Kuliah sambil kerja, biar keuangannya nggak ambyar, penghasilannya lebih baik ditabung atau diinvestasikan, ya?

Yuk, simak terus penjelasannya dan jangan lupa untuk dipraktikkan.

 

Summary

  • Mengetahui perbedaan menabung dan investasi sebagai dasar untuk mengetahui tujuan keuangan yang cocok diwujudkan melalui tabungan atau investasi.
  • Tabungan sangat cocok digunkan untuk tujuan keuangan seperti dana darurat dan sinking fund. Sedangkan investasi lebih cocok digunakan untuk tujuan jangka menengah hingga panjang.

 

Hai Mahasiswa! Gimana rasanya bekerja/usaha sambil kuliah?

Ternyata mencari uang sendiri itu bukan hal yang mudah, ya. Baru sadar ternyata perjuangan orang tua dalam bekerja atau berbisnis untuk membesarkan kita selama ini bukanlah hal yang mudah.

Meskipun kamu masih mahasiswa, bukan berarti kamu harus tunggu lulus kuliah dulu baru mulai merencanakan dan mengelola keuanganmu.

Segala sesuatu yang tidak dikelola dengan baik, maka nilainya akan mengalami penurunan. Begitupun dengan nilai uang kita. Jika tidak dikelola dengan baik, maka akan tergerus oleh inflasi atau keinginan-keinginan belanja kita.

Tapi mengelola keuangan merupakan sebuah seperangkat keterampilan, bukan asal ikut-ikutan teman seperti yang kita mungkin lakukan di bangku sekolah dulu. Semakin kita sering melatihnya, maka kita akan semakin terampil dalam menghasilkan dan mengelola uang,

 

Bedanya Menabung dan Berinvestasi

Menabung dan berinvestasi sederhananya sama-sama sebuah tindakan menyisihkan sumber dana yang kita miliki untuk tidak dihabiskan saat ini, namun disisihkan untuk tujuan di masa depan.

Oleh karena itu, saya sendiri menamai kegiatan menabung dan berinvestasi sebagai “pengeluaran untuk masa depan”.

Menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia (KBBI), menabung berarti menyimpan uang (di celengan, pos, bank, dan sebagainya). Sedangkan investasi berarti melakukan investasi, bertanam modal. Investasi berarti penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.

Jadi tujuan menabung adalah menyimpan, sedangkan berinvestasi adalah menanamkan uang pada suatu instrumen investasi (aset keuangan, aset bisnis, aset riil) untuk tujuan memperoleh keuntungan atau menghasilkan uang lagi untuk kamu.

Ilustrasinya sebagai berikut, saat hari raya saya sering menerima keranjang/parsel buah-buahan dari sanak saudara dan relasi. Misalnya, saya menerima sekeranjang buah jeruk. Jika jeruk tersebut saya habiskan, maka saya KONSUMSI.

Jika jeruk saya simpan di kulkas untuk bisa dinikmati beberapa hari atau minggu depan untuk persediaan, maka saya MENABUNG.

Jika jeruk tersebut saya buat menjadi jus jeruk dan jual kembali sehingga mendapat keuntungan lebih besar atau biji jeruk saya tanam menjadi kebun jeruk sehingga menghasilkan uang secara rutin, maka saya BERINVESTASI.

[Baca Juga: Guys, Mau Sukses Keuangan? Pelajari Dulu Manajemen Keuangan Mahasiswa]

 

Apa Saja yang Sebaiknya DITABUNG?

Setelah kamu mengerti perbedaan menabung dan berinvestasi, maka langkah berikutnya adalah mulai menentukan prioritas pengeluaran masa depan mana saja yang kamu perlu mulai segera menabung dan berinvestasi.

Jika kamu punya 2 kebutuhan berikut ini, maka kamu perlu mulai MENABUNG:

 

Dana Darurat Masih Kurang

Dana darurat adalah dana yang kita bisa gunakan sewaktu-waktu jika kita mengalami kondisi darurat, tidak terduga, tidak pasti dan mendesak.

Contoh dana darurat, tiba-tiba kamu atau anggota keluarga jatuh sakit, mengalami musibah, kehilangan pekerjaan, kerusakan pada gadget, kendaraan, atau peralatan yang penting di rumah.

Seringkali peranan dana darurat ini diremehkan dan dianggap tidak sepenting investasi. Namun, jika berinvestasi tidak disertai dengan cukup dana darurat, biasanya ketika pasar sedang mengalami penurunan yang dalam, maka psikologi trading atau investasi kita akan mudah terpengaruh.

Adapun jumlah dana darurat yang kamu perlu kumpulkan yaitu minimal 6x pengeluaran bulanan untuk kamu yang masih single atau belum ada tanggungan, minimal 9x pengeluaran bulanan untuk kamu yang menikah, dan minimal 12x pengeluaran bulanan untuk kamu yang sudah menikah dan memiliki anak/tanggungan.

Misal: Budi, mahasiswa yang sudah bekerja magang di cafe, single dan belum ada tanggungan, memiliki pengeluaran bulanan Rp 2 juta per bulan. Kebutuhan dana darurat Budi adalah 6 x Rp 2 juta = Rp 12 juta.

 

Sinking Fund

Jika kamu ada kewajiban atau pengeluaran besar yang perlu kamu siapkan dalam kurun waktu 12 bulan ke depan, maka kamu sebaiknya mulai mengalokasikan dana dari sekarang.

Contoh sinking fund: dana untuk bayar uang kuliah semester atau tahun depan, dana bayar kost kontrakan rumah per kuartal atau semester, dana mudik ke kampung halaman di saat hari raya, dll.

Alokasi dana untuk sinking fund sebaiknya terpisah dari dana darurat. Dana darurat sifatnya untuk pengeluaran yang tidak pasti, namun sinking fund untuk pengeluaran yang sifatnya sudah pasti.

 

Apa Saja yang Sebaiknya DIINVESTASIKAN?

Berbeda dengan sinking fund, investasi bertujuan untuk mencapai tujuan keuangan kita. Tujuan keuangan itu berarti apa yang menjadi cita-cita kita dan membutuhkan sejumlah uang untuk mencapainya.

Misal: saya bercita-cita ingin tinggal mandiri di rumah milik sendiri, maka tujuan keuangan saya adalah Membeli Rumah. 

Tujuan keuangan sebaiknya dibuat secara SMART (spesific, measurable, achievable, realistic, time-based). Bagaimana cara membuat tujuan keuangan yang SMART? Cek dulu artikel berikut ini!

Cara Membuat Tujuan Keuangan yang SMART

 

Bagaimana Strategi untuk Menabung dan Berinvestasi?

Setelah kamu mengetahui apa yang harus ditabung dan diinvestasikan, strategi berikutnya yang bisa kamu lakukan adalah sebagai berikut:

 

Tentukan Tujuan Dalam Menabung dan Berinvestasi

Seperti yang telah dijelaskan di atas, mulailah untuk menentukan mana dulu tujuan yang kamu mau kejar. Mulai aja dulu dari 1 tujuan atau maksimal 3 tujuan jika ingin lakukan pada waktu bersamaan.

 

Misalnya, dalam kasus Budi, tujuan keuangannya adalah:

  1. Mau mengumpulkan cukup dana darurat (Rp 12 juta) dalam waktu 12 bulan ke depan
  2. Mau siapkan dana sinking fund untuk bayar kuliah semester depan (Rp 9 juta) dalam waktu 6 bulan lagi
  3. Mau membeli rumah secara KPR dan mempersiapkan DP rumah sendiri estimasi senilai Rp 150 juta (30% dari harga rumah) pada waktu 5 tahun lagi.

 

Simulasi dengan Aplikasi Finansialku

Buatlah simulasi untuk tujuan keuangan kamu dengan fitur “Rencana Keuangan” di Aplikasi Finansialku. Untuk mempermudah penjelasan, saya akan simulasikan contoh kasus Budi di atas.

 

Menentukan dana darurat

  1. Untuk menentukan tujuan dana darurat, saya gunakan fitur Rencana Keuangan lalu pilih menu Dana Membeli Barang. Dana Membeli Barang
  2. Isi kolom dengan data yang ada, lalu klik Hitung.dana darurat input
  3. Setelah itu, akan muncul Kesimpulan seperti berikut ini.kesimpulan dana darurat

 

Menentukan sinking fund

  1. Untuk menentukan sinking fund dana membayar biaya kuliah, saya masih gunakan fitur dan menu yang sama.dana kuliah input
  2. Kolom diisi sesuai data yang ada, lalu klik Hitung. Maka, akan muncul kesimpulan berikut ini.kesimpulan dana kuliah

 

Menghitung DP rumah

  1. Untuk mempersiapkan DP rumah, saya gunakan menu Dana Membeli Rumah dana membeli rumah
  2. Isi kolom dengan data yang tersedia, lalu klik Hitung.dana membeli rumah input
  3. Setelah itu akan muncul Kesimpulan.kesimpulan dana membeli rumah

 

Asumsi:

  • Untuk perhitungan dana darurat dan sinking fund, karena durasinya <12 bulan maka saya akan gunakan asumsi dan imbal hasil investasi 1% saja.
  • Untuk data kenaikan harga barang dan asumsi imbal hasil investasi perhitungan DP rumah, saya gunakan asumsi 10%.
  • Saya asumasikan bahwa imbal hasil investasi tahunan minimal bisa setara dengan tingkat inflasi. Jika imbal hasil investasi tahunan > tingkat inflasi, maka alokasi investasi bulanan tentu akan menjadi lebih kecil.

 

Hasil perhitungan di atas bisa kamu simpan atau jika ingin berkonsultasi dengan Perencana Keuangan Finansialku, maka kamu bisa lanjut tanyakan di menu Konsultasi Keuangan.

Kalau kamu belum pasang aplikasi Finansialku, download sekarang dan manfaatkan coba gratis 30 hari untuk pengguna baru merasakan seluruh fitur aplikasi secara maksimal.

Download Aplikasi Finansialku Sekarang!!

Download Aplikasi Finansialku

 

Mulailah dengan Dana yang Kamu Bisa

Melanjutkan contoh kasus Budi. Berdasarkan 3 simulasi di fitur “Rencana Keuangan” tersebut, ternyata Budi harus mengalokasikan dana per bulan (angka berupa pembulatan)

  • Untuk dana darurat: Rp 1.000.000 (selama 12 bulan ke depan)
  • Untuk sinking fund (dana kuliah): Rp 1.500.000 (selama 6 bulan ke depan)
  • Untuk DP rumah: Rp 3.200.000 (selama 5 tahun ke depan)

 

Semakin besar dan banyak tujuan keuangan, tentu semakin besar usaha yang kamu perlu lakukan. Dan proses untuk mencapai tujuan keuangan seringkali jauh lebih penting dari hasilnya itu sendiri.

Proses pencapaian tujuan keuangan ini akan mengasah karakter, pengetahuan, keahlian, fisik dan kedewasaan kamu.

Wajar, jika kamu merasa kewalahan atau kuatir dengan alokasi bulanan yang ternyata besar sekali setelah kamu simulasikan.

Untuk kasus Budi, alokasi dana tabungan dan investasi yang dibutuhkan jika ketiga tujuan keuangan ingin dipersiapkan sejak saat ini secara bersamaan yaitu Rp 5.700.000 per bulan.

[Baca Juga: Sebenarnya Berapa Sih Dana yang Perlu Diinvestasikan Mahasiswa?]

Namun, jika berdasarkan pemasukan bulanan Budi (dari uang saku orangtua atau penghasilan magang di cafe) misalnya sejumlah Rp 4.000.000 per bulan, maka sudah dipastikan bahwa Budi tidak bisa mencapai 3 tujuan keuangan jika ingin dilakukan secara bersamaan.

Meskipun demikian, Budi sebaiknya mulai aja dulu dengan alokasi dana yang bisa dilakukan, dari pada tidak memulainya sama sekali. Sambil berjalan, berikut ini pilihan yang Budi dapat pertimbangkan:

  1. Tetap pada 3 tujuan namun menambah pemasukan bulanan agar bisa alokasi menabung dan berinvestasi lebih besar. Tapi, Budi ganti pekerjaan magang yang menghasilkan gaji lebih besar atau cari pekerjaan magang lainnya, dengan tanpa mengabaikan kuliah.
  2. Sementara ini fokus pada 1-2 tujuan keuangan saja dan menunda tujuan keuangan lain, sampai salah satu tujuan terselesaikan atau ada peningkatan pemasukan.
  3. Untuk tujuan DP rumah, ubah durasi mempersiapkan lebih lama atau jumlah dana DP menjadi lebih rendah.

 

Jika kamu menjadi Budi, apa pilihan yang kamu akan ambil? Atau jika kamu punya usulan lain mengenai apa pilihan yang Budi bisa ambil? Silakan komen di kolom di bawah ini!

[Baca Juga: Sebelum Investasi, Kamu WAJIB Tahu Beberapa Tips Investasi Mahasiswa]

 

Pilihan yang Mahasiswa Bisa Lakukan Jika Alokasi Dana Terbatas

Mari kita lanjutkan kasus Budi.

Dari pemasukan Budi saat ini rata-rata Rp 4 juta per bulan (uang saku dari orang tua dan gaji magang), anggap saja pengeluaran bulanan rata-rata Budi Rp 2 juta per bulan (asumsi dengan pengeluaran sejumlah ini Budi tergolong cukup hemat).

Budi bisa mengalokasikan Rp 2 juta per bulan untuk menabung dan berinvestasi.

 

Misalnya, Budi memutuskan untuk fokus mempersiapkan dana kuliah dan dana darurat, maka sekitar:

  • Rp 1,5 juta per bulan ini Budi bisa mulai alokasikan untuk dana kuliah
  • Rp 500.000 per bulan ini Budi bisa mulai alokasikan untuk dana darurat

 

Jika dalam 6 bulan dana kuliah sudah terpenuhi (6 bulan x Rp 1,5 juta = Rp 9 juta), maka di bulan-bulan berikutnya Budi bisa mengalokasikan Rp 1,5 juta per bulan untuk dana darurat dan Rp 500.000 per bulan untuk tujuan dana membeli rumah.

Atau Budi bisa membuat ulang simulasi Rencana Keuangan di Aplikasi Finansialku, jika kondisi keuangan sudah menjadi tidak relevan lagi.

[Baca Juga: 4 Tolok Ukur Kesehatan Keuangan Mahasiswa! Bagaimana Denganmu?]

Dengan jumlah alokasi dana kamu sebagai mahasiswa yang terbatas, saat ini ada berbagai instrumen keuangan yang legal dan bisa mulai dengan investasi minimal Rp 100.000 sampai Rp 1 juta. Jika kamu masih pemula atau awam mengenai instrumen keuangan, sebaiknya kamu mulai dari produk yang risiko rendah namun sesuai untuk modal rendah.

 

Berikut ini pilihan produk yang kamu bisa cek untuk investasi dengan risiko rendah dan tenor jangka pendek:

  • Tabungan dan deposito bank digital
  • Reksa dana pasar uang

 

Jika kamu ingin yang risikonya menengah, tenor tujuan keuangan jangka menengah (2-5 tahun), dan bisa mulai dengan modal investasi rendah, maka kamu bisa cek:

  • Reksa dana pendapatan tetap
  • Obligasi pemerintah

 

Jika kamu ingin yang risikonya tinggi, tenor tujuan keuangan jangka panjang (> 5 tahun), dan bisa mulai dengan modal investasi rendah, maka kamu bisa cek:

  • P2P lending
  • Reksa dana campuran atau reksa dana saham
  • Saham

 

Semakin tinggi potensi imbal hasil, tentu akan semakin tinggi risikonya. Kenali risiko dan pahami cara berinvestasinya.

Kalau kamu mau mengetahui lebih dalam mengenai reksa dana, kamu bisa dengarkan audiobook berikut ini. Dengarkan sekarang dan langsung lakukan investasinya, ya!

banner -mudah cara memilih reksa dana yang tepat

 

Penutup

Gimana? Sekarang apakah sudah lebih mengerti bagaimana caranya mulai menabung atau berinvestasi? Yuk, mulai praktikkan. Sebagai mahasiswa yang sudah punya penghasilan sendiri, kamu bisa mulai lebih awal untuk mandiri dan mapan secara finansial.

Selamat menikmati perjalanan mengelola keuanganmu!

 

Sekarang sudah paham kan apa yang harus kamu lakukan dengan penghasilanmu? Jika kamu memiliki pertanyaan atau komentar, silakan tulis pada kolom di bawah ini. Jangan lupa untuk membagikan artikel ini pada teman-temanmu, ya. Terima kasih.

 

Editor: Ratna SH