Dua raksasa transportasi online semakin memperluas ekspansinya, Grab berambisi untuk menguasai Asia Tenggara. Gojek pun tak ingin ketinggalan terus mengintai sang kompetitor.

 

Rubrik Finansialku Rubrik Finansialku and News

 

Ambisi Grab Kuasai Asia Tenggara

Perusahaan transportasi online raksasa Grab tengah bergembira, pasalnya perusahaan ini telah meluncurkan fitur-fitur baru dalam aplikasinya.

Di depan kurang lebih 80 orang awak pers se-Asia Tenggara, CEO Grab Anthony Tan mengemukakan kegembiraannya di markas Grab yang bertempat di gedung Marina One, Singapura.

Dengan penuh percaya diri, Anthony meramalkan perusahaan transportasi yang dirintisnya bisa menjadi raja transportasi di Asia.

Anthony memaparkan capaian-capaian besar perusahaannya sejak didirikan pada Juni 2012. Dalam slide show yang ia tampilkan, tercatat bahwa pada Juli 2018, enam tahun setelah perusahaan berdiri, Grab telah melayani dua miliar pemesanan.

Seperti dilansir oleh Tirto.id, Kamis (19/7/18), Anthony mengungkapkan:

“Selama enam tahun terakhir kami telah bekerja keras untuk meningkatkan teknologi dan memperluas jangkauan. Aset-aset kami telah teruji melalui berbagai layanan.”

 

Ia pun menambahkan, saat ini setidaknya tercatat lebih dari 100 juta pengguna men-download aplikasi Grab dan ada kurang lebih 7,1 juta jaringan mitra pengemudi, pengiriman, pedagang, dan agen. Sebuah pencapaian yang tidak pernah terbayang sebelumnya oleh Anthony.

Grab dan Gojek Berlomba Kuasai Asia Tenggara 02 Finansialku

CEO Grab, Anthony Tan

 

Pada 2011, Anthony, yang baru saja menggondol gelar Master of Business Administration dari sekolah bisnis paling bergengsi di muka bumi, Harvard Business School, disentil teman sekelasnya asal Indonesia.

 “Kakek buyutmu itu supir taksi. Kakekmu memulai industri otomotif Jepang di Malaysia, tapi pacarmu merasa tidak aman saat mencari taksi. Kenapa kau tidak mencoba melakukan sesuatu?”

 

Begitulah sentilan teman Indonesianya seperti dikenang Anthony dalam wawancara dengan Financial Times.

Gara-gara sentilan itu, Anthony mulai berpikir serius soal mengembangkan sistem pemesanan taksi semacam Uber di Kuala Lumpur, kampung halamannya.

Secara kebetulan, pada tahun berikutnya, ia mengikuti kompetisi bisnis yang diselenggarakan kampusnya. Ia mengajukan proposal dan berhasil memenangkan kompetisi tersebut, serta mendapatkankan grant sebesar US$25.000 (sekitar Rp361 juta) dari Harvard.

Dengan uang itu, pada Juni 2012, bersama kawan sekelasnya Tan Hooi Ling, Anthony memulai bisnis dengan menciptakan aplikasi MyTeksi di Kuala Lumpur.

Dan, enam tahun setelah MyTeksi diluncurkan, di hadapan para wartawan yang berkumpul di Marina One pekan lalu, dengan penuh percaya diri Anthony Tan berkata:

“Kami sekarang berada pada posisi yang lebih unggul dari siapapun di wilayah ini [Asia Tenggara] untuk membantu perusahaan-perusahaan rintisan dan bisnis lain untuk dapat tumbuh dan berkembang seperti kami.”

 

Grab dan Gojek Terus Berkompetensi dalam Inovasi

Satu bulan sebelum Anthony berdiri di hadapan para wartawan itu, perusahaan otomotif raksasa negeri matahari, Toyota, menyuntikkan dana segar untuk perusahaannya.

Pada 13 Juni 2018, Grab memperoleh dana sebesar US$1 miliar (setara dengan Rp14,4 triliun) dari Toyota Motor Corporation (TMC).

Grab mengatakan, investasi itu akan digunakan untuk “mencapai visi menjadi platform mobilitas terpadu satu unit (one-stop mobility platform)” yang bertujuan “menciptakan jaringan transportasi yang lebih efisien.”

Niat itu terwujud pekan lalu. Grab meluncurkan platform terbarunya yang dinamakan GrabPlatform.

 

Daftar Aplikasi Finansialku

Download Aplikasi Finansialku di Google Play Store

 

Seperti diterangkan dalam siaran pers dari Humas Grab, platform ini adalah serangkaian API (application programming interface) yang memberikan akses terhadap komponen-komponen teknologi Grab, termasuk transportasi, logistik, pembayaran, otentikasi pengguna, pengiriman pesan, dan pemetaan.

