Perlahan-lahan keberadaan perbankan di Indonesia terdistrupsi oleh keberadaan Fintech (financial technology) yang kian menjamur.

Ekonom sarankan perbankan ikuti sistem Fintech dalam bertransaksi digital.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Tingginya Penggunaan Internet Tuntut Perbankan Untuk Berinovasi

Dewasa ini, masyarakat sangat terbiasa dengan kemajuan teknologi, lebih lanjut banyak dari mereka yang sudah ketergantungan dengan teknologi (internet).

Internet telah mempengaruhi masyarakat melalui semua lini, tak terkecuali bagian keuangan. Apalagi di Indonesia sendiri, saat ini sedang marak bermunculan perusahaan-perusahaan Fintech (financial technology), yang secara tidak langsung mendistrupsi keberadaan perbankan.

Dalam menghadapi persaingan, ekonom menyarankan bahwa perbankan di Indonesia perlu meniru sistem Fintech untuk menggaet nasabah di tengah kemajuan teknologi saat ini.

Bhima Yudhistira selaku ekonom muda dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengatakan, tingginya pengguna internet via telepon genggam menuntut perbankan untuk berinovasi dengan sistem layanan transaksi yang lebih mudah.

Terlebih, kini hadir perusahaan Fintech yang perlahan mencuri pangsa pasar perbankan dengan tawaran kemudahan bertransaksi. Untuk itu, perbankan disarankan menerapkan sistem yang serupa dengan Fintech.

Dilansir oleh Cnnindonesia.com, Sabtu (7/4/18), Bhima mengungkapkan:

“Perkembangan keuangan digital itu ada Fintech, walau di sisi lain Fintech menggerus bisnis perbankan.”

 

Ekonom Di Indonesia, Bank Bisa Ikuti Sistem Fintech 02 - Finansialku

[Baca Juga: Definisi Fintech Adalah]

 

Dalam hal ini, Bhima memaparkan bank dapat berkolaborasi dengan Fintech melalui tiga cara. Pertama adalah membuat inkubasi bisnis sendiri. Cara ini tergolong murah, namun prosesnya lama dengan risiko tak semua produk rintisan (startup) dapat berhasil.

“Contohnya anak-anak muda membuat startup kalau berhasil nanti diakuisisi.”

 

Cara kedua, membeli Fintech yang sudah jadi dan sukses, tentu dengan harga yang cukup mahal. Hal ini banyak dilakukan oleh bank-bank besar yang ingin mendapat target anak muda atau target nasabah yang tidak dimiliki oleh bank tersebut.

Terakhir, dengan berkolaborasi penyaluran produk dengan Fintech-fintech dengan platform lending atau setipe dengan sistem bank.

“Cara yang paling bagus, yaitu kolaborasi dengan channelling. Jadi, ketika ada laporan kredit, bank akan menyalurkan ke sektor mikro di Fintech.”

 

Menurut Bhima, sistem Fintech memberi beberapa keuntungan bagi nasabah. Salah satunya, berpotensi menjadi saran transaksi kredit mikro dengan batasan Rp2 miliar dengan tenor pendek. Proses pemberian pinjaman juga bisa lebih cepat.

“Bank harus berubah, Fintech tidak bisa dijadikan musuh, walau menggerus konsumer banking. Cara yang paling sesuai dengan kemajuan zaman adalah berusaha berkolaborasi.”

 

Keberadaan-Fintech-Ancam-Bank-1-Finansialku

[Baca Juga: Bank vs Fintech P2P Lending: Pesaing atau Pelengkap Inklusi Keuangan?]

 

Berdasarkan data Internet World Start per Desember 2017, Indonesia termasuk dalam negara kelima yang aktif menggunakan internet, yaitu mencapai 132,7 juta orang.

Sementara 58% dari milenial atau anak-anak muda zaman sekarang menghabiskan lebih dari setengah hari untuk berinteraksi dengan internet.

“Perbankan di zaman sekarang dengan perubahan teknologi dan selera, anak-anak milenial ke bank paling hanya buka ATM atau ATM-nya hilang, sisanya semua sudah pakai mobile.”

 

Indonesia sebagai peringkat lima pengguna internet tertinggi di dunia masih memiliki beberapa kelemahan untuk menerapkan sistem Fintech di perbankan Indonesia.

Kelemahan yang pertama adalah internet di Indonesia belum merata. Menurut data Puskakom UI, penetrasi pengguna internet di pulau Jawa mencapai 65 persen, sementara di Sumatra 15,7 persen, Kalimantan 5,8 persen dan Sulawesi 6,3 persen.

Selain itu, infrastruktur digital di Indonesia masih kurang memadai. Menurut data ICT Development Index 2016, Indonesia masih berada pada tingkat 115, jauh di bawah peringkat Thailand 82 dan Malaysia 61.

“Belanja riset PDB Indonesia itu Cuma 0,3 persen terhadap PDB. Jadi masih kecil, sementara Cina udah 2 persen. Pantas kita akan dibalap oleh Cina dan India karena mereka selalu melakukan inovasi.

 

Pemerintah juga diminta memberi aneka insentif bagi perbankan Buku 1 dan Buku 2 untuk lebih mudah melakukan penggabungan usaha, baik merger maupun akuisisi. Hal itu perlu dilakukan agar bank tidak tergilas oleh perkembangan Fintech.

 

Silakan beri komentar dan pendapat Anda pada kolom di bawah ini, terima kasih.

 

Sumber Referensi:

  • Nindya Maharani. 7 April 2018. Perbankan Indonesia Disarankan Tiru ‘Gaya’ Fintech. Cnnindonesia.com – https://goo.gl/4Lu8EF

 

Sumber Gambar:

  • Bank dan Sistem Fintech – https://goo.gl/BTHvQd
  • Bhima Yudhistira INDEF – https://goo.gl/TVPoqF

 

Free Download Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis

Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis - Mock Up - Finansialku Jurnal