Salah satu emiten saham yang menjual tisu, PT Suparma Tbk. (SPMA), memiliki kinerja baik di tahun 2021. Pendapatan meningkat 30% dan laba bersih meroket hingga 81% secara YoY (Year on Year).

Bagaimana prospek emiten ini? Kita bahas selengkapnya!

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

Logo Rivan Kurniawan

 

Menilik Emiten PT Suparma Tbk. (SPMA)

Sekitar dua tahun lalu ketika awal mula covid-19 menyerang Indonesia, hampir seluruh sektor kehidupan mengalami perubahan cukup signifikan.

Banyak aktivitas yang lumpuh, hingga sejumlah industri pun terpaksa gulung tikar.

Tapi, ada salah satu industri yang diuntungkan selama pandemi tersebut yaitu industri kertas, khususnya produk tisu.

Sebab, masyarakat yang semakin peduli terhadap kesehatan membuat produk tisu permintaannya naik signifikan.

Salah satu saham yang menjual tisu adalah PT Suparma Tbk. (SPMA), yang sukses mencatat kinerja baik di tahun 2021.

Bahkan, angka pendapatannya naik 30% dan laba bersih ikut meningkat 81% secara YoY (Year on Year).

Kondisi inilah yang menjadi alasan harga saham SPMA naik signifikan, dari harga Rp 230an per lembar saham menjadi Rp 680 per lembar, atau naik 195%.

Bahkan harga SPMA sempat menyentuh harga Rp 810 per lembar.

SPMA ini sempat menjadi saham yang direkomendasikan di EQO Q3 2021 lalu. Saat itu, harga saham SPMA masih berada di kisaran Rp 300-an per lembar.

Lalu, apakah masih ada peluang di saham ini? Mari kita bahas!

[Baca Juga: Prospek DMAS di Tengah Sektor Industri, Worth to Buy?]

 

Portofolio Produk

Produk yang cukup melekat dari nama SPMA ini adalah tisu. Mulai dari tisu wajah, tisu toilet, tisu serbet dan tisu towel.

SPMA menamai produk tisu-tisunya yakni See-U dan Plenty, yang umum dijumpai di pasaran.

Selain produk tisu, SPMA memiliki produk kertas lainnya seperti Laminated Wrapping Kraft (LWK) atau kertas laminasi (biasa digunakan di warung-warung untuk membungkus makanan), samson kraft, MG Paper, duplex board dan sandwiched ribbed kraft recycle (pembungkus rokok). 

Produk SPMA

 

Produk LWK SPMA ini cukup terkenal di pasaran dengan merek Cap Gajah dan menguasai 60% pangsa pasar di Indonesia.

Target pasar untuk produk ini adalah low end market. Sehingga, penjualan LWK cukup terdampak karena pandemi.

Produk LWK SPMA

[Baca Juga: Emiten Perdagangan Besar Perikanan IPO, ASHA ARA 35%]

 

Revenue Breakdown

Sayangnya, dalam laporan keuangannya, SPMA tidak membedah secara rinci berapa banyak penjualan dari masing-masing produknya.

Sehingga, kita bisa mengetahui secara rinci, seberapa besar kontribusi setiap produk bagi pendapatan SPMA secara keseluruhan.

Secara wilayah geografis penjualan, SPMA lebih banyak melakukan penjualan ke dalam negeri sebanyak 91%.

Sedangkan penjualan ke luar negeri (ekspor) hanya sebesar 9%, tepatnya ke beberapa negara di Asia dan yang paling besar adalah ke 2 negara ASEAN, yaitu Thailand dan Vietnam.

Revenue by Geography

 

Kedatangan Mesin Baru

Hingga saat ini, total kapasitas produksi SPMA adalah 250,9 ribu ton per tahun. Dengan tingkat utilisasi sebesar 82%.

Kapasitas mesin produksi SPMA masih belum sepenuhnya dimaksimalkan. Sehingga masih ada ruang untuk efisiensi dan meningkatkan margin perusahaan.

Belum lagi, SPMA sudah berinvestasi untuk meningkatkan produksi dengan membeli mesin baru PM 10.

Kapasitas Produksi

 

Dengan mesin baru ini, SPMA akan mendapatkan tambahan kapasitas terpasang sebesar 54.000 MT dan akan digunakan untuk memproduksi hand towel, wrapping kraft dan MG paper.

PM 10 sendiri sebelumnya rencananya beroperasi secara komersial pada Maret 2022.  

Manajemen SPMA masih cukup optimis bisa meraih pertumbuhan double digit di tahun 2022 ini. Belum lagi, SPMA masih memiliki ruang untuk melakukan efisiensi dalam produksinya. Sehingga, margin yang mereka dapatkan bisa terus meningkat.

PER SPMA

PBV SPMA

*Data diambil dari cheat sheet Q4 2021

 

Secara valuasi, SPMA masih tergolong di harga yang “wajar”. PER berada di angka 6.8x dan PBV 1.1x. Secara historis, 2 rasio ini tergolong yang tertinggi.

Namun, dengan kinerja SPMA yang bisa meraih ROE 16%, membuat emiten ini masih di hargai “murah”.

 

Jadi, berdasarkan kinerja SPMA sepanjang 2021 bagaimana pendapatmu? Apakah SPMA layak masuk ke portofolio?

Supaya lebih tepat dalam mengambil keputusan saat berinvestasi saham, Anda bisa menambah literasi lewat ebook Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan di Saham dari Finansialku. Klik gambar dan download gratis sekarang, ya!

Banner Iklan Ebook Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan di Saham - HP
Banner Iklan Ebook Petunjuk Praktis Dapat Keuntungan di Saham - PC

 

Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa bagikan kepada rekan-rekan investor lainnya, ya. Terima kasih.

 

Editor: Ismyuli Tri Retno

Sumber Gambar: RK Team