Cerpen Sumpah Pemuda bisa menjadi pemacu untuk meningkatkan semangat kebangsaan. Dengan begitu, kamu bisa meneruskan cita-cita kaum muda pra kemerdekaan.

Mari simak cerpen berikut untuk meningkatkan semangat nasionalisme!

 

Summary:

  • Memaknai peringatan Sumpah Pemuda bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya menumbuhkan semangat nasionalisme dengan membaca cerita pendek yang inspiratif.
  • Cerita pendek memberikan banyak pesan moral yang bernilai positif, sehingga cocok kita terapkan dalam kehidupan terutama di kalangan generasi muda.

 

Contoh Cerpen Sumpah Pemuda Singkat

Kongres Sumpah Pemuda menandai kebangkitan generasi penerus bangsa. Tepat pada 28 Oktober 1928, para pemuda dari beragam organisasi berkumpul untuk membuat ikrar perjuangan.

Dari sana, lahirlah tiga butir Sumpah Pemuda yang kita kenal sekarang.

Perjalanan Sumpah Pemuda sebaiknya tidak berhenti setelah Indonesia merdeka.

Generasi masa kini, yakni Y (milenial) dan Z harus menjaga semangat Sumpah Pemuda demi mewujudkan cita-cita bangsa.

Kini, kita punya banyak opsi untuk menghayati 28 Oktober, salah satunya dengan menyimak cerpen Sumpah Pemuda.

Kali ini, Finansialku telah mengurasi beberapa judul cerpen Sumpah Pemuda singkat sebagai bahan bacaanmu.

cerpen sumpah pemuda 1

Ilustrasi Sumpah Pemuda. Sumber: fahum.umsu.ac.id

 

#1 Cerpen Sumpah Pemuda 1 “Tekad”

Pada suatu hari, seorang pemuda bernama Budi sedang duduk di perpustakaan sekolah. Budi sedang mengerjakan tugas sekolahnya tentang Sumpah Pemuda.

Saat itu, Budi membaca tentang sejarah Sumpah Pemuda. Ia terinspirasi oleh perjuangan para pemuda Indonesia pada masa lalu.

Para pemuda tersebut bersatu dan berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Mereka juga bertekad untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Budi menyadari bahwa sebagai pemuda, ia memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda.

Oleh karena itu, ia bertekad untuk menjadi pemuda yang berkontribusi positif bagi bangsa Indonesia. Ia akan belajar dengan giat dan mengembangkan potensi diri.

Budi juga akan aktif berkontribusi dalam kegiatan sosial untuk membantu sesama dan membangun masyarakat.

Dirinya percaya bahwa dengan semangat Sumpah Pemuda, ia dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara yang adil, makmur, dan sejahtera.

Budi juga bertekad untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk kemajuan bangsa. Budi bertekad untuk menjadi seorang guru yang baik.

Ia ingin mendidik anak-anak Indonesia untuk menjadi generasi yang berilmu, berbudi pekerti, dan cinta tanah air.

Budi percaya bahwa dengan pendidikan, Indonesia dapat menjadi negara yang lebih baik di masa depan.

Budi berharap bahwa setiap pemuda Indonesia dapat terus menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda.

Dengan semangat Sumpah Pemuda, ia yakin bahwa Indonesia akan menjadi negara yang lebih baik di masa depan, terutama dalam bidang pendidikan.

[Baca juga: 20+ Contoh Cerpen Singkat Berbagai Tema Menarik, Seru Banget!]

 

#2 Cerpen Sumpah Pemuda 2 “Saling Menghormati Kebudayaan”

Di sebuah SMA di Kota Bontang, terdapat dua remaja bernama Rudi dan Ari. Keduanya sama-sama duduk di kelas X, tetapi beda ruangan.

Rudi berasal dari keluarga Jawa yang kental dengan budaya dan tradisi mereka. Sedangkan Ari berasal dari Ambon.

Keduanya pindah ke Kota Bontang baru-baru ini karena orang tua keduanya mendapat tugas kerja. Pertemuan pertama mereka tidak begitu istimewa.

Rudi dan Ari bertemu di kantin sekolah. Rudi tampak sedang duduk sendirian di meja.

Sementara Ari berdiri ragu-ragu di dekat lini antrean. Melihat itu, Rudi dengan ramah mengajak Ari duduk bersama.

