Pada bulan Februari dan Maret 2018, IHSG sempat mengalami penurunan yang cukup Signifikan. 

Turunnya IHSG dari angka 6.600-an ke 6.100-an cukup memberi dampak bagi para trader di bursa saham. Lantas bagaimana caranya agar tetap bisa untung ketika market turun? Apakah mungkin?

Berikut Pembahasan dari Tim Creative Trader.

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

 

Turunnya IHSG Menggerus Keuntungan Trader Saham

Turunnya IHSG selama bulan Maret membuat banyak investor dan trader merasa frustasi dengan trading-nya.

Perasaan tersebut sebenarnya cukup wajar terutama bagi para trader pemula dengan pengalaman kurang dari 1 tahun, yang memang belum pernah merasakan rasanya trading di masa bearish market.

Sebagian trader kemungkinan mulai melihat keuntungan yang beberapa waktu terakhir berhasil dikumpulkan, kembali ‘ditelan’ lagi oleh market. Sebagian lainnya bahkan mungkin lebih parah.

Setelah merasakan keuntungan sepanjang tahun 2017, bukannya menarik keuntungan yang didapat, sebaliknya di awal tahun 2018 ini memutuskan untuk menyuntikkan dana lebih besar lagi.

Trader ini berharap bisa menghasilkan return yang lebih besar lagi di 2018, dan hanya karena bearish 1 bulan terakhir seluruh keuntungan yang sebelumnya diperoleh langsung hilang, bahkan sudah berubah menjadi rugi.

Jika Anda termasuk investor yang merasakan fenomena ‘untung setahun hilang karena rugi sebulan’ Anda tidak perlu merasa frustasi, karena hal ini memang merupakan sesuatu kesalahan yang wajar dilakukan para investor pemula.

Mencari Untung Di Trading Saham Ketika IHSG Turun, Mungkinkah 02 - Finansialku

Frustasi saat harga saham turun

 

Di awal tahun ini, saya diminta untuk memberikan Outlook tahun 2018 oleh perusahaan asuransi terbesar di Indonesia, saya diminta untuk membahas prospek unitlink kepada para top agent dari asuransi tersebut.

Pada acara tersebut selain mengatakan bahwa IHSG berpotensi mengalami koreksi yang cukup besar di kuartal pertama 2018, saya juga mengatakan:

“Perbedaan trader berpengalaman dengan trader pemula di saat market terus bergerak naik seperti saat ini adalah: Trader berpengalaman akan menjual sahamnya, untuk membeli mobil baru. Sementara trader pemula akan menjual mobilnya untuk membeli saham baru.”

 

Selain merasa frustasi karena portofolio merah semua dalam kondisi seperti ini banyak trader yang mulai mempertanyakan metode trading-nya selama ini.

Ada juga yang mempertanyakan layanan rekomendasi berbayar yang selama ini diikutinya. Bahkan, ada banyak juga yang mulai mempertanyakan apakah trading saham adalah pilihan investasi yang tepat.

Jika Anda sedang mengalami hal-hal yang disebut di atas, kemungkinan Anda adalah tradertrader pemula, yang memang baru sekali mengalami bearish market.

Jujur saya pribadi pun pernah mengalami hal yang sama ketika pertama merasakan hal tersebut, bukan hanya itu, saya bahkan butuh waktu cukup lama untuk mengetahui metode yang terbaik dan paling sesuai untuk saya untuk trading di saat market bearish seperti saat ini.

 

Trading di Waktu Bearish Market

Seperti kita ketahui di saat market bearish seperti saat ini ada lebih banyak saham yang bergerak turun.

Jika di saat market bullish dari 10 saham kemungkinan ada 6 saham yang naik, 3 saham sideways dan 1 turun, dalam kondisi market bearish umumnya terjadi sebaliknya ada 6 saham turun, 3 sideways, dan hanya 1 yang naik.

Jadi, hal ini tentunya butuh skill yang cukup tinggi untuk menemukan 1 saham yang naik dari 10 saham yang ada.

Dulu saya mengira trader berpengalaman adalah trader yang berhasil menemukan 1 saham yang naik tersebut, sehingga meskipun market bearish untung mereka bertambah terus.

Namun kenyataannya, saya hampir tidak pernah bertemu trader seperti itu di kehidupan nyata.