GrabPlatform diklaim sebagai “everyday superapp”. Dalam aplikasi yang diperbaharui ini, para pelanggan tak hanya bisa memesan ojek, taksi, dan makanan, tapi juga melihat informasi yang relevan dengan kebutuhan mereka.

Home screen terbaru Grab, misalnya, menampilkan akses pembayaran dalam satu ketukan dan navigasi ke seluruh layanan.

Sementara pada versi Indonesia, fitur GrabPay dihapus dan diganti dengan layanan digital financing dari OVO, yang dimiliki Grup Lippo. Grab dan Gojek Berlomba Kuasai Asia Tenggara 03 Finansialku

[Baca Juga: Karyawan yang Bangga dengan Perusahaannya (Gojek)]

 

Update terbaru yang paling mencolok adalah tampilan news feed. Para pengguna bisa mendapat ulasan tentang kota di mana mereka berada dan informasi yang mereka butuhkan seperti skor pertandingan sepakbola atau berita-berita terkini. Untuk penyediaan berita, Grab menggandeng Yahoo! sebagai mitra.

Pada Piala Dunia kemarin, saya mencoba fitur ini untuk memeriksa skor pertandingan secara langsung.

Hasilnya memang tidak mengecewakan, tapi masih kalah cepat dibanding aplikasi Google Now atau aplikasi berita sepakbola semacam FIFA dan Goal.com.

Jerald Singh, Kepala Bagian Produk Grab, orang yang bertanggung jawab atas inovasi teknologi, mengatakan kepada para wartawan bahwa penyediaan fitur news feed adalah demi menciptakan aplikasi Grab yang bersifat personal bagi para penggunanya.

“Bahkan di masa depan, aplikasi Grab akan lebih bersifat personal.”

 

Dengan modal besar yang baru mereka dapat dan inovasi-inovasi yang mereka suguhkan, apa yang sebenarnya diinginkan Grab?

Anthony Tan mengaku, dalam sebuah sesi tanya-jawab dengan wartawan, bahwa ia senang sekali dengan kompetisi.

I love competition,

“Dengan kompetitor kami yang juga terus berinovasi, kami terpacu untuk terus mengembangkan diri.”

 

Tak lain dan tak bukan, kompetitor yang ia maksud tentu saja Go-Jek, perusahaan transportasi online asal Indonesia yang digawangi oleh Nadiem Makarim.

 

Gojek Miliki Ambisi Yang Sama Untuk Kuasai Asia Tenggara

Go-Jek memang sudah berancang-ancang untuk melakukan ekspansi ke luar Indonesia sejak awal 2018. Perusahaan yang didirikan Nadiem Makarim ini telah mengantongi investasi sebesar US$1,5 miliar (sekitar Rp217 triliun).

Awal tahun ini, Google dan beberapa korporasi lain seperti Astra, Tencent, JD.COM, dan Meituan telah menginvestasikan duitnya untuk Go-Jek.

Dengan duit sebesar itu, wajar bahwa Go-Jek juga berambisi meluaskan wilayah usaha ke level Asia Tenggara

Pada 24 Mei 2018, Go-Jek secara resmi mengumumkan ekspansi ke empat negara Asia Tenggara, yaitu Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina.

Untuk melakukan ekspansi tersebut, nilai investasi yang digelontorkan adalah sebesar US$500 juta (sekitar Rp7,2 triliun).

 

Seperti dilansir oleh Tirto.id, Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim menyatakan latar belakangnya memperluas bisnis ke empat negara tetangga tersebut:

“Saat ini masyarakat di Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup pilihan atas layanan transportasi ride-hailing.”

 

Lebih lanjut, Nadiem berharap kehadiran Go-Jek di empat negara tersebut bisa menjadi aplikasi gaya hidup utama serta mendorong terciptanya persaingan usaha yang sehat.

“Tujuan kami adalah berkolaborasi dengan negara-negara tersebut dan pemerintahnya.”

 

Dengan Google di kantongnya, Go-Jek bisa dengan mudah mengembangkan aplikasi berbasis kekuatan yang dimiliki perusahaan asal Amerika itu: algoritma.

Google tentu saja sanggup menyediakan data tentang kecenderungan dan kebiasaan para pengguna ponsel pintar di Asia Tenggara.

Ambisi ekspansionis yang terang-terangan itu tentu saja menjadi perhatian tersendiri bagi Grab.

Sebenarnya, fitur-fitur terbaru yang diluncurkan Grab dalam “everyday superapp”-nya, seperti news feed dan Grab Daily merupakan fitur unggulan Google dalam aplikasi Google Now.

Di aplikasi Google Now, kita bisa mendapat fitur semacam itu, bahkan lebih akurat dan lengkap.

Dalam hal ini, Grab, yang juga didukung raksasa di belakangnya, melakukan langkah kuda-kuda sebelum sang kompetitor meluncurkan produk-produk serupa.