“Ayo, duduklah. Tidak ada yang mencegah kita bersama-sama di sini,” kata Rudi dengan senyum.

 

Sejak hari itu, persahabatan mereka tumbuh dengan cepat. Meskipun berasal dari budaya yang berbeda, Rudi dan Ari menemukan banyak kesamaan di antara mereka.

Mereka berdua memiliki minat dalam olahraga dan musik. Rudi sering kali memainkan alat musik tradisional Jawa, sementara Ari mahir bermain gitar.

Mereka pun sering berkumpul di taman sekolah setelah jam pelajaran berakhir untuk bermain musik bersama.

Kedua remaja ini sering bertukar cerita tentang kehidupan mereka di daerah asal. Rudi menceritakan tentang tradisi Jawa yang kental di keluarganya, seperti upacara adat dan kuliner khas.

Sementara Ari menceritakan tentang indahnya Pulau Ambon, cerita tentang pantai dan tarian tradisional mereka.

Namun, tidak selalu segalanya berjalan mulus. Ada saat-saat di mana perbedaan budaya membuat mereka merasa canggung atau tidak sepakat.

Tapi Rudi dan Ari selalu menemukan cara untuk berbicara terbuka satu sama lain, mencoba untuk memahami perspektif masing-masing.

Suatu hari, sekolah mengadakan acara besar yang mewakili keragaman budaya di dalamnya.

Rudi dan Ari, bersama-sama dengan beberapa teman lainnya, memutuskan untuk membuat sebuah tampilan yang menggambarkan harmoni antara budaya Jawa dan Ambon.

Mereka bekerja keras, menggabungkan elemen-elemen budaya dari kedua daerah untuk menciptakan penampilan yang spektakuler.

Ketika acara dimulai, penampilan mereka berhasil mencuri perhatian semua orang. Tari-tari tradisional dan harmoni musik yang diciptakan oleh Rudi dan Ari membuat penonton terkesima.

Saat mereka selesai tampil, tepuk tangan meriah mengiringi mereka keluar panggung. Setelah acara selesai, Rudi dan Ari merasa puas dengan apa yang mereka capai bersama.

Mereka menyadari bahwa meskipun berasal dari budaya yang berbeda, kebersamaan dan kerja sama adalah kunci untuk merayakan perbedaan dan menciptakan sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka sendiri.

 

#3 Cerpen Sumpah Pemuda 3 “Bahasamu Bukan Bahasa Bangsa Kita”

Hari itu hari Minggu dan semenjak pagi langit tampak malu-malu memamerkan warna birunya. Malahan, sebujur awan kelam yang semakin bangga dengan gelapnya pagi.

Tidak jauh dari pandang mata, di sebuah kursi kayu yang sederhana duduk seorang pemuda.

Dia sendirian, dan sebenarnya darah muda itu sedang menunggu temannya yang sedari pagi mengaku akan berkunjung ke rumah.

Tak lama berselang, teman pemuda itu tiba dan langsung menyapanya dengan semangat.

Aduh, sudah lama ya nunggunya, Lan. Maaf ya, tadi bonyok-ku belum pulang dari rumah nenek sehingga aku terpaksa menunggu mereka kembali.”

“Oalah begitu kisahnya. Okelah, tiada mengapa, Dika. Eh, bonyok itu maksudnya apa?”

“Aduh, Alan, kamu kok enggak gaul banget sih. Bonyok itu artinya Bokap dan Nyokap.”

“Hemm. Aneh-aneh saja sih singkatanmu. Padahal kan tinggal sebutkan saja kata orang tua.”

 

Sudah menunggu lama, Alan malah dibuat semakin kesal dengan sikap dan penggunaan bahasa yang digunakan Dika.

Alan merasa bahwa singkatan-singkatan semacam itu hanya sekadar bahasa sok gaul, apa lagi hari itu sedang ada peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Pada ikrar yang ketiga, dikatakan bahwa pemuda dan pemudi Indonesia itu punya janji yaitu menjunjung tinggi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sontak saja, gaya si Dika terang menodai dan bahkan melukai bahasa yang menjadi identitas Bumi Pertiwi.

Alan, bagaimana dengan pengumuman lomba baca puisi Sumpah Pemuda pada hari Kamis kemarin? Aku dengan kamu dapat juara 2, ya? CMIIW.”

“Iya benar, baru saja malam tadi pengumumannya. Alhamdulillah aku dapat juara dua. Eh, Dika, CMIIW itu apa lagi?”

