Cerita Ramadan: Jalan Sepanjang Apapun ‘Kan Kutempuh Dengan Ikhlas adalah kisah hidup seorang kakek penjual kacang sangrai yang berdagang siang malam demi mencukupi kebutuhan hidupnya dan sang istri di kampung.

 

Jalan Sepanjang Apapun ‘Kan Kutempuh Dengan Ikhlas

Di malam itu, ketika saya hendak masuk ke sebuah supermarket besar di Kota Bandung, langkah saya terhenti sejenak. Ada yang menarik perhatian saya, yaitu seorang pria dengan rambut dan janggut memutih yang duduk di teras supermarket.

Sambil memegang kaleng kerupuk biru yang sudah usang, kakek tersebut memejamkan matanya, mulutnya terlihat menggumamkan sesuatu. Sepertinya ia sedang berdzikir sambil menunggu pembeli datang.

Penasaran, saya langsung menghampiri sang kakek untuk menanyakan apa yang ia jual.

Ternyata di malam yang cukup dingin itu, sang kakek menjual kacang sangrai yang dibungkus plastik bening. Kacang tersebut ia jual dengan harga Rp2.000 per bungkusnya.

Tanpa pikir panjang, saya langsung membeli kacang tersebut karena kaleng tersebut masih lumayan penuh.

 

 

Sambil mengambil beberapa bungkus kacang yang saya beli, saya pun bertanya kepada sang kakek tentang hidupnya.

Rupanya, kakek berusia 83 tahun ini berasal dari kota Garut, Jawa Barat. Ia tinggal bersama majikannya di Bandung sejak tahun ‘90-an.

Setiap pagi, ia berangkat dari rumah majikannya untuk menjajakan kacang sangrai buatan sang majikan.

Mungkin banyak yang penasaran, mengapa sang kakek hanya duduk diam di teras dan tidak berusaha menawarkannya kepada orang-orang sekitar? Padahal, kalau saja sang kakek lebih aktif, mungkin barang dagangannya lebih cepat terjual.

Namun, Anda pasti terkejut mendengar faktanya. Sama terkejutnya seperti saat saya pertama kali mendengarnya dari mulut sang kakek.

Rupanya, sang kakek sudah terlalu lelah untuk sekadar berdiri, karena ia berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya dengan berjalan kaki. Padahal, jarak yang ditempuh tiap harinya bisa mencapai puluhan kilometer.

Mungkin Anda kembali bertanya-tanya, mengapa ia memilih mengandalkan kekuatan kakinya yang sudah ringkih?

Menurut sang kakek, daripada uangnya dihabiskan untuk naik angkutan umum, lebih baik ia simpan untuk membeli lauk pauk selain tahu dan tempe.

Itulah mengapa, saat saya bertemu kakek ini di depan supermarket, sang kakek hanya terdiam sambil berdzikir. Kedua kakinya sudah lelah setelah seharian mengitari kota Bandung berjalan kaki dengan membawa barang dagangannya itu.

Sungguh malu rasanya mengingat keluhan-keluhan saya pribadi saat merasa lelah untuk pergi ke kantor. Padahal, selama perjalanan menuju kantor, saya hanya perlu duduk diam di atas ojek online.

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Hingga saat ini, sang kakek sudah menekuni profesi tersebut selama 20 tahun. Sejak awal berdagang kacang, setiap harinya pendapatan sang kakek tidak menentu.

Terkadang, ia harus rela pulang ke rumah sang majikan tanpa membawa uang sepeser pun.

Ia juga menceritakan momen paling bahagia selama berdagang kacang, yakni ketika kacangnya terjual hingga 60 bungkus dalam sehari. Betapa bahagianya sang kakek bisa membelikan makanan enak untuk istrinya saat itu.

Ada satu harapan yang ingin ia wujudkan di hidupnya. Bukan, bukan membeli rumah besar atau mobil mewah. Ia hanya ingin bisa membaca.

Sang kakek bercerita jika dirinya tidak dapat membaca tulisan, atau yang kita sebut buta huruf. Pasalnya, sejak kecil ia tidak memiliki kesempatan untuk merasakan bangku sekolah seperti kebanyakan orang. Biaya lah yang menjadi hambatannya untuk bisa bersekolah.

Sambil tersenyum, ia menyesalkan hal yang tak akan bisa terulang lagi di hidupnya, yaitu bisa membaca dari muda.

“Kalo nggak buta huruf mah mungkin Bapak nggak akan di sini sekarang.”

 

Di akhir perbincangan, ada kata-kata sang kakek yang membuat saya terperanjat.

Menurutnya, keikhlasan adalah kunci nomor satu agar hidup tidak terasa berat.

“Bekerja mah yang penting ikhlas dan halal, Neng. Yang penting nggak mengemis dan nggak merepotkan orang lain.”

 

Iklan Perencanaaan Hari Tua - 728x90

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Perbincangan Sederhana Penuh Makna

Walaupun hidup berkekurangan, sungguh banyak pelajaran yang saya dapat setelah mengobrol dengan sang kakek. Pelajaran yang tidak bisa saya dapatkan di seminar-seminar dengan biaya jutaan.

Pertama, tidak peduli seberapa besar penghasilan Anda, jika Anda tidak bersyukur maka akan selalu terasa kurang.

Kedua, pekerjaan berat sekalipun akan terasa lebih mudah jika kita ikhlas.

Walaupun sang kakek harus berjalan berkilo-kilometer dengan terik matahari yang menyengat di sambung dengan malam yang dingin, ia tidak merasa terbebani karena ia ikhlas.

Ketiga, jangan jadikan kekurangan kita sebagai hambatan untuk tidak berusaha. Justru, kita perlu mencari hal lain yang dapat kita lakukan beriringan dengan kekurangan yang kita miliki.

Kisah ini saya bagikan di sini, sebagai pengingat untuk kita semua bahwa di luar sana masih ada orang yang berjuang mati-matian hanya untuk mencukupi kebutuhan pokoknya.

Semoga dengan membaca kisah ini, Anda bisa lebih semangat ketika pergi bekerja. 

Hati Anda terasa lebih ringan saat mengerjakan setiap tugas dari pekerjaan Anda. Dan ketika tiba waktunya gajian, Anda tidak lagi mengeluh akan kurangnya gaji tersebut.

 

Mari bagikan cerita penuh pelajaran ini kepada sahabat-sahabat Anda!

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Free Download Ebook Panduan Investasi Emas untuk Pemula

Download Ebook Panduan Berinvestasi Emas untuk Pemula - Harga Emas Hari Ini - Finansialku