Apa yang terlintas di benak Anda jika mendengar kata utang? Sebagian dari kita tentunya mengaitkan utang dengan hal negatif.

Namun, tahukah Anda, banyak penyandang status milyarder justru banyak yang berhasil mengembangkan usahanya dari utang? Apakah utang memiliki dampak positif? Simak pembahasan berikut.

 

Artikel ini dipersembahkan oleh:

 

Utang dan Konotasi Negatif

Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar dari kita akan mengaitkan Utang sebagai hal negatif. “Si nganu terlilit utang gak bisa bayar”.

Otak bawah alam sadar kita mengaitkan bahwa si nganu tadi karena gak punya uang kemudian harus berutang pada pihak lain sampai pada akhirnya tidak bisa membayar sama sekali.

Apa yang dipikirkan otak kita tersebut sebenarnya tidak salah. Namun, tahukah Anda bahwa orang yang menyandang status milyarder justru banyak yang justru berhasil mengembangkan usahanya dari utang?

Para milyarder tersebut bahkan dengan nominal yang jauh lebih besar dibandingkan dengan utang orang kalangan menengah bawah.

Jika dikelola secara tepat, Utang juga dapat membuat Kaya

 

Mengapa miliarder tersebut justru berutang? Dalam artikel kali ini, kita akan belajar bahwa utang tidak selalu memiliki efek negatif, namun juga memiliki efek positif apabila dikelola dengan baik.

Kita juga akan belajar bagaimana utang bisa membawa keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

 

Utang yang Baik dan yang Buruk

Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita perlu mengetahui bahwa tidak semua utang bersifat jelek, sehingga tidak semua utang tersebut memiliki konotasi negatif.

 

Utang yang Baik / Good Debt

Ada istilah yang disebut dengan good debtGood debt ini adalah utang yang diambil untuk membiayai tujuan produktif dan justru bisa menghasilkan uang lagi di masa yang akan datang.

Contoh dari Good debt ini adalah meminjam uang untuk menambah modal usaha, atau untuk membiayai proyek.

Hal yang tidak kalah penting, good debt ini diambil bukan tanpa dasar pertimbangan, melainkan sudah diperhitungkan terlebih dahulu reward-risk ratio-nya.

Ilustrasi Bagaimana Cara Pandang Orang Sukses terhadap Utang 01a - Finansialku

Melihat cara pandang orang sukses terhadap utang

 

Utang yang Buruk / Bad Debt

Berbanding terbalik dengan good debt, ada pula yang disebut dengan bad debtBad debt ini adalah utang yang diambil untuk membiayai tujuan konsumtif yang melebihi batas kemampuan yang dimiliki.

Dalam hal perusahaan, bad debt ini biasanya digunakan untuk menutupi utang sebelumnya yang jatuh tempo.

Utang yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan utang perusahaan yang lama-lama semakin besar, tanpa diikuti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk menutupi utang tersebut.

 

Bila Anda Ingin tahu lebih jauh mengenai cara mengelola utang yang tepat, baik dalam keuangan bisnis maupun keuangan pribadi, Finansialku.com bersama Jurnal.id mempersembahkan sebuah Ebook Gratis berjudul: Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis. Dapatkan secara gratis dengan klik tombol berikut:

Gratis Download Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi & Bisnis

Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis - Mock Up - Finansialku Jurnal

 

Dampak Positif Utang

Sekarang kita mengetahui bahwa ada utang yang digunakan untuk tujuan produktif (good debt) dan ada utang yang digunakan untuk tujuan konsumtif atau menutupi utang yang lama tanpa disertai dengan kemampuan untuk membayar utang tersebut (bad debt).

Pertanyaan selanjutnya, apa dampak yang akan muncul dari utang yang dimiliki oleh sebuah perusahaan? Utang ternyata juga memiliki dampak positif bagi perusahaan.

 

#1 Utang Memberikan Leverage

Utang tentunya memberikan Leverage (daya ungkit) yang lebih besar kepada perusahaan.

