Weton adalah ramalan yang masyarakat Jawa kenal untuk berbagai kegunaan. Lalu, bagaimana cara meramal menggunakan weton? Simak penjelasannya di artikel berikut!

 

Summary:

  • Masyarakat Jawa umumnya menggunakan weton untuk menentukan tanggal baik suatu acara.
  • Astrologi Jawa juga masyarakat gunakan untuk meramal karakter atau watak seseorang.

 

Mengenal Apa Itu Weton?

Jika Sobat Finansialku tinggal lama di pulau Jawa atau keturunan suku Jawa, pastinya sudah tidak asing dengan kata weton. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

Weton adalah hari lahir seseorang dengan pasarannya yakni Legi, Paing, Pon, Wage, serta Kliwon. Dalam bahasa Jawa, Weton memiliki arti hari lahir.

 

Perhitungan kalender Jawa weton memiliki pakem dan aturannya. Sama seperti kalender masehi, kalender Jawa sama-sama memiliki 7 hari dalam seminggu.

Namun, weton memiliki 5 hari pasaran Jawa, yaitu Legi, Paing, Pon, Wage, serta Kliwon. Pasaran ini memiliki sebutan pancawara atau Hari Jawa.

Perhitungan kalender Jawa juga akan menggabungkan siklus 5 hari pasaran dan siklus 7 hari biasa pada kalender Masehi. Akibatnya, tercipta kombinasi hari Jawa dengan Masehi. Contohnya Senin Pahing, Selasa Legi, Jumat Kliwon, dan masih banyak lagi.

Masyarakat Jawa sendiri sering menggunakan weton untuk meramal nasib di masa depan. Weton ini umumnya masyarakat Jawa gunakan untuk dasar-dasar pelaksanaan acara penting, seperti pernikahan.

Masyarakat Jawa yang mempercayai weton meyakini kalau semua hal ada jodohnya. Sehingga jika ingin menikah akan menggunakan perhitungan weton untuk melihat kecocokan pasangan dan tanggal baik pelaksanaannya.

 

Cara Menghitung Weton Jawa Beserta Maknanya

Jika kamu ingin mencoba ramalan masa depan dengan menggunakan perhitungan weton, kamu harus tahu bahwa ada siklus hari, bulan, dan tahun pada perhitungan weton. Berikut penjelasannya:

 

#1 Siklus Hari Pasaran dalam Penanggalan Jawa

Saat ini, weton menggunakan saptawara (siklus tujuh hari) dan pancawara (siklus lima hari). Saptawara atau padinan terdiri atas tujuh hari dan dihubungkan dengan sistem bulan-bumi.

Siklus tujuh hari ini bersamaan dengan siklus mingguan dalam kalender Masehi, yaitu Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu.

Nama dari ketujuh hari itu adalah hasil dari solah atau gerakan dari bulan terhadap bumi. Nama hari tersebut adalah:

  • Radite – Ngahad, melambangkan meneng (diam)
  • Soma – Senen, melambangkan maju
  • Hanggara – Selasa, melambangkan mundur
  • Buda – Rebo, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
  • Respati – Kemis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)
  • Sukra – Jemuwah, melambangkan munggah (naik ke atas)
  • Tumpak – Setu, melambangkan tumurun (bergerak turun).

 

Sedangkan, nama untuk siklus 5 hari atau pancawara terdiri atas Kliwon (Kasih), Legi (Manis), Pahing (Jenar), Pon (Palguna), dan Wage (Cemengan).

Pancawara juga biasa disebut sebagai pasaran. Dahulu siklus ini sering pedagang gunakan melihat tanggal baik membuka pasar.

Oleh karena itu, nama pancawara banyak menjadi nama pasar seperti seperti Pasar Kliwon, Pasar Legi, Pasar Pahing, Pasar Pon, dan Pasar Wage.

