Cerita Ramadan: Sedekah Dalam Keterbatasan adalah cerita tentang seorang Nenek Aisyah, pedagang pasar yang gemar bersedekah.

 

Sedekah Dalam Keterbatasan

Beberapa negara maju di dunia termasuk Jepang memiliki angka kematian yang cukup tinggi dengan cara bunuh diri. Banyak faktor yang bisa menjelaskan sebab dari kasus bunuh diri oleh mayoritas usia muda dan produktif. Entah karena ekonomi, desakan hidup, cinta, atau bahkan stres dengan jam kantor yang cukup padat sehingga tidak memiliki waktu untuk pribadi.

Anak muda di negeri sana dan di manapun yang merasa lelah dengan kehidupannya, agaknya perlu banyak belajar dari Nenek Aisyah.

Di usianya yang hampir menginjak satu abad atau tepatnya 95 tahun ini, ia masih terus semangat menjalani hidupnya. Seperti dalam lagu Burung Kakak Tua, gigi Nenek Asiyah juga tersisa dua. Meski begitu, senyumannya menentramkan dan membuat ceria setiap pembeli yang kebetulan belanja di lapaknya. Ceria dan cerita selalu mengiringi aktivitas jual beli sayur mayor dan bumbu dapur di jongko pinggir jalan Pasar Cicadas.

 

 

Ya, Nenek Aisyah setiap hari berjualan sayur mayur, bawang-bawangan, cabai, dan bumbu dapur lainnya. Berteman keriput tanda kematangan usianya ini, sebelum waktu subuh, ia sudah ikut rombongan pedagang lain menuju pasar Caringin untuk membeli barang yang kemudian ia jual kembali di pasar Cicadas.

Meski cukup banyak yang ia jual, Nenek Aisyah masih sigap untuk menimbang serta menata lapaknya dengan cantik di pukul 4 dini hari.

Rentan waktu berjualannya tidak tentu. Kadang, kalau sudah lelah atau sekadar jalan-jalan keliling pasar mencari hiburan, ia serahkan lapak dagangnya pada siapapun yang mau untuk mengelolanya. Hasil keuntungannya nanti dibagi sesuai dengan kesepakatan.

Berjualan di pasar tidak dijadikan beban untuknya, malah ia sebut ini sebagai hiburan. Untuk makan dan keperluan sehari-hari, Nenek Aisyah memanfaatkan barang dagangan yang belum laku, ditambah sedikit bahan pelengkap. Motto hidupnya adalah jangan merepotkan diri, yang penting bahagia.

Di usia rentanya, kini pendengaran dan penglihatan Nenek Aisyah pun sudah mulai berkurang. Tak jarang setiap orang yang hendak berkomunikasi dengannya perlu sabar dan harus mengulang tanya beberapa kali. Namun hal ini tidak menyurutkan pembeli untuk kembali ke lapak nenek Aisyah. Pasalnya ia selalu berbaik hati memberi bonus untuk para pelanggannya.

banner -zakat, infaq, dan sedekah

 

Bersedekah dengan Membahagiakan Orang Lain

Menjelang Lebaran dan waktu spesial bagi banyak orang, Nenek Aisyah selalu memberi lebih pada pembeli yang ia niatkan sebagai sedekah untuk membahagiakan orang lain.

Nenek Aisyah mengaku, dalam sehari ia mungkin bisa saja merugi karena dagangannya diberikan untuk orang lain secara cuma-cuma. Namun baginya, hal demikian tidaklah sebanding dengan melihat kebahagiaan serta rasa persaudaraan yang dibangunnya meski ia dan pembeli belum pernah bertemu sebelumnya.

Ia tak peduli dengan siapa ia berbagi. Menurutnya, ketidakpeduliannya ini lah yang membuahkan rezeki tak terduga.

Suatu saat, seorang pembeli dari kalangan berada ditakdirkan Tuhan membeli dagangan Nenek Aisyah. Karena Nenek Aisyah merupakan seorang yang menyenangkan, pembeli ini pun tidak cepat pergi dari lapak. Ia ngobrol kesana kemari hingga akhirnya membeli banyak barang dagangan Nenek Aisyah.

Awalnya si pembeli ingin memberi uang lebih pada Nenek Aisyah. Namun ia menolaknya dan mengembalikan uangnya. Nenek Aisyah justru memberi bawang bombay untuk pembeli tersebut.

Betapa mulianya Nenek Aisyah. Ia tak ingin dikasihani, ia selalu berusaha semampunya untuk mencari rezeki sendiri.

Ia tidak ingin mengandalkan belas kasih orang lain. Karena baginya harta melimpah bukan alasan untuk berbahagia. Inilah yang motivator sering sebut ‘kebahagiaan tidak dapat dibeli dengan uang’.

Dalam menghargai hidup dan kehidupan, Nenek Aisyah memiliki prinsip yang kuat bahwa perjalanan panjang kehidupan hanya sebentar.

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Menikmatinya dengan cara Tuhan merupakan cara terindah untuk bahagia. Nenek Aisyah memang tak punya banyak harta untuk disedekahkan sebagai amal ibadahnya. Namun keceriaannya dan kekeluargaan yang dibangunnya dengan masyarakat luas tentu menjadi nilai hidup yang berharga.

Di akhir perbincangan ini, Nenek Aisyah berpesan:

“Hargai hidup dengan berbahagia bersama dengan bahagianya orang lain.”

 

Apakah Anda terinspirasi dengan kisah Nenek Aisyah? Jika iya, bagikan artikel ini kepada rekan dan kerabat Anda untuk memotivasi mereka!

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Free Download Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis

Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis - Mock Up - Finansialku Jurnal