Katakanlah sebuah perusahaan memenangkan sebuah proyek, namun ekuitas yang saat ini dimiliki tidak mencukupi untuk mengerjakan proyek tersebut. Maka, perusahaan tersebut bisa menerbitkan utang (katakanlah sebesar Rp1 miliar) untuk mengerjakan proyek tersebut.

 

Apabila pengerjaan proyek tersebut berhasil, diproyeksikan ke depannya perusahaan akan mendapatkan pendapatan tambahan sebesar Rp300 juta setiap tahunnya.

Dengan demikian, utang sebesar Rp1 miliar justru akan memberikan keuntungan ekstra bagi perusahaan karena tambahan Rp300 juta tadi akan terus dinikmati oleh perusahaan di masa yang akan datang.

 

#2 Utang Dapat Mengurangi Beban Pajak

Selain bisa membantu perusahaan untuk memperoleh keuntungan lebih, ternyata Utang juga bisa membantu perusahaan untuk mengurangi beban pajak. Utang tersebut sangat berpengaruh dalam mengurangi pajak penghasilan.

Berdasarkan Undang-Undang Tahun 2016 tentang Tax Amnesty, utang yang berkaitan langsung dengan perolehan harta bisa mengurangi perhitungan dasar pajak yang harus dibayar.

Jadi jika sebuah perusahaan memiliki utang, penghasilan yang didapat tidak seluruhnya kena pajak melainkan dikurangi terlebih dahulu dengan utang yang dimiliki.

 

Dampak Negatif Utang

Meskipun bisa mengurangi pajak, perlu diingat bahwa utang akan menimbulkan beban bunga (interest) yang harus dibayar di luar utang pokoknya.

Terlebih apabila utang tersebut sifatnya jangka panjang, sehingga beban bunga yang harus dibayar pun akan semakin besar.

Sementara utang yang sifatnya jangka pendek (dipakai untuk proyek, atau modal usaha) tidak menimbulkan beban bunga yang terlalu besar dan diharapkan akan mampu menghasilkan kas lebih besar lagi untuk menutupi utang tersebut.

Apabila tidak dikelola dengan baik, utang akan semakin besar tanpa diikuti kemampuan perusahaan untuk membiayai utang tersebut. Mau tahu contohnya?

Coba saja buka Laporan Keuangan emiten-emiten berikut ini di website IDX : APOL, ARGO, BIMA, BNBR, BUMI, CANI, CPRO, GLOB, IKAI, JKSW, KARW, MYTX, OCAP, OKAS, POLY, SAFE, SQMI, TRAM, TRIO.

Anda akan menemukan perusahaan-perusahaan ini memiliki utang yang besar tanpa diikuti dengan kemampuan perusahaan untuk mencetak laba sehingga ekuitasnya menjadi negatif alias defisiensi modal.

Dalam jangka yang lebih panjang lagi, utang juga dapat menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan karena perusahaan bahkan tidak mampu lagi untuk membayar beban bunga yang timbul.

 

Disclaimer: Saham yang disebutkan bukan bertujuan untuk mendiskreditkan beberapa perusahaan terbuka, hanya sebagai materi edukasi.

 

Kuncinya: Pengelolaan Utang Dengan Baik

Setelah kita juga memahami bahwa Utang bisa membawa dampak positif dan negatif, kita belajar bahwa kuncinya adalah pengelolaan utang.

Apa yang dimaksud dengan pengelolaan utang yang baik? Agar lebih mudah dipahami, saya coba sajikan ilustrasi sederhana dari tiga perusahaan yang ada di bawah ini.

  Ekuitas (Rp) Utang (Rp) D/E Ratio EBIT (Rp) Bunga (Rp) EBT (Rp) Pajak (Rp) Laba Bersih (Rp) ROE
A 100 Juta 0 0,00x 15 Juta 0 15 Juta 3 Juta 12 Juta 12%
B 80 Juta 20 Juta 0,25x 15 Juta 2 Juta 13 Juta 2,6 Juta 10,4 Juta 13%
C 20 Juta 80 Juta 4,00x 15 Juta 8 Juta 7 Juta 1,4 Juta 5,6 Juta 28%

 

Perusahaan A, B, dan C sama-sama memiliki aset senilai Rp100 juta. Namun yang membedakan adalah struktur permodalan antara utang dan ekuitas dari masing-masing perusahaan.