Hari-hari pasaran merupakan posisi patrap (sikap) dari bulan. Berikut nama dan juga makna di tiap harinya;

  • Kliwon – Kasih, melambangkan jumeneng (berdiri);
  • Legi – Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah ke belakang);
  • Pahing – Jenar, melambangkan madep (menghadap);
  • Pon – Palguna, melambangkan sare (tidur);
  • Wage – Cemengan, melambangkan lenggah (duduk).

 

Selain pancawara dan saptawara, masih ada siklus enam hari yang memiliki sebutan sadwara atau paringkelan.

Sistem ini biasanya masyarakat gunakan untuk menghitung jatuhnya waktu upacara-upacara adat di keraton.

 

#2 Siklus Bulan dalam Penanggalan Jawa

Seperti penanggalan masehi, kalender Jawa juga memiliki 12 bulan. Nama bulan diambil dari nama serapan bahasa arab seperti Sura, Sapar, Mulud, Bakdamulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Dulkangidah, dan Besar.

Nama bulan ini disesuaikan dengan lidah orang Jawa melafalkannya. Umur tiap bulan berselang-seling antara 30 dan 29 hari. Berikut nama-nama bulan Jawa Islam.

  • Warana –Sura, artinya rijal
  • Wadana – Sapar, artinya wiwit
  • Wijangga – Mulud, artinya kanda
  • Wiyana – Bakda Mulud, artinya ambuka
  • Widada – Jumadilawal, artinya wiwara
  • Widarpa – Jumadilakir, artinya rahsa
  • Wilapa – Rejeb, artiya purwa
  • Wahana – Ruwah, artinya dumadi
  • Wanana – Pasa, artinya madya
  • Wurana – Sawal, artinya wujud
  • Wujana – Séla, artinya wusana
  • Wujala – Besar, artinya

 

#3 Siklus Tahun dalam Penanggalan Jawa

Kalender Jawa memiliki umur 354 3/8 hari dalam setiap tahunnya. Nah, dalam Jawa juga terdapat siklus delapan tahun yang disebut sebagai windu.

Dalam satu windu terdapat delapan tahun yang masing-masing memiliki nama tersendiri, yaitu Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir.

Tahun Ehe, Dal, dan Jimakir memiliki umur 355 hari dan dikenal sebagai tahun panjang (Taun Wuntu). Sedangkan sisanya yang punya umur 354 hari adalah tahun pendek (Taun Wastu). Pada tahun panjang tersebut, bulan Besar sebagai bulan terakhir memiliki umur 30 hari.

Selain itu, terdapat siklus empat windu dengan 32 tahun,dengan hari, pasaran, tanggal, dan bulan akan tepat berulang atau disebut tumbuk

Keempat windu dalam siklus itu diberi nama Kuntara, Sangara, Sancaya, dan Adi.

[Baca Juga: Kenali Kepribadian dengan Tes MBTI, Lebih Akurat dari Zodiak!]

 

Wuku dan Neptu

Seperti halnya astrologi yang terkait dengan kalender Masehi, penanggalan Jawa mengenal periode waktu yang dianggap menentukan watak dari seorang anak saat lahir.

Periode ini memiliki sebutan Wuku dan ilmu perhitungannya disebut Pawukon. Terdapat 30 Wuku yang masing-masing memiliki umur 7 hari, sehingga satu siklus Wuku memiliki umur 210 hari yang disebut Dapur Wuku.

Berbeda dengan Wuku, periode Neptu masyarakat gunakan untuk melihat nilai dari suatu hari.

Ada dua macam Neptu, yaitu Neptu Dina dan Neptu Pasaran. Neptu Dina adalah angka untuk menandai nilai hari-hari dalam saptawara.

Sedangkan, Neptu Pasaran masyarakat gunakan untuk menandai nilai hari-hari dalam pancawara. Nilai-nilai ini masyarakat gunakan untuk menghitung baik buruknya hari terkait kegiatan tertentu dan perwatakan seseorang yang lahir pada hari tersebut.

 

Tabel Neptu Jawa dan Cara Menghitung Weton

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, perhitungan weton lebih sering masyarakat gunakan untuk acara pernikahan.