Kalau pun ada yang mengaku selalu untung meskipun market bearish, orang tersebut umumnya hanya mengaku untung, karena sedang menjual rekomendasi berbayar.

Dan seperti yang dialami hampir semua orang yang pernah mengikuti rekomendasi-rekomendasi berbayar, rekomendasi tersebut tidak pernah seindah yang diiklankan penjualnya.

 

Lalu, bagaimana tradertrader berpengalaman menyikapi bearish market? Apa yang membedakan mereka dari tradertrader pemula, yang sebagian langsung mundur atau rugi ketika koreksi besar datang di bursa?

Karena saya sendiri sudah trading hampir 10 tahun di artikel ini saya akan mencoba menceritakan apa yang saya pelajari selama ini, setelah mengalami beberapa kali penurunan-penurunan signifikan di IHSG selama ini.

Seperti sering kami bahas, kami selalu mengatakan di market bearish, dan ketika Bandar jualan sekali pun, akan selalu ada masa-masa dimana harga di Mark Up oleh big player.

Jadi, masa mark up itulah yang harus kita manfaatkan untuk memperoleh keuntungan dalam jangka pendek, di tengah masa bearish yang disertai guyuran para pemain-pemain besar seperti yang terjadi saat ini. Namun saya menyadari itu teorinya, praktiknya tidak semudah itu.

Karena meskipun mark up memang selalu terjadi tapi menentukan timing masuknya tidaklah mudah, kadang hanya karena terlewat 1 hari saja, keuntungan bisa gagal diperoleh.

Atau meskipun kita masuk di saat yang tepat, namun jika kita terlambat keluar, profit-nya bisa tergerus signifikan.

Jadi, sering kali meskipun saya sudah beberapa kali masuk dengan timing yang tepat, namun setelah dihitung-hitung setelah 1-2 bulan melakukan strategi tersebut di masa bearish, terkadang ujung-ujungnya masih loss juga. Atau kalaupun berhasil untung namun hasilnya tidak sebanding dengan effort-nya.

Dari pengalaman saya pribadi, trading di masa bearish hasilnya biasanya tidak sebanding dengan effort-nya, karena ujung-ujungnya hasilnya paling mendekati BEP alias nol.

Trading-Saham-Investasi-Saham-6

Pahami perbedaan prinsip Trading Saham vs Investasi Saham sebelum membeli Saham

 

Memang benar jika dibandingkan dengan IHSG yang bergerak turun di waktu yang sama, kita bisa menganggap bahwa kita untung, karena dengan jumlah modal yang berhasil kita pertahankan dan mayoritas harga saham sudah bergerak turun, maka kita bisa membeli saham dalam jumlah yang lebih banyak.

Namun tentunya, kalau tujuan kita cuma untuk mempertahankan modal, untuk apa kita trading? Kenapa kita tidak jual semua saham kita, dan liburan?

Hasilnya sama, tapi kita punya waktu berlebih untuk melakukan apa yang selama ini tidak pernah sempat kita kerjakan, baik dalam trading atau dalam urusan pribadi.

Namun, meskipun strategi liburan terkesan sangat sederhana, namun untuk melakukannya bukanlah sesuatu yang gampang. Itu sebabnya, umumnya hanya trader berpengalaman yang bisa melakukannya.

Sementara tradertrader pemula malah berjuang setengah mati untuk mempertahankan modalnya dengan trading di masa bearish.

Ada beberapa alasan mengapa tradertrader baru umumnya sulit untuk berhenti trading di masa bearish:

 

Alasan #1: Karena Kecanduan Trading

Jumlah trader baru umumnya akan bertambah signifikan di masa bullish. Tidak bisa dipungkiri trading di masa bullish adalah sesuatu yang menyenangkan dan sering membuat kecanduan.

Orang yang sudah kecanduan trading sangat sulit untuk berhenti, karena terkadang keseruan dan adrenalin yang dirasakan di saat trading lebih penting daripada keuntungan yang diperoleh.

Dan karena kecanduan dimulai ketika masa bullish, dimana mayoritas saham bergerak naik, maka trader tersebut umumnya tidak menyadari ada yang salah dalam cara mereka trading, karena masih untung.

Namun, ketika masa bearish datang, barulah efek negatif dari kecanduan tersebut mulai terlihat, dan di saat itulah untung yang sebelumnya berhasil diperoleh hilang dalam waktu singkat. Dan jika tidak segera berhenti bukan mustahil modal awal pun ikut tergerus.

