Cerita Ramadan: Berbagi Rezeki di Balik Gerobak Buah menceritakan tentang seorang ibu paruh baya yang menjajakan buah dengan kemurahan hatinya. Kurangnya daya dengar tak membuat pelanggannya sepi, justru sebaliknya.

 

Berbagi Rezeki di Balik Gerobak Buah

Seorang ibu berkerudung biru tua terlihat lewat kaca gerobak yang penuh buah. Melihat sekelilingnya, ada beberapa orang mengantre untuk membeli buah dagangannya itu. Dengan suara sedikit kencang, orang-orang menanyakan harga dari buah-buah yang dijualnya, maklum daya pendengaran si penjual kurang baik.

Tiga ratus meter masuk dari simpang Cibiru Hilir, Bandung, adalah tempat ibu paruh baya bernama Ibu Aisyah ini memarkirkan gerobaknya. Telah lama ia menjajakan buahnya di sana, kira-kira lebih dari sepuluh tahun lamanya. Sebelumnya, ia adalah seorang petani.

 

 

Ada yang mengundang perhatian saya dari caranya berjualan. Selain dari kurangnya ia dalam mendengar, ia tak segan memberi lebih buah dagangannya bagi siapapun yang membeli dagangannya.

Katanya, keuntungan tak setiap hari dihitung, yang penting ia bisa memberi kepada orang lain dan kebutuhan pokoknya sehari-hari tercukupi.

Terlebih, buah dagangannya ini dipatok dengan harga yang relatif murah. Contohnya, untuk potongan pepaya yang biasanya dijual Rp5.000 per potong, ia menaksir harga setengahnya. Harga yang dipatoknya ini dianggap sangat murah, pun pembelinya kebanyakan mahasiswa.

Sore itu, saat jarum jam menunjukan angka 4, Ibu Aisyah sudah mendorong gerobak bersama suaminya keluar dari gang rumahnya yang cukup sempit.

Setelah sampai di lapak, suaminya lantas pergi kembali ke rumah atau ke bengkel karena harus berjaga. Kini, suaminya masih kerja serabutan, tapi ia dipercaya warga sekitar untuk menjadi ketua RT setempat.

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Memasuki bulan Ramadan, Bu Aisyah yang biasa dipanggil pelanggannya sebagai ‘ibu buah’ ini memilih berdagang sejak sore hingga jam 10 malam. Ia mengaku, terkadang lupa untuk makan karena sibuk dagang. Tapi, di balik lelahnya itu, ia masih semangat melayani pelanggannya.

“Ya gimana A’, kalau dibilang lelah ya lelah, tapi ibu senang jualan kaya gini. Malah sering kelewat buat makan, buka puasa juga di sini, seadanya.”

 

Menyangkut sejarahnya berjualan, ia lantas bercerita sambil memotong semangka kuning dan semangka merah di pangkuannya. Dulu, ia membuka lapak tepat di sebrang tempatnya kini berjualan, berjejeran dengan pedagang bakso.

Suatu hari, didirikan kios yang cukup besar di tempat itu. Lambat laun, ia tak lagi bisa berjalan di depannya. Pasalnya, jika untuk berjualan di sana, ia harus membayar uang sewa yang tidak ia sebutkan jumlahnya. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk berpindah tempat.

“Kalau tetap di sana, di samping harus bayar sewa, keuntungannya juga gak bisa kehitung. Tapi, ya Ibu anggap sebagai sedekah aja, da rejeki mah moal kamana (kalau rejeki tidak akan kemana-mana).”

 

Memberi Lebih Kepada Pelanggan

Sembari membenarkan celemeknya yang sudah terlihat kusam dan robek di beberapa sisi, Bu Aisyah mengambil beberapa buah pesanan pelanggannya. Ia menambahkan satu buah lagi, dan hal ini terus berulang kepada pelanggan selanjutnya.

Malam hari selepas tarawih, seorang pemuda berbusana muslim lengkap dengan peci hitamnya menanyakan harga buah jeruk yang dipajang. Pemuda itu bilang, ia hanya memiliki uang Rp1.500, tapi ia ingin jeruk yang dijual dengan harga Rp2000 per buahnya.

Dengan senyumnya, Ibu Aisyah menjawab:

Mangga jang candak dua jerukna, pilih nyalira sok, (Silakan ambil 2 buah jeruknya, pilih saja sendiri).”

 

Hal ini dirasakan juga oleh pelanggan lain, seorang mahasiswa UIN Bandung. Katanya, setiap ia membeli buah, pasti ada saja buah lebih yang diberikan oleh Ibu Aisyah.

“Iya, ibu buah itu baik banget, makanya saya sering beli kesana. Rezeki buat dia.”

 

Iklan Perencanaaan Hari Tua - 728x90

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

Pentingnya Semangat Usaha

Cerita Bu Aisyah lantas mengingatkan kita pentingnya semangat dalam menjalani usaha. Ibu dari enam anak yang semuanya telah memiliki pekerjaan ini berpesan untuk bersukacita dalam usaha. Anaknya, ada yang sudah berkeluarga, membuka usaha warung, bahkan kerja di luar kota.

“Kalau udah seneng sama kerjaan, ya gini. Mau untung atau rugi juga dinikmati aja, yang penting semangat aja.”

 

Walaupun mencintai pekerjaannya, di bulan Ramadan ini, ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Pasalnya, anak dan cucunya sedang bertandang ke rumahnya. Selepas Lebaran, katanya, anak-anaknya itu akan kembali ke kota kerjanya masing-masing, ada yang di Karawang, Bogor, maupun Sukabumi.

Itulah alasan mengapa Ibu Aisyah tak sabar untuk segera pulang ke rumah. Ia rindu bercengkrama dengan anak-anak dan cucu-cucunya, menikmati hangatnya bersilaturahmi bersama keluarga.

 

Apakah kisah Ibu Aisyah menginspirasi Anda? Mari bagikan kisah ini kepada sahabat Anda dan selamat menginspirasi!

 

Sumber Gambar:

Dokumentasi Pribadi

 

Free Download Ebook Panduan Investasi Reksa Dana untuk Pemula

Download Panduan Berinvestasi Reksa Dana untuk Pemula -Finansialku.com