Kedua mempelai akan dicocokkan terlebih dahulu weton mereka untuk mendapatkan gambaran kecocokan dan penentuan kapan hari pernikahan baiknya kedua keluarga laksanakan.

Perhitungan ini menggunakan neptu. Neptu dihitung dari angka yang keluar dari penjumlahan weton kedua mempelai.

Berikut dasar perhitungan neptu dengan masehi:

  • Senin: 4
  • Selasa: 3
  • Rabu: 7
  • Kamis: 8
  • Jumat: 6
  • Sabtu: 9
  • Minggu: 5

 

Dasar perhitungan neptu dengan hari Jawa:

  • Legi: 5
  • Pahing: 9
  • Pon: 7
  • Wage: 4
  • Kliwon: 8

 

Jika kamu penasaran apakah weton kamu dan dan pasangan cocok atau tidak, kamu bisa menghitungnya sendiri.

Cara menghitungnya adalah dengan menjumlahkan masing-masing hari kelahiran. Misal kamu lahir pada Jumat Kliwon, maka 6+8=14.

Lalu, pasangan kamu lahir pada pada Rabu Legi, maka hitungannya menjadi 7+5=12. Tinggal kamu jumlahkan, maka weton kalian menjadi 14+12=26.

Nah, tinggal kamu cocokan hasil tersebut dengan hasil perhitungan neptu weton dan lihat arti dari angka tersebut apakah menjadi hal baik atau tidak.

 

Arti dari Hasil Perhitungan Neptu Weton Jodoh

Jika kamu sudah menghitung dan keluar hasilnya, maka tinggal cocokan angka tersebut dengan rumus yang sudah baku, yaitu:

  1. Pegat atau cerai (1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, 36)
  2. Ratu atau harmonis (2, 11, 20, 29)
  3. Jodoh (3, 12, 21, 30)
  4. Tapa atau kesulitan (4, 13, 22, 31)
  5. Tinari atau berbahagia (5, 14, 23, 32)
  6. Padu atau sering bertengkar (6, 15, 24, 33)
  7. Sujanan atau perselingkuhan (7, 16, 25, 34)
  8. Pesthi atau rukun (8, 17, 26, 35).

 

Rencanakan dengan Matang

Sobat Finansialku, itulah penjelasan seputar weton dan cara menghitungnya yang biasa orang gunakan untuk menentukan hari baik seperti pernikahan.

Apakah kamu termasuk salah satu yang menggunakan perhitungan ini untuk menentukan jodoh dan hari pernikahan? 

Selain menentukan hari yang tepat sesuai budaya atau kepercayaan masing-masing, yang tak kalah penting dalam mempersiapkan pernikahan yaitu merencanakan keuangannya secara matang.

Sebab, biaya yang diperlukan untuk melangsungkan momen sakral ini memang relatif besar, terlebih jika konsep acaranya melibatkan banyak orang.

Nah, sebagai referensi untuk kamu yang tengah merencanakan pernikahan, yuk, baca ebook gratis dari Finansialku Rahasia Bangun Pernikahan Penuh Berkah. 

Ebook ini cocok untuk kamu yang ingin membangun pernikahan penuh berkah, termasuk detail lainnya yang perlu kamu ketahui dan pahami. Seperti keterbukaan keuangan dengan pasangan sampai cara perhitungan dana pernikahan. Semoga bermanfaat…

 

Nah itu tadi informasi mengenai weton dan bagaimana cara menghitungnya. Jangan lupa bagikan informasi ini kepada rekan dan kerabat lainnya yang memerlukan. Terima kasih.

 

Editor: Omri Cristian

Sumber Referensi:

  • Fandy. Cara Menghitung Weton Jawa Beserta Penafsirannya. Gramedia.com – https://bit.ly/3HlKz0H
  • Tifani, 30 Januari 2023. Mengenal Kalender Jawa dan Cara Menghitung Weton. Liputan6.com – https://bit.ly/3NpHH6Q