Padahal kalau mereka libur dulu, dan trading lagi ketika saham-saham sudah kembali bullish, market didominasi oleh saham-saham yang bergerak naik, dia bisa kembali trading tanpa membahayakan modalnya, namun jelas tidak mudah mengatakan hal tersebut ke orang yang sudah kecanduan.

 

Alasan #2: Takut Kehilangan Kesempatan Membeli Saham di Harga Murah

Banyak investor dan trader tidak mau berhenti trading di masa bearish, karena banyak investor dan trader melihat masa bearish sebagai kesempatan untuk membeli saham unggulan di harga murah.

Namun mereka takut kehilangan kesempatan membeli saham tersebut di harga terendah, jadi solusi yang biasa digunakan adalah dengan terus standby dan berada di market, supaya ketika market sudah berada di titik terendahnya dia bisa langsung bisa bereaksi.

Money Management Mengatur Ritme Pernapasan Investasi Saham 01 - Finansialku

Pentingnya Money Management: mengatur ritme pernapasan Investasi Saham

 

Namun pada praktiknya siapa yang bisa tahu kapan market akan mencapai titik terendahnya? Bagaimana caranya? Karena pada akhirnya titik terendah baru akan terbentuk ketika harga sahamnya sudah naik.

Bahkan dalam trend bearish juga selalu ada periode-periode mark up yang dilakukan oleh big player.

Jadi, hanya karena kita terus standby di depan monitor selama masa bearish, tidak secara otomatis membuat kita punya probabilitas yang besar untuk membeli saham di harga semurah mungkin.

Selain itu, ada juga risiko karena kita terus berada di depan monitor, kita jadi ‘iseng’ trading karena tidak sabar menunggu yang ujungnya menyebabkan kita nyangkut, dan ketika market berubah arah modal kita sudah terlanjur habis.

 

Jika Anda belum melakukan trading saham, dan tertarik untuk melakukannya, Silahkan download Gratis ebook: Panduan Berinvestasi Saham Untuk Pemula.

Gratis Download Ebook Panduan Berinvestasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

 

Murah dan Mahal Dari Psikologi Trading

Jika kita bahas dari sudut pandang Psikologi Trading, kita dapat mempelajari lebih dalam mengenai bagaimana seorang trader berpikir dan bereaksi menghadapi berbagai kondisi di market.

Dalam proses pelajaran tersebut, kami menemukan bahwa dari sudut pandang psikologi dengan memaksakan trading di saat harga saham-saham terus bergerak turun justru mengurangi peluang kita untuk bisa membeli saham di harga yang murah.

Hal tersebut disebabkan karena jika kita terus berada di market dan terus merasakan penurunannya, otak kita akan kesulitan untuk melihat harga suatu saham sudah murah atau masih mahal.

Alasannya karena menurut ilmu psikologi persepsi ‘Murah’ atau ‘Mahal’ selalu didapat dari proses perbandingan dengan harga acuan sebelumnya, dan bukan dari nilai intrinsiknya.

Saham-Murahan

Tips memilih Saham Murah yang Bukan Saham Murahan, apa bedanya?

 

Sebagai contoh:

Anda diberi tahu bahwa ada satu rumah 3 kamar, di daerah Porto Alegre, Brasil dijual dengan harga Rp2 miliar. Jika mendapat informasi seperti itu, Anda belum tentu bisa memutuskan bahwa harga yang ditawarkan itu ‘Murah’ atau ‘Mahal’.

Mengapa? Karena kita tidak punya harga pembanding!

Proses yang dilakukan otak kita untuk menilai suatu barang murah atau mahal bukan dari jumlah uangnya atau kualitas rumahnya, tapi didapat dari membandingkan harga rumah tersebut dengan harga pembanding lainnya.

Rumah yang sama bisa terdengar murah jika informasi yang kita dapatkan seperti ini:

Ada 1 rumah di Porto Alegre, Brasil, sudah cukup lama mau dijual oleh pemiliknya, namun belum laku-laku. Selama ini, ditawarkan di harga Rp4 miliar, tapi kebetulan pemilik rumah tersebut sekarang sedang sakit, dan butuh uang cepat untuk proses pengobatan, jadi sekarang rumah itu ditawarkan dengan harga Rp2 miliar.