  1. Perusahaan A sama sekali tidak memiliki utang (Rp0) dan seluruhnya berasal dari ekuitas (Rp100 juta).
  2. Perusahaan B, sebagian besar didanai oleh ekuitas (Rp80 juta) ditambah dengan utang (Rp20 juta).
  3. Perusahaan C, lebih banyak didanai dari utang (Rp80 juta) ditambah dengan ekuitas (Rp20 juta).

Kita bisa perhatikan dari table di atas, semakin besar D/E Ratio, maka semakin besar interest (beban bunga) yang harus dibayarkan, yang berdampak pada semakin kecil EBIT (Earning Before Interest And Tax).

Dalam contoh di atas, dengan EBIT yang sama (Rp15 juta), perusahaan C harus membayar beban bunga yang paling besar (Rp8 juta), sehingga EBT hanya tersisa Rp7 juta.

Di sisi lain, perusahaan A yang tidak memiliki utang sama sekali menikmati EBT yang paling besar yaitu Rp15 juta, karena tidak ada beban bunga yang harus dibayarkan. Then, lebih baik tidak berutang sama sekali? Kita lanjut terlebih dahulu ke bagian berikutnya.

Dari tabel di atas, kita juga bisa melihat bahwa ternyata perusahaan A yang tidak memiliki utang sama sekali justru harus membayar beban pajak (Tax) yang paling besar, yaitu Rp3 juta, sementara perusahaan C yang memiliki komposisi utang yang paling besar, justru menanggung beban pajak yang paling sedikit (Rp1,4 juta).

Yuk Daftar Uber Driver
Yuk Daftar Uber Driver

Meskipun menanggung beban pajak yang paling sedikit, Perusahaan C memiliki risiko yang paling besar pula karena jumlah liabilitas nya 4X lipat daripada ekuitas nya. Sehingga apabila terjadi force majeure, hampir bisa dipastikan bahwa perusahaan C tersebut tidak akan mampu membayar utang-utang nya tersebut.

Oleh karena itu, pilihan yang lebih aman adalah beinvestasi di perusahaan B. Meskipun perusahaan B harus menanggung beban bunga Rp2 juta dan beban pajak Rp2,5 juta, namun apabila terjadi force majeure dengan perusahaan, Perusahaan B dapat dengan mudah membayar total utangnya yang senilai Rp20 juta dengan ekuitas nya yang senilai Rp80 juta.

Kunci nya di sini adalah jumlah utang tidak lebih besar dibandingkan dengan jumlah ekuitas (D/E Ratio < 1.0).

 

Apakah Anda tertarik untuk berinvestasi saham? Silahkan download Gratis ebook: Panduan Berinvestasi Saham Untuk Pemula.

Gratis Download Ebook Panduan Berinvestasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

 

Utang Tidak Selalu Buruk

Utang tidak selalu memiliki konotasi negatif selama tujuannya adalah tujuan produktif (good debt). Apabila dikelola dengan baik, utang yang produktif juga bisa menjadi financial leverage (daya ungkit finansial) dan dapat membuat perusahaan menikmati laba yang lebih besar di masa yang akan datang.

Di sisi lain, perusahaan juga kerap kali menggunakan utang ini untuk memperkecil beban pajak yang harus dibayarkan. Selama Utang < Ekuitas (D/E Ratio < 1.0), maka dapat dikatakan bahwa utang masih memiliki rasio yang relatif rendah baik bagi perusahaan maupun bagi pemegang sahamnya.

Selamat Berinvestasi!

 

Sudahkah Anda berinvestasi saham? Bagaimana pendapat Anda bila sebuah perusahaan memiliki banyak utang / liabilitas? Silahkan comment atau share ke pembaca lainnya ya. Terima Kasih.

 

Sumber Referensi:

 

Sumber Gambar:

  • Debt – https://goo.gl/mgEP8Q
  • Debt 2 – https://goo.gl/civNUZ
  • Leverage – https://goo.gl/Sp26ir