Investor saham kenamaan Warren Buffett bikin panik Fund Manager Global karena menjual 60% portofolionya. Ada apakah ini?

Kali ini Finansialku akan membahas berita lengkapnya. Agar lebih jelas, mari simak ulasannya di bawah ini. Selamat membaca!

 

Rubrik Finansialku

Rubrik Finansialku and News

 

Fund Manager Global Terpicu Warren Buffett

Fund Manager adalah seorang profesional yang bertanggungjawab mengimplementasikan strategi investasi dan mengelola dana investasi dalam suatu portofolio.

Sejatinya, fund manager menjadi bagian dari manajer investasi, yaitu pihak yang mengelola portofolio investasi milik nasabah, baik nasabah individu maupun kolektif.

Role model investor pasar modal global yaitu Warren Buffett menjual 60% portofolio pasar modalnya hingga menjadi dana kas.

Salah satu investor pasar modal terkaya di dunia ini mencairkan investasinya melalui induk perusahaannya, Berkshire Hathaway Inc, yang tercatat di New York Stock Exchange.

Penjualan tersebut diperkirakan karena ancaman resesi yang sudah di depan mata, baik ancaman resesi ekonomi di Negeri Paman Sam maupun secara luas ekonomi global.

Yang dilakukan oleh Buffett ini tentu berdampak serius, investor saham modal pun ramai-ramai menjual kepemilikan saham mereka di Berkshire Hathaway.

Salah satu investor tersebut adalah Kepala Investasi di Wedgewood Partners, David Rolfe, yang sudah menjadi pemegang saham di Berkshire Hathaway selama beberapa dekade.

Rolfe menceritakan alasannya mengapa menjual saham Berkshire, diantaranya karena rasa kesal pada Buffett yang telah melakukan penimbunan uang besar-besaran.

Sepak Terjang Mata Uang Digital di Mata Warren Buffett 02 Finansialku

[Baca Juga: Perbandingan Iklim Investasi Indonesia Vs Vietnam, INA Kurang Ramah]

 

Rolfe juga menyebut alasan lain di balik penjualan saham Berkshire itu lantaran kondisi pasar modal saat ini tidak terlalu baik.

Ditambah lagi, langkanya keputusan investasi yang sukses dari si investor berjuluk Oracle of Omaha (peramal dari Omaha) itu, padahal pasar sekarang ini sedang bergairah (bull market).

Mengacu data NYSE pada Selasa malam (15/10/2019), pukul 22.07 WIB, saham BRK.B diperdagangkan naik 0,80% di level US$209,58/saham. Saham perusahaan tertinggi sempat terjadi pada US$209,90/saham.

Untuk Seri A, saham BRK juga tercatat dengan kode BRK.A dengan kenaikan 1,02% menjadi US$314.825/saham atau sekitar Rp4,4 miliar/saham, termahal di dunia.

Pada 23 Oktober 2006, untuk pertama kalinya, saham Seri A Berkshire Hathaway memang dijual di atas US$100.000 per saham dan membuatnya menjadi saham dengan harga termahal di NYSE.

“Menghisap jempol belaka tidak memotong monster [yang membuat kinerja] Heinz [Kraft Heinz, kurang baik] selama bull market ini,” (International, Selasa (15/10))

 

Kraft Heinz merupakan investasi yang tidak berhasil untuk Berkshire sejak 2018. Saham tersebut telah kehilangan sekitar dua pertiga dari nilainya pada waktu itu.

“[Masa] The Great Bull ini bisa menjadi salah satu neraka dari kesudahan karier yang mencengangkan untuk Tuan Buffett dan [Wakil Buffett, Charlie] Munger.”

 

Investasi Berkshire di IBM juga dinilai merugikan. Buffett mengumumkan kepemilikan senilai US$10,7 miliar saham IBM pada kuartal ke empat 2011. Tetapi pada awal 2018, ia telah menjual seluruh saham.

Pada saat itu, saham IBM anjlok lebih dari 20%. Saham Berkshire Hathaway juga mencatatkan kinerja yang lebih rendah di Indeks S&P 500 selama masa bullish yang dimulai sejak Maret 2009.

Saham Seri A Berkshire (BRK.A) melesat 323% sementara indeks S&P secara luas telah melonjak 334%.

Menurut laporan di situs web Wedgewood Partners, kinerja Rolfe di seluruh portofolio saat pasar bullish juga bukan yang terbaik.

Pengembalian dana tahunan atau return, setelah dikurangi biaya, hanya 13,6% selama 10 tahun terakhir hingga kuartal kedua. Pada masa itu, S&P 500 telah membukukan return tahunan sebesar 14,7%.

Rolfe juga mengatakan bahwa Berkshire telah melewatkan dua peluang besar pada awal pasar musim pasar bullish dengan tidak berinvestasi besar pada perusahaan kartu kredit Mastercard dan VISA.

Selama pasar bullish, saham Mastercard telah melonjak lebih dari 1.800% sementara VISA naik lebih dari 1.300%.

Tumpukan uang tunai Berkshire telah membengkak hingga lebih dari US$120 miliar pada akhir kuartal kedua 2019, level rekor bagi perusahaan.

Rolfe berpikir begitu banyak uang berarti hambatan pertumbuhan yang cukup besar bagi perusahaan.

 

Tanggapan Indonesia Terkait Fund Manager Warren Buffett

Manager investasi Indonesia pun merespon kewaspadaan dari Fund Manager Global setelah Warren Buffett mencairkan 60% dari portofolio investasi dalam bentuk tunai.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan, sebetulnya isu mengenai resesi di AS sudah dibahas sejak tahun lalu, dan hingga kini belum ada tanda-tanda resesi akan terjadi. Artinya, ekonomi AS masih kuat. 

“Filosofi investasi dari Warren Buffet itu lebih kepada valuasi bukan resesi. Kalau dilihat saham-saham di AS mengalami kenaikan signifikan selama beberapa tahun terakhir, hal ini membuat valuasinya menjadi mahal sehingga kemungkinan menjadi penyebab porsi cash lebih besar, bukan karena reses.”

 

Rudiyanto juga mengatakan strategi yang diterapkan MI dalam mengantisipasi hal tersebut adalah kembali memperhatikan fundamental perusahaan. 

“Kami lebih memperhatikan kinerja laporan keuangan dari emiten yang menjadi aset dasar dan fokus pada perusahaan yang laporan keuangannya menunjukkan peningkatan kinerja atau secara valuasi murah.”

 

Bagaimana pendapat Anda terkait fund manager global yang terjadi? Berikan tanggapan Anda di kolom dibawah ini.

Ayo bagikan artikel ini kepada sahabat dan kerabat Anda. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

 

Sumber Referensi:

  • Syahrizal Sidik. 16 Oktober 2019. Fund Manager Global Panik Dipicu Buffett, di Indonesia Selow!. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/2MgjC2a

 

Sumber Gambar:

  • Fund Manager Global – http://bit.ly/2MjIpm3

 

Gratis Download Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

Ebook Panduan Investasi Saham untuk Pemula Finansialku.jpg

Â