 

Free Download Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis

Ebook Pentingnya Mengelola Keuangan Pribadi dan Bisnis - Mock Up - Finansialku Jurnal

 

Siapa yang Bisa Jadi Raja Asia Tenggara?

Di seluruh Asia Tenggara, aplikasi Grab sudah diunduh lebih dari 100 juta pengguna. Data yang disampaikan Anthony pekan lalu juga menegaskan betapa pesat Grab melaju sebagai layanan transportasi online.

Menurut klaim Anthony, pada Juli 2018, enam tahun setelah Grab berdiri, kemajuan perusahaannya sangat pesat.

Grab berhasil menembus 2 miliar perjalanan pada 7 Juli 2018. Untuk mencapai 1 miliar perjalanan, dibutuhkan waktu 5 tahun dan 4 bulan (Juni 2012-November 2017).

Sedangkan hanya dalam kurun waktu kurang dari 9 bulan (November 2017-Juli 2018) Grab berhasil mencapai 1 miliar berikutnya.

Grab diprediksi menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang akan mencapai target pendapatan sebesar 1 miliar dolar AS pada akhir 2018. Seperti dilaporkan Reuters, setelah investasi Toyota, valuasi Grab diperkirakan lebih dari US$10 miliar (sekitar Rp144,6 triliun).

Bisnis-bisnis baru juga berkembang pesat. GrabFood, misalnya, yang bertambah dari 2 menjadi 6 negara pada kuartal kedua tahun 2018, telah tumbuh sebesar 9 kali dalam 12 bulan terakhir.

Dalam jangka waktu lima bulan (Januari-Mei 2018), total volume pembayaran Grab Financial mencapai lebih dari dua kali lipat dan menjadi platform pembayaran terkemuka di Asia Tenggara.

Go-Jek, sementara itu, terus menguntit di belakang Grab. Menurut laman Tech Crunch, valuasi Go-Jek pada 2018 diperkirakan melampaui US$4,5 miliar (sekitar Rp65 triliun).

Meski bernilai setengahnya, Go-Jek adalah kompetitor tangguh.

Grab dan Gojek Berlomba Kuasai Asia Tenggara 04 Finansialku

Go-Jek versi Vietnam, Go-Viet akan memasuki tahap pengujian beta pada bulan Juli 2018. Sedangkan peluncuran Go-Jek versi Thailand, GET masih menunggu hasil konsultasi dengan para pemangku kepentingan di Thailand.

 

Melihat track record dalam satu setengah tahun terakhir, Go-Jek mampu memikat enam investor raksasa.

Selain investor yang sudah disebut sebelumnya, pada April lalu, raksasa asuransi Allianz menginvestasikan US$35 juta (sekitar Rp506 miliar) untuk Go-Jek.

CEO Allianz X Nazim Cetim mengungkapkan optimismenya:

“Go-Jek telah menunjukkan rekam jejak yang penuh keberhasilan dalam sektor transportasi, logistik, dan pembayaran dan kami berharap untuk terus menyokong pertumbuhan mereka.”

 

 

Daya tarik macam itulah yang patut diwaspadai Grab.

Maka, di tengah kompetisi ketat untuk menjadi penguasa transportasi online Asia Tenggara itu, Anthony Tan pun mengungkapkan ambisinya sekali lagi di hadapan para jurnalis:

“Asia Tenggara tengah bersiap menjadi wilayah dengan ekonomi terbesar keempat pada 2050. Seiring dengan semakin banyak kelas menengah, infrastruktur teknologi terus berkembang dan perusahaan harus cepat beradaptasi.”

 

Keahlian khusus yang dimiliki oleh para mitra Grab akan menjadi potensi perkembangan Grab secara efisien dalam melayani pelanggan.

“Penggabungan aset-aset Grab dengan keahlian khusus para mitra akan memungkinkan Grab untuk berkembang dengan sangat efisien dan melayani semakin banyak pelanggan di Asia Tenggara secara cepat setiap harinya.”

 

Terima kasih telah membaca artikel ini sampai selesai, semoga bermanfaat. Jangan sungkan untuk berdiskusi, silakan tulis di kolom komentar!

 

Sumber Referensi:

  • Ivan Aulia Ahsan. 19 Juli 2018. Grab Berambisi Kuasai Asia Tenggara dan Go-Jek Mengintainya. Tirto.id – https://goo.gl/DcVPvR

 

Sumber Gambar:

  • Gojek vs Grab 1 – https://goo.gl/SPt77q
  • Gojek vs Grab 2 – https://goo.gl/sfoMA2
  • Gojek vs Grab 3 – https://goo.gl/dBMyc5
  • Gojek vs Grab 4 – https://goo.gl/srBnCt
  • Gojek vs Grab 5 – https://goo.gl/xx3CRs
  • Gojek vs Grab 6 – https://goo.gl/GbBD8G