Bank Indonesia mengaku akan fokus menjaga kestabilitasan nilai tukar rupiah. Hal ini menyangkut kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed.

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

The Fed Naikkan Suku Bunga, BI Fokus Stabilkan Rupiah

Bank sentral Amerika, The Fed, menaikan suku bunga acuan pada Rabu (13/6/2018) lalu.

Keputusan ini menuai respon dari Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral Republik Indonesia. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan akan fokus dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

Dikutip dari CNNIndonesia.com pada Jumat (15/6/2018), Perry mengaku langkah tersebut akan dilakukan dengan menerapkan kebijakan antisipasi (preemptive) dengan memperhatikan perkembangan ekonomi global dan domestik.

Preemptive dapat berupa kebijakan suku bunga seperti yang sudah kami sampaikan, diikuti dengan relaksasi kebijakan makroprudensial dalam bentuk penyesuaian LTV.”

 

Menyangkut detail kebijakan yang akan diambil BI tersebut akan diumumkan usai pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang dilangsungkan pada 27-28 Juni mendatang.

 

Kenaikkan Suku Bunga The Federal Reverse

Gubernur The Federal Reverse (The Fed), Jerome Powell dalam konferensi pers memaparkan bahwa kenaikan suku bunga merupakan indikasi perekonomian AS yang semakin baik.

Salah satu faktor yang mengindikasikan perbaikan kondisi ekonomi AS adalah tingkat pengangguran yang tercatat hanya 3,8 persen, angka terendah sejak 2000, seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (14/6/18):

“Sebagian besar masyarakat yang sedang mencari kerja berhasil mendapatkannya sehingga tingkat pengangguran turun, selain itu inflasi juga rendah.”

 

Setelah sebelumnya menaikkan suku bunga pada Maret 2018, sentral AS The Fed kini kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen hingga 2 persen. Hal ini dilakukan pada Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), Rabu (13/6/2018) lalu.

BI Fokus Jaga Kestabilan Respon Kenaikan Suku Bunga The Fed 01 Finansialku

[Baca Juga: Walaupun Rupiah Melemah, Kamu Masih Bisa Liburan Ke Luar Negeri Kok]

Ekonom Navy Federal Robert Frick memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed bakal berdampak pada bunga kredit.

Menurutnya, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kartu kredit, dan bunga pinjaman lain akan terkerek akibat kebijakan tersebut.

Kendati demikian, suku bunga yang lebih tinggi akan membuat bank membayar lebih mahal untuk meminjam uang yang berujung pada biaya pinjam yang lebih mahal bagi nasabah.

“Dengan menginjak rem lebih cepat namun tidak terlalu keras, The Fed menunjukkan niat untuk membiarkan ekonomi dan ekspansi berjalan.”

 

Sepanjang tahun 2018 ini, inflasi AS telah menembus dua persen, level yang dianggap The Fed sehat. Per Mei lalu, inflasi AS tercatat mencapai 2,2 persen. The Fed memperkirakan tingkat inflasi AS bakal tetap berada di atas dua persen dalam dua tahun ke depan.

Menyikapi kebijakan dan perubahan suku bunga ini, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI akan selalu mencermati kebijakan tersebut agar dampak yang bisa ditimbulkan dari kebijakan tersebut bisa diminimalisir.

“Kami cermati semua perkembangan dan perkembangan itu tadi baru.”

 

Kendati demikian, Perry mengatakan saat ini BI melihat bahwa perekonomian Indonesia dalam kondisi baik. Cerminan tersebut bisa dilihat dari laju inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan yang masih terkendali.

 

Apa pendapat anda setelah membaca artikel mengenai kenaikan suku bunga The Fed dan langkah BI stabilkan Rupiah? Berikan tanggapan Anda di kolom komentar di bawah ini.

Sumber Referensi:

  • Safyra Primadhyta. 14 Juni 2018. The Fed Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan. Cnnindonesia.com – https://goo.gl/JSga3K
  • Safyra Primadhyta. 15 Juni 2018. Respons Kenaikan Bunga Fed, BI Fokus Jaga Stabilitas Rupiah. Cnnindonesia.com – https://goo.gl/ZV7EqF

 

Sumber Gambar:

  • The Fed – https://goo.gl/LUY3Uh
  • Bank Indonesia – https://goo.gl/ppEovm

 

Free Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg