adanya 57 platform gagal bayar dalam dua pekan. Kasus ini tercatat menambah 80 kasus yang telah terjadi pada Juni 2018 lalu.

Mengacu pada data Yingcan Group, angka ini menjadi yang terbesar dalam dua tahun terakhir. Perusahaan yang gagal bayar menghentikan operasi bisnis atau kasusnya dalam penyelidikan kepolisisan.

Di pertengahan Juli 2018, pemberi pinjaman P2P lending Qian88.com harus tutup. Lalu, ada pula Lqgapp.com yang menghentikan operasinya setelah para investor membahas mengenai kesulitan pembayaran, yang memicu penarikan dana oleh para investor.

Pengelola Lqgapp.com pun berjanji melunasi 5 miliar yuan (sekitar Rp10 triliun) kepada 220.000 investornya dalam jangka 3 tahun.

Seperti dikutip Kontan dari Bloomberg, analis Macquarie Capital, Dexter Hsu mengatakan, hanya 2.000 atau lebih perusahaan yang akan bertahan.

“Investor telah kehilangan kepercayaan pada platform (P2P lending), karena mereka tak tahu apakah perusahaan akan bertahan.”

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Industri Fintech Rontok

Menurut informasi yang didapatkan, industri P2P lending di Tiongkok merupakan bagian dari shadow banking.

Pun, pemerintah Tiongkok  mengambil langkah tegas terhadap praktik shadow banking, tentunya hal ini memicu kepanikan di industri fintech P2P lending.

Platform P2P China memiliki sekitar 50 juta pengguna terdaftar dan 1,3 triliun yuan (US$192 miliar = Rp2.773 triliun) pinjaman yang belum dilunasi.

Industri Fintech P2P Lending di Tiongkok Rontok Lantaran Gagal Bayar 01 Finansialku

[Baca Juga: Raih Pendanaan Seri B Senilai Rp347 Miliar, P2P Lending Modalku Fokus Kembangkan Produk]

 

Menurut data yang dihimpun per Juli 2018, Yingcan Group yang berbasis di Shanghai itu mencatat sekitar 118 platform P2P lending gagal bayar.

Pada bulan ini, jumlah fintech yang gagal bayar bisa bertambah mengingat masih ada sisa waktu  hingga akhir Juli ini.

Dikutip dari Kontan.co.id, Jinyinmao, pemberi pinjaman P2P yang berbasis di Shanghai, termasuk salah satu platform terbaru yang ditutup pekan ini.

Dalam pernyataannya, Jinyinmao menyebutkan, investornya tak percaya lagi dan menarik dananya secara signifikan. Ini yang membuat fintech ini tumbang.

“Beberapa peminjam telah kehilangan kemampuan mereka untuk membayar kembali pinjaman mereka, meninggalkan dampak besar pada operasi kami dan mengeringkan likuiditas kami.”

 

Tiongkok memang tengah memperketat pasar kredit untuk mengurangi risiko keuangan. Dalam beberapa bulan terakhir ada tindakan keras di industri ini.

Regulator keuangan China mengingatkan para penabung bahwa mereka harus siap kehilangan semua uang mereka dalam produk dengan imbal hasil tinggi.

 

Apa pendapat Anda setelah membaca berita tentang rontoknya industri fintech P2P lending di Tiongkok? Berikan pendapat Anda di kolom komentar di bawah ini.

 

Sumber Referensi:  

  • Khomarul Hidayat. 20 Juli 2018. Dilanda Kepanikan, Industri Fintech P2P Lending di China Bertumbangan. Kontan.co.id – https://goo.gl/fLn2Qt
  • Avanty Nurdiana. 18 Juli 2018. Musim Gagal Bayar P2P Lending di China. Harian Kontan

 

Sumber Gambar:

  • P2P Lending Tiongkok – https://goo.gl/4xFSZK
  • Chinese Yuan – https://goo.gl/T4sAMG

 

Free Download Ebook Perencanaan Keuangan untuk Usia 30 an

Perencanaan Keuangan Untuk Usia 30 an - Finansialku Mock Up