 

Dengan mendengar informasi tersebut rumahnya boleh sama, harganya sama, namun karena adanya harga pembanding sebelumnya Rp4 miliar dan sekarang Rp2 miliar, maka harga rumah tersebut akan dianggap Murah.

Hal yang sama juga berlaku di saham, kalau kita bilang ke orang awam secara acak yang tidak pernah mengenal saham, bahwa sekarang harga saham ASII di Rp7.000.

Lalu kita tanya apakah orang tersebut mau beli atau tidak, orang tersebut tentu akan bingung, meskipun orang tersebut tahu pasti bisnis Astra International, dan prospeknya ke depan.

Kenapa? Karena orang tersebut tidak memiliki harga pembanding, jadi dia tidak bisa memutuskan harga Rp7.000 itu murah atau mahal.

Market-Bearish-1

Memilih Saham ketika Market Bearish? Ini dia caranya!

 

Lalu, apa hubungannya dengan masa trading bearish? Dengan trading di masa bearish kita akan terus memiliki harga pembanding yang baru. Contoh, hari Senin harga sahamnya Rp7.300, Selasa Rp7.200, Rabu Rp7.100 dan Kamis Rp7.000 dengan terus membanding-bandingkan begitu harga pembanding kita pun terus turun.

Jadi, jika hari Jumat harganya naik ke Rp7.200 bisa saja kita langsung merasa harga saham ini sudah mahal, karena pembanding kita adalah harga hari Rabu dan Kamis.

Sementara di hari yang sama ada trader yang sedang liburan, dan setelah libur 2 bulan dia melihat harga yang saham ASII di Rp7.200.

Bedanya, bagi dia pembanding yang dia miliki adalah harga sebelum dia mulai liburan di Rp9.500 jadi bagi dia harga saham di Rp7.200 sudah sangatlah murah, dan layak untuk mulai dibeli.

Tentunya, Anda bisa menebak trader mana yang akan mendapat keuntungan lebih banyak jika harga saham ini kembali lagi ke level Rp9.500 dalam 4 bulan ke depan.

 

Sebagai trader, Anda pun dapat mencatat setiap transaksi yang Anda lakukan, sambil mengelola keuangan pribadi. Silahkan gunakan Aplikasi Finansialku untuk mencatat setiap pembelian maupun penjualan saham.

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Hengkang Dari Trading di Saat IHSG Turun

Alasan psikologis inilah yang membuat saya pribadi lebih senang memilih untuk ‘libur trading’ ketika market sedang bearish seperti sekarang, saya memilih untuk menjual saham-saham yang saya memiliki, dan memilih untuk menyimpan cash.

Saya bahkan memilih untuk menarik uang dari RDI, supaya saya tidak ‘gatal’ untuk cepat-cepat masuk ke market terutama ketika market sedang turun-turunnya.

Saya memanfaatkan momentum seperti ini untuk melakukan hal-hal yang selama ini tidak sempat saya lakukan.

Seperti membaca buku yang selama ini tidak sempat saya baca, melakukan riset-riset mendalam yang menghabiskan waktu dan biaya namun kami percaya akan bermanfaat di masa yang akan datang.

Kita juga bisa me-review ulang kinerja trading kita 1 tahun terakhir, untuk mencari hal-hal yang bisa kita improve di masa yang akan datang dalam trading kita.

Kalaupun itu semua sudah dilakukan, kita bisa liburan ke negara yang selama ini ingin dikunjungi namun selalu tidak sempat karena kesibukan sehari-hari.

Jadi, tips yang bisa kami berikan untuk ‘cari untung’ di masa bearish adalah dengan liburan. Dengan mengambil waktu off the market, kita bisa meng-upgrade diri kita sebagai trader, me-refresh diri kita secara psikologis.

Dan tentunya yang tidak kalah pentingnya dengan liburan kita justru punya kesempatan yang lebih baik untuk memanfaatkan trend bearish yang terjadi untuk memperoleh keuntungan yang signifikan di masa yang akan datang.

Selamat berinvestasi!

 

Apakah Anda sedang melakukan trading saham? Bagaimana pengalaman Anda trading ketika market bearish?

Ceritakanlah pengalaman Anda dengan menulis di kolom komentar di bawah. Terima Kasih!

 

Sumber Referensi:

 

Sumber Gambar:

  • IHSG Turun – https://goo.gl/Es8iT3
  • Stres IHSG Turun – https://goo.gl/ZWMmiD