BRT (Bus Rapid Transit) akhirnya sudah beroperasi untuk mendorong masyarakat beralih menggunakan kendaraan umum dan mengurangi kemacetan.

Lantas, bagaimana perkembangan proyek BRT saat ini? Simak selengkapnya dalam artikel Finansialku berikut ini.

 

Bus Rapid Transit Beroperasi di Bandung Raya

BRT (Bus Rapid Transit) sudah aktif beroperasi sejak 24 Desember 2022, menggunakan 8 bus listrik dengan kapasitas 25 penumpang per bus.

Proyek kerja sama antara Pemda Provinsi Jawa Barat dengan Kemenhub ini akan mereformasi sistem angkutan umum di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.

Kawasan Cekungan Bandung sendiri meliputi Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, dan Kab. Sumedang.

Rencananya, total jumlah rute trayek adalah sebanyak 17 rute yang akan dibangun secara bertahap.

Untuk menunjang sistem ini, akan dibangun 23 km jalur khusus yang disebut dengan Koridor Bus.

Koridor Bus adalah inisiatif untuk memberikan ruang jalan khusus dan prioritas rambu lalu lintas ke bus untuk mengurangi waktu perjalanan dan meningkatkan konsistensi layanan.

 

Kepala Divisi Transportasi Badan Pengelola Cekungan Bandung Zuchrufijati mengatakan, inisiatif ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.

Dengan begitu, kemacetan lalu lintas akan berkurang.

Sementara itu, anggota Divisi Transportasi Lukman Arditho mengatakan, jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung tahun 2020 sudah lebih dari 9 juta jiwa.

Angka ini akan terus bertambah seiring dengan perkembangan kota dan pertambahan penduduk.

Berdasarkan kajian dari Bappeda Provinsi Jawa Barat tahun 2016, kapasitas jaringan jalan di Metropolitan Bandung Raya saat ini sudah hampir mencapai titik jenuh.

Hal tersebut ditandai dengan nilai perbandingan volume dan kapasitas yang hampir mendekati 1. Hal inilah yang mengakibatkan kemacetan di beberapa ruas pada waktu tertentu.

“Jika hal ini dibiarkan, maka transportasi Kawasan Perkotaan Bandung Raya akan lumpuh dalam waktu singkat. Kondisi ini semakin parah dengan buruknya kualitas layanan angkutan umum,” ucapnya.

 

Strategi Peningkatan Pelayanan dari Kementerian Perhubungan

Saat ini terdapat 4 operator bus kota yang beroperasi di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, yaitu Damri, Trans Metro Bandung (TMB), Buratas, dan Trans Metro Pasundan (TMP).

Masing-masing operator menjalankan rute trayek yang berbeda. TMB rencananya akan memiliki 13 trayek, sedangkan yang baru beroperasi hanya 6 rute trayek yang melayani area Kota Bandung.

Damri menyediakan 5 trayek yang melayani pusat-pusat kegiatan di seluruh Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.

[Baca Juga: Resmi! Tol Layang MBZ Diakuisisi META dari Jasa Marga]

 

Sementara Buratas hanya memiliki 1 rute trayek yang melayani Leuwi Panjang – Majalaya.

Diketahui, operator-operator bus ini sepi penumpang dan tidak bisa mengembangkan layanannya.

Kemudian, Kementerian Perhubungan mencoba membantu meningkatkan layanan dengan menyediakan bus TMP dengan 5 trayek baru di tahun 2022.

Bus TMP ini berjalan secara teratur dengan frekuensi keberangkatan setiap 10-15 menit.

Kehadiran bus TMP ini memberi harapan bagi warga akan adanya layanan angkutan umum massal yang lebih bisa diandalkan.

Namun, jumlah trayeknya yang masih sedikit menyebabkan masih banyak area perkotaan yang belum terjangkau oleh angkutan transportasi umum massal.

 

Master Plan Pengembangan Transportasi di Bandung Raya

Angkutan massal mulai beroperasi secara aktif pada Sabtu kemarin (24/12/2022) di kawasan Bandung Raya.

Hal ini merupakan solusi master plan karena mayoritas penduduk di kawasan Cekungan Bandung yang menggunakan transportasi pribadi mencapai sekitar 84%.

“Dalam hitungan 20-30 tahun, kalau ini dibiarkan, pas keluar rumah semua sudah kena macet,” kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada peluncuran Angkutan Massal Bandung Raya Go Green di Kota Bandung, Sabtu (24/12/2022).

 

Kang Emil, sapaan Gubernur Jawa Barat, mengimbau akan mengonversikan angkutan umum (angkot) ke dalam bus BRT, dan sopirnya menjadi bagian konsorsium transportasi publik.

