Potensi berubah jadi bank digital, bank-bank kecil ini raih perhatian dan jadi top gainers. Bank apa saja itu?

 

Bank Digital

Masa recovery di 2021 di sambut dengan optimisme adanya vaksin dan berbagai insentif dari pemerintah. Hal ini menjadi angin segar berbagai proyek yang tertunda.

Adanya kebijakan, insentif yang dikeluarkan pemerintah guna menggenjot ekonomi di masa recovery ini membuat pasar bereaksi setiap ada berita dan rumor.

Salah satu rumor yang beredar beberapa minggu lalu (akhir Februari–awal Maret) terkait rencana aksi korporasi untuk menciptakan Bank Digital.

Tekanan pandemi mengubah kebiasaan konsumen menuju valuable speed, transparansi, dan lainnya dengan tren digital saat ini.

Sentimen penggerak pasar tersebut karena konsolidasi perbankan sebagai konsekuensi dari aturan regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan direspon pasar yang terlihat dari harga saham emiten-emiten perbankan mini kompak mengalami kenaikan dalam 2-3 pekan terakhir.

Sentimen Bank Digital, Bank ‘Mini’ Jadi Top Gainers 02

[Baca Juga: Transformasi Jadi Bank Digital, Harga Saham-saham ini Melonjak]

 

Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, bank diharuskan memiliki modal inti minimum bank umum sebesar Rp 1 triliun tahun ini, Rp 2 triliun pada 2021 dan minimal Rp 3 triliun tahun 2022.

Agar bank-bank kecil yang memiliki struktur permodalan tanggung tidak terdegradasi, kemungkinan besar akan melakukan aksi korperasi yang umumnya adalah merger atau bahkan diakuisisi.

Berbagai Aksi korporasi tidak terlepas dari besarnya potensi pasar layanan keuangan digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Saham bank kelompok BUKU 2 mendominasi daftar saham dengan kenaikan tertinggi. Sebanyak 6 dari 10 saham yang menjadi top gainers merupakan saham bank dengan modal inti kurang dari Rp 2 triliun.

Peningkatan harga di luar kebiasaan atau Unusual Market Activity (UMA), ada nya UMA membuat beberapa saham diberhentikan sementara (suspensi).

 

#1 BABP (PT Bank MNC Internasional Tbk.)

Menjadi salah satu saham yang melambung tinggi, BABP melambung hingga 78,57 persen ke posisi Rp 125 per saham pada 1-4 Maret 2021.

Penghentian sementara perdagangan saham PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) tersebut dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai.

 

#2 BKSW (Bank QNB Indonesia)

Perseroan menyatakan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perseroan.

 

#3 BBHI (PT Bank Harda Internasional Tbk.)

Saham ini melesat hingga 1.390,38 persen. Emiten ini dahulunya berada di Bank BUKU 1 lalu diakuisisi oleh Chairul Tanjung lewat PT Mega Corpora.

 

#4 ARTO (Bank Jago Tbk.)

Naik hingga 185,71 persen. Harga saham ARTO bergerak liar jelang pelaksanaan right issue yang dijadwalkan bakal dilaksanakan pada bulan Februari.

Bank Jago dulunya dinamai Bank Artos yang bahkan sempat diisukan akan terintegrasi dengan Gojek.

 

#5 BNBA (PT Bank Bumi Artha Tbk.)

Sentimen bank digital juga turut mengerek naik harga saham bank BUKU II yakni PT Bank Bumi Artha Tbk. (BNBA) dan PT Bank Capital Tbk. (BACA). Rumor yang beredar keduanya masuk radar induk usaha Shopee yaitu Sea Group.

Desas-desus mengatakan bahwa Sea Group berencana untuk mengakuisisi salah satunya dan lagi-lagi bakal dipermak jadi bank digital untuk melayani Shopee.

Setelah mendapat konfirmasi, dilansir dari CNBC Indonesia, perusahaan menyatakan baru mengetahui informasi atau berita yang dimaksud.

BNBA mengatakan bahwa belum ada informasi/kejadian penting yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan serta dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

 

#6 INPC (PT Bank Arta Graha Tbk.)

Saham INPC memimpin penguatan saham perbankan hingga 34,74 persen ke level Rp 256 per saham.

Bank Artha Graha melakukan perburuan perusahaan untuk diakuisisi sehingga dapat tercatat di pasar modal melalui jalan belakang (backdoor listing).

Emiten ini terkena Suspensi oleh Bursa tujuan untuk cooling down. Suspend saham akan berlangsung hingga pengumuman bursa lebih lanjut.

 

banner_jangan_asal,_ketahui_ini_dulu_sebelum_investasi_saham

 

Outlook BANK ‘MINI’ Menjadi Bank Digital

Kenaikan IHSG pada Februari 2021 antara lain ditopang rilis data perekonomian. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia dari IHS Markit periode Januari 2021 tercatat naik 52,2 lebih tinggi dari periode bulan sebelumnya atau Desember 2020 yang sebesar 51,3.

Selama Pandemi Covid19, gentingnya pergeseran terhadap dunia digital semakin terlihat, terjadi konsolidasi di sektor perbankan, termasuk aktivitas merger dan akuisisi menjadi sentimen selama Februari dan Maret 2021.

Aktivitas ini tentu akan memberikan manfaat bagi perbankan kecil yang menjadi target akuisisi oleh pemodal besar di belakangnya, khususnya pemilik jaringan teknologi yang kuat.

Perbankan di Indonesia saat ini diketahui menjadi salah satu NIM tertinggi di dunia sehingga menarik bagi investor asing.

Dilansir dari katadata.com, nilai pendapatan layanan keuangan digital Indonesia diprediksi bisa mengalami peningkatan dan menjadi salah satu top di wilayah Asia Tenggara.

sumber katadata

Sumber: katadata.com

 

Kenaikan beberapa harga saham bank-bank kecil akhir-akhir ini cenderung lebih disebabkan oleh rumor pasar.

Kenaikan tersebut, salah satu pemicunya adalah respons positif investor mengenai kabar Sea Group terkait ekspansi bank digital, juga adanya kebijakan dari OJK terkait konsolidasi perbankan yang mewajibkan modal inti bank minimal Rp 2 triliun di tahun ini.

Kebijakan tersebut selaras dengan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020, menimbulkan spekulasi, bank-bank yang belum memenuhi ketentuan harus melakukan merger dan akuisisi atau penambahan modal dari pemilik bank tersebut.

Perbankan digital dikembangkan guna mengoptimalkan pemanfaatan data nasabah dalam rangka melayani konsumen secara lebih cepat, mudah dan sesuai dengan kebutuhan.

 

Transaksi yang meroket yakni pembayaran untuk e-commerce dan pesan-antar makanan membuat berbagai Bank-bank besar mulai merambah model bisnis bank digital.

Berbagai bank besar pun juga mulai bekerja sama ditandai dengan ikut serta menyediakan promo-promo di marketplace hingga Layanan Ojek Online untuk kemudahan pembayaran.

Namun, Indonesia masih memiliki tugas besar demi kenyamanan pengguna bank digital. Permasalahan yang dimaksud seperti maraknya kejahatan siber, literasi keuangan digital yang rendah, sistem keamanan data yang rentan, dan belum adanya regulasi perlindungan data.

Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia membuat pergeseran pola transaksi ekonomi dari cara konvensional menuju ke platform digital.

Hal tersebut tercermin dari peningkatan transaksi pada Digital Banking dan e-commerce di 2020

002 sumber katadata

Sumber: katadata.com

 

Potensi untuk layanan bank digital memang masih sangat besar karena Indonesia yang juga mendapat bonus demografi, pengguna sosial media yang didominasi nasabah milenial dan Gen Z, pertumbuhan kelas menengah mengalami peningkatan, penetrasi internet yang semakin masif, serta adanya pandemi Covid-19 menjadi sentimen.

 

Kesimpulan

Merebaknya isu lembaga keuangan asing mencaplok bank-bank kecil di tanah air membuat pergerakan harga saham bank BUKU II kompak menggeliat.

Investor selalu diingatkan untuk tetap mewaspadai potensi terjadinya penurunan harga saham kembali yang cukup signifikan bila rumor pasar tersebut belum teruji kebenarannya.

Jika ditarik kesimpulan dari pengakuan bank yang mengalami suspensi beberapa minggu lalu, perseroan menyatakan belum ada informasi/kejadian penting yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan serta dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

Belum adanya wacana aksi koperasi yang jelas harus menjadi catatan untuk para investor.

Para investor harus lebih berhati-hati dan mempelajari hal-hal fundamental terkait perusahaan sebelum berinvestasi pada sebuah saham.

 

Disclaimer: Tulisan ini untuk EDUKASI, bukan SARAN INVESTASI. Penulis tidak memiliki saham yang disebutkan pada artikel ini. Penulis tidak terafiliasi dengan perusahaan yang disebutkan atau anak usaha. Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buy/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis berdasarkan laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.

 

Itulah sedikit pembahasan mengenai fenomena Bank Digital dan pengaruhnya pada pasar saham Indonesia.

Punya pertanyaan? Anda bisa tanyakan dalam kolom komentar.

Anda juga bisa bergabung dalam grup komunitas belajar saham Finansialku untuk info terbaru dan diskusi mengenai saham dengan praktisi dan pakarnya.

 

 

Sumber Referensi:

  • Aplikasi IPOTGO
  • idx.co.id
  • Bisnis.com
  • Finance.detik.com
  • CNBC Indonesia
  • Berapa Pendapatan Layanan Keuangan Digital di Asia Tenggara? | Databoks (katadata.co.id)

 

Sumber Gambar:

  • 01 – https://bit.ly/30nln3X
  • 02 – https://bit.ly/3uYjxEG
  • katadata.com