“Hehe, maaf, Alan. Kamu masih belum tahu juga ya? CWIIW itu singkatan dari Correct Me If I am Wrong. Artinya, koreksi bila aku salah.”

Alan hanya mengangguk sembari tersenyum. Biar bagaimanapun, Dika adalah teman sekaligus sahabat yang senantiasa menemaninya entah itu di kala suka maupun duka.

Alan tidak ingin mencela sahabatnya lebih jauh, karena dia tahu Dika sedang berusaha belajar Bahasa Inggris demi menggapai cita-cita kuliah di luar negeri.

“O ya, Dika, pada peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun ini kamu ikut lomba dan kegiatan apa saja?”

Hemm, kegiatan, ya. Sebenarnya aku mau ikut banyak lomba sih. Aku mau ikut lomba pidato, tapi aku tak begitu paham bagaimana kisah dalam kongres pemuda. Aku ingin ikut lomba cerdas cermat, masih sama saja. Aku tidak percaya diri bahwa aku bisa menang.”

“Oalah, ternyata seperti itu. Ya sudahlah, paling tidak tahun depan kamu wajib ikut, ya. Masa dengan kegiatan penuh sejarah bagi negeri sendiri kita enggan untuk berpartisipasi. Katanya berjiwa nasionalisme, katanya cinta tanah air. Jangan-jangan kamu kemarin tidak ikut upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di sekolah?”

Hehehe. Iya, aku bangun kesiangan waktu itu. Karena kukira bakal telat, terpaksa, deh, aku izin sakit.”

“Nah kan!” Alan menghela napas lebih panjang dari biasanya. Ia pun semakin kesal dengan sikap dan tingkah Dika. Sebagai seorang pemuda Dika seharusnya ikut berpartisipasi terhadap kegiatan yang bertajuk Nasionalisme

 “O ya, Dika, kamu jadi bermalam di rumahku, kan? Nah, nanti sore kita makan jagung bakar sambil melihat swastamita di tebing belakang rumahku ya. Soalnya tadi aku sudah periksa prakiraan cuaca, sebentar lagi langit akan segera cerah.”

“Oke siap laksanakan! Eh, Alan, swastamita itu apa sih? Apa sama seperti singkatan LOL (Laughing Out Loud) atau UWU (Unhappy Without U)?”

Lha, lha, lha. Kamu ini sebenarnya orang mana sih. Orang Indonesia, atau orang Inggris yang nyasar? Swastamita itu adalah pemandangan indah di saat matahari terbenam.”

“Oalah gitu. Kok aku baru tahu ya? Memangnya itu bahasa apa?”

“Aduh! Itu Bahasa Indonesia, abang ganteng!”

Hemm. Oke, oke, oke. Aku baru dengar, lho. Ternyata Bahasa Indonesia juga terdengar indah dan artinya luar biasa ya.”

“Tentu saja. Eh, aku tes kamu sekali lagi ya Dika. Kamu tahu apa itu arunika?”

“Duh, apa itu Alan, sepertinya bahasa Spanyol ya? Hemm. Aku belum lancar.”

“Nah kan, lagi-lagi tidak pernah dengar. Arunika itu Bahasa Indonesia, artinya cahaya matahari yang muncul beriringan dengan terbitnya matahari.”

“Wah, aku tak menyangka ternyata bahasa kita seindah itu.”

 

Dika pun terkagum-kagum dengan dua diksi yang diucapkan oleh Alan. Dia merasa malu terhadap diri sendiri.

Selama ini ia merasa bangga karena hafal begitu banyak singkatan gaul Bahasa Inggris. Baginya sih keren, tapi tidak lebih keren daripada Bahasa Indonesia.

“Dika, karena kita adalah pemuda harapan bangsa, sudah menjadi kewajiban diri untuk merawat, mencintai, serta menjaga kemurnian Bahasa Indonesia. Belajar bahasa asing itu bagus, sangat bagus malahan. Tapi, gunakanlah di waktu dan keadaan yang tepat. Sekarang ada begitu banyak orang yang mencampur-adukkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sehingga dijuluki keminggris. Mereka kira mereka keren? Padahal tidak. Dan lambat laun, bahasa kita sendiri yang berangsur tenggelam.”

“Siap, Alan. Terima kasih telah menyadarkanku. Engkau benar-benar sahabat terbaikku. Saat ini juga aku ingin belajar lebih banyak tentang Bahasa Indonesia.”

 

Alan dan Dika pun kembali ceria seiring dengan kabar langit yang mulai memamerkan cerahnya. Mereka bersiap-siap untuk memetik jagung di kebun dan segera menanti datangnya swastamita.

[Baca Juga: 7+ Fakta Unik Bahasa Indonesia yang Tidak Banyak Diketahui]

 

#4 Cerpen Sumpah Pemuda 4 “Demi Sumpah”

Salim masih duduk membisu di teras. Mulutnya mengeluarkan asap keretek dari tembakau sisa di ladang Pak Bangka.

Rasa-rasanya subuh akan tiba beberapa jam lagi. Namun, tidak sekali pun kelopak matanya mau menutup.

Hatinya masih terasa membara. Dadanya terkoyak mengingat Pak Bangka yang mungkin masih menunggu Barito.

Biasanya malam-malam begini, pria bungkuk itu akan berkeliling di ladang. Tangannya pasti membawa lentera dengan sumbu yang hampir habis terbakar.

Orang sinting itu juga akan memanggil nama Barito berulang-ulang. Apalagi pada malam ini, saat angin subuh mulai bertiup membuat bulu kuduk Salim kembali merinding.

Cepat-cepat Salim menaikkan sarungnya ke bahu, lantas menyusul Pak Bangka ke ladang tembakau yang panen beberapa hari lalu.

“Salim… Salim…,” panggil Pak Bangka sambil menyorotkan lenteranya pada Salim yang tampak menggigil kedinginan.

Dia menyusul pria ceking itu untuk kembali ke pematang.

“Di mana Barito, Nak?” tanyanya sambil tersenyum.

“Begini, Pak,” Salim segera membuang sisa kereteknya, “Barito sudah pulang,” bisiknya lirih.

 

Mata Pak Bangka semakin berkilat-kilat. Senyumnya juga kian merekah.

“Ayo pulang dengan saya, Pak,” ajak Salim.

 

Pak Bangka mengikuti pria itu. Sedangkan Salim berjalan di depannya sambil menangis. Hari ini Barito mati. Dia tidak dapat ke ladang untuk menjemput bapaknya yang pikun.

Pasalnya bocah tolol itu lebih memilih sumpahnya. Dia ikut berdemo dengan papan ‘Kami para Pemuda Bersatu untuk Kemerdekaan’.

 

#5 Cerpen Sumpah Pemuda 5 “Sumpah Pemuda”

Pagi ini, matahari menyapaku dengan sinarnya. Kulitku terasa hangat seolah-olah cahaya memelukku. Menyelamatkanku dari dinginnya pagi. Kurekahkan harapan untuk menepis kabut kelam.

Kulihat bendera merah putih yang masih berkibar di depan rumah, sisa dari acara 17 Agustus kemarin.

Rasa nasionalisme ini tampak menakutkan oleh semangatnya saat melihat bendera pusaka. Merah darah juga putih tulang manusia. Kemanusiaan itu seperti terang pagi ini.

Akan tetapi, orang-orang telah memuat bendera merah putih mereka usai perayaan 17 Agustus kemarin.

Apa-apaan ini? Apa salahnya jika ia berkibar setiap hari? Apakah bendera itu menutup rumahmu yang cantik itu?

Mengapa rasa nasionalisme mereka seperti itu? Apa yang mereka rasakan jika memiliki sifat nasionalisme? Entahlah.

Baiklah, aku siap untuk pergi ke pagi ini. Aku ingin melihat para junior yang sedang berlatih teater untuk hari Sumpah Pemuda

besok.

Apakah mereka berseni dengan rasa nasionalisme atau berseni karena sentuhan hari Sumpah Pemuda besok?

Saya tidak tahu, berlatih saya tidak sabar ingin melihat mereka.

Setelah 30 menit perjalanan menuju kampus akhirnya aku sampai. Dengan damai aku ke sanggar tempat mereka berlatih.

“Selamat pagi semuanya!” Ucapku dengan semangat.

“Pagi Kak Agung!” Jawab mereka dengan senyuman pagi yang masih matang.

“Baguslah, mereka bersemangat sepertiku,” batinku dalam hati.

 

Tiba-tiba datang selembar kertas terbang ke arahku, jatuh di depan kakiku.

Selembar kertas dengan tulisan berisi teks Sumpah Pemuda. Seorang anak laki-laki berlari ke arahku berusaha meraih surat yang terlanjur aku pegang.

“Maaf kak itu kertas saya hehehe,” kata dia.

“Kamu hanya menghafalnya?”

“Iya kak untuk upacara yang akan dilaksanakan dalam rangka Sumpah Pemuda nanti.”

“Apakah kamu hanya menghafalkan tetapi tidak melakukannya?”

“Sekarang kan Indonesia sudah merdeka kak jadi tidak perlu dikhawatirkan kita harus mengikuti langkah pemuda zaman dahulu.”

“Mengikuti mungkin, tapi pemuda sekarang lebih mengagungkan Negara lain. Contoh kecilnya saja, kamu pernah melihat akun profil gim teman atau kenalan yang padahal aslinya orang Indonesia tulen. Tapi dia mengubah bendera di akun

mereka menjadi bendera asing. Pasti pernah kan? Menurutmu, apa alasan mereka melakukan itu?”

 

Anak laki-laki itu cuma menggeleng.

“Karena menurut mereka, lebih keren bendera asing. Atau, mungkin malu pakai bendera Indonesia. Dari situ sudah kelihatan kalau dia tidak nasionalisme dan tidak hormat pada negaranya sendiri,” tambahku.

 

Anak laki-laki itu kemudian mengangguk.

“Ingat, sampai kapan pun tidak ada yang namanya kebebasan. Kamu akan terus terjajah oleh bangsamu dan diri sendiri. Dahulu kita dijajah negara lain atas nama kolonial, setelah merdeka kita masih bisa dijajah. menjajah sendiri atas obsesi dan kehendak berkedok nafsu demi eksistensi yang membawamu ke arah yang sesat. Apa yang kamu tidak sadari bahwa kamu tidak merawat jiwa nasionalisme dan melupakan bagianmu yang rapuh?” Tambahku lagi.

“Saya bersedia kak. Saya akan mencintai tanah air dan menjadi pemuda berkarakter tinggi. Saya akan mengajak teman yang lain untuk menghayati Sumpah Pemuda ini.”

 

Keesokan harinya pada tanggal 28 Oktober pemuda itu membacakan Sumpah Pemuda dengan semangat nasionalisme.

Aku mengerti, dia membacakan Sumpah Pemuda itu dengan hati yang membara. Tatapan matanya yang tajam menandakan bahwa Sumpah Pemuda yang disuarakannya itu bukan sumpah main-main.

Merinding membuat semua siswa ikut membacakan Sumpah Pemuda itu secara serentak dan kuat. Bayangkan jika semangat ini diterapkan ke semua pemuda yang ada di Indonesia.

Indonesia takkan terkalahkan dengan Sumpah Pemuda yang membara dalam hati para pemuda nasionalisme.

 

#6 Cerpen Sumpah Pemuda 6 “Jujur Itu Perlu”

Di sebuah kota kecil yang indah, tinggal dua pemuda bernama Reno dan Marsel. Reno berasal dari keluarga transmigran dari Jawa.

Sejak kecil tumbuh dalam keluarga yang mengajarkan pentingnya kejujuran.

Sementara itu, Marsel adalah pemuda dari Timika yang penuh semangat dan suka menolong.

Suatu hari, di sebuah perpustakaan kota, Reno menemukan dompet yang tergeletak di meja. Dompet itu tampak seperti milik seseorang yang tergesa-gesa meninggalkannya.

Reno membuka dompet tersebut dan menemukan identitas pemiliknya yaitu Marsel. Di dalamnya terdapat kartu identitas, beberapa uang, dan kartu anggota perpustakaan.

Reno berusaha mengingat wajah Marsel dari kartu identitas dan memutuskan untuk mengembalikan dompet tersebut.

Ia merasa bahwa kejujuran adalah tindakan yang tepat, dan ia ingin menunjukkan kepada Marsel bahwa ada orang yang masih peduli dengan kejujuran di dunia ini.

Keesokan harinya, Reno kembali datang ke perpustakaan lagi. Ia mencari Marsel dan bermaksud untuk mengembalikan dompetnya.

Beruntung Reno menemukan sosok yang dicarinya. Saat itu Marcel terlihat sedang membaca di sudut ruangan.

Dengan hati-hati, Reno mendekati Marsel dan berkata,

“Halo, maaf mengganggu. Apakah ini dompetmu?”

 

Marsel terkejut dan bersyukur. Ia dengan cepat memeriksa isinya dan tersenyum lebar.

“Terima kasih sekali, sobat. Aku hampir putus asa mencari dompet itu. Aku sangat menghargai apa yang kau lakukan,” ucap Marsel dengan tulus.

Reno hanya tersenyum dan menjawab,

“Tidak ada masalah. Kejujuran adalah hal yang penting.”

 

Ketika Marsel bertanya mengapa Reno mengembalikan dompetnya dengan cepat, Reno menjelaskan tentang bagaimana dirinya diajarkan oleh keluarganya untuk selalu jujur dan berbuat baik kepada orang lain.

Marsel sangat terkesan dengan prinsip kejujuran Reno dan merasa senang bahwa ada orang seperti itu di dunia.

Sejak saat itu, Reno dan Marcel menjadi teman dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang nilai-nilai penting dalam hidup dan bagaimana tolong-menolong dapat merangkul berbagai perbedaan.

Mereka bersama-sama melakukan kegiatan sukarela, membantu komunitas sekitar, dan mendukung satu sama lain dalam setiap langkah perjalanan mereka.

 

#7 Cerpen Sumpah Pemuda 7 “Menghargai Perbedaan”

Pada suatu hari di sebuah kota kecil di Indonesia, dua sahabat akrab, Maya dan Rizky, duduk di bawah pohon rindang di taman sekolah mereka.

Mereka sering mendengar cerita tentang Sumpah Pemuda dan betapa pentingnya persatuan dalam keberagaman.

Namun, mereka belum sepenuhnya mengerti artinya hingga suatu insiden terjadi. Suatu hari, sebuah perdebatan pecah antara dua kelompok siswa di sekolah mereka.

Kelompok pertama terdiri dari siswa-siswa pribumi, sementara kelompok kedua terdiri dari siswa-siswa keturunan Tionghoa.

Perdebatan itu semakin memanas, hingga hampir berubah menjadi pertengkaran fisik.

Maya dan Rizky merasa sangat khawatir melihat pertikaian tersebut. Mereka ingat akan nilai-nilai Sumpah Pemuda dan tekad para pemuda Indonesia untuk bersatu demi kebaikan bangsa.

Maya dan Rizky ingin melakukan sesuatu untuk meredakan ketegangan.

Mereka memutuskan untuk mengumpulkan teman-teman mereka dari berbagai etnis dan mengajak mereka berbicara di bawah pohon rindang di taman sekolah.

Saat berbicara, mereka mengingatkan teman-teman mereka tentang semangat Sumpah Pemuda, bahwa Indonesia adalah rumah bagi berbagai budaya dan etnis yang berbeda, dan kekuatan sejati ada dalam persatuan.

Melalui percakapan yang penuh dengan saling pengertian dan empati, para siswa akhirnya meredakan ketegangan dan berjanji untuk saling menghormati dan bekerja sama.

Mereka menyadari bahwa keberagaman adalah harta yang harus dijaga dan bahwa hanya dengan bersatu, mereka dapat mencapai kemajuan yang lebih besar untuk negara mereka.

Maya dan Rizky belajar bahwa Sumpah Pemuda bukan hanya tentang peristiwa sejarah, tetapi juga tentang semangat yang harus terus hidup dalam diri setiap generasi.

Mereka merasa terinspirasi untuk selalu memelihara persatuan dalam keberagaman, seperti yang dijanjikan oleh para pemuda pada Sumpah Pemuda dahulu.

[Baca Juga: Wajib Tahu! Inilah Tokoh Sumpah Pemuda dan Peran Pentingnya]

 

#8 Cerpen Sumpah Pemuda 8 “Makna Tolerasi”

Rudi merupakan seorang siswa kelas X SMA yang cerdas dan penuh semangat. Di sekolahnya Rudi dikenal sebagai siswa yang rajin dan memiliki beragam hobi, mulai dari olahraga hingga seni lukis.

Selain itu di lingkaran pertemanannya Rudi memiliki teman-teman dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

Tetapi, ada satu hal yang membuatnya agak khawatir yakni perbedaan pandangan dan pemikiran di antara teman-temannya.

Suatu hari, di kelas Rudi, guru mereka mengumumkan bahwa akan ada penelitian tentang nilai-nilai toleransi.

Rudi merasa antusias karena ini adalah kesempatan bagus untuk mengetahui lebih jauh tentang apa itu