“Waktu jadi sopir angkot pendapatannya sekian, nanti jadi sopir bus pendapatannya juga sekian, hanya berubah yang tadinya sopir angkot nanti menjadi sopir bus,” katanya.

 

Kang Emil menilai, transportasi massal ini memiliki berbagai jenis yang menyesuaikan dengan kondisi dataran dan cekungan jalan seputar Bandung Raya.

Menurutnya, Cekungan Bandung atau kawasan Bandung Raya ini jalannya kecil, berkelok-kelok, dan berbukit-bukit.

Dengan demikian, ada perbedaan dengan kota besar lainnya dan memiliki banyak tantangan tertentu.

“Di daerah yang datar, kita pakai BRT (Bus Rapid Transit) yang hari ini kita launching bus listriknya. Kemudian antarregional ada LRT (Light Rail Transit) yang sudah disepakati rutenya, dan antarbukit, kita mimpi dulu yang namanya cable car itu akan dimulai dan kita hidupkan lagi,” pungkasnya.

[Baca Juga: Sah! UU PPSK Atur Pengawasan Aset Kripto oleh OJK]

 

Pemerintah Daerah di Bandung Harus Punya Program Push Strategy

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, Pemerintah Daerah Bandung harus memiliki program push strategy yang mendorong peralihan penggunaan moda transportasi.

Menurutnya, Pemda perlu menambah halte bus di sepanjang jalur BRT, serta membuat angkutan penyambung ke perumahan-perumahan untuk memudahkan masyarakat mendapat angkutan umum.

“Seharusnya Pemda di Jawa Barat bisa meniru Jawa Tengah Pemkot Semarang misalnya sampai memberi subsidi sebesar Rp213 miliar untuk Trans Semarang. Pemprov Jateng juga memberi subsidi untuk 6 koridor trans semarang sebesar Rp80 miliar,” kata Djoko, Minggu (25/12/2022).

 

Menurut Djoko, hal serupa sebenarnya bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang ada di Jawa Barat, termasuk Bandung.

Hal ini dengan menyisihkan APBD untuk mengalihkan masyarakat menggunakan moda transportasi dari pribadi menjadi umum.

Pemerintah di Bandung kata Djoko sudah banyak mendapat bantuan pembenahan angkutan umum. Seharusnya, beban Pemerintah Daerah bisa lebih ringan dalam menyisihkan anggaran untuk bidang angkutan.

 

Bantu Negara dengan Cerdas Berinvestasi

Demikian pembahasan seputar Bus Rapid Transit Bandung yang diharapkan dapat menjadi solusi mengurangi tingkat kemacetan akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi.

Jadi, Sobat Finansialku bisa menggunakan BRT dan angkutan umum yang ada sambil menunggu pembangunan moda transportasi lainnya di tahun-tahun mendatang.

Selain itu, kamu juga bisa membantu negara meraih modal dalam pembangunan infrastruktur dan kebutuhan lainnya melalui investasi, lho.

Sobat Finansialku bisa berinvestasi pada Surat Berharga Negara (Obligasi Negara) dalam jenis SBN Ritel dan Non-Ritel.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai investasi SBN dan perhitungannya, Finansialku punya Ebook Cerdas Berinvestasi Sambil Bantu Negara yang cocok untuk pemula.

Banner Ebook Ebook Cerdas Berinvestasi Sambil Bantu Negara - Hp
Banner Iklan Ebook Cerdas Berinvestasi Sambil Bantu Negara - PC

 

Kalau masih bingung, jangan sungkan untuk menghubungi Perencana Keuangan Finansialku yang siap membantu kamu mencari solusi terkait investasi maupun perencanaan keuangan.

Bagikan artikel ini ke orang terdekatmu dan ajak mereka untuk mencoba transportasi umum BRT yang ada di Bandung. Terima kasih.

 

Editor: Ratna Sri H.

Sumber Referensi:

  • Novianti Nurullah. 22 Desember 2022. Bus Rapid Transit jadi Solusi Transportasi di Cekungan Bandung. Pikiranrakyat.com – https://bit.ly/3jopEAR
  • Novianti Nurullah. 24 Desember 2022. Solusi Kemacetan di Bandung Raya dari Ridwan Kamil: Bus Rapid Transit, Light Rail Transit, dan Cable Car. Pikiranrakyat.com – https://bit.ly/3Gka7uM
  • Mildan Abdalloh. 25 Desember 2022. BRT Beroperasi, Pemda Bandung Raya Harus Punya Push Strategy. Ayobandung.com – https://bit.ly/3Ggmb0m
  • Rahmat Saepulloh. 24 Desember 2022. Bus Rapid Transit Mulai Beroperasi di Bandung Raya. Wartaekonomi.co.id – https://bit.ly/3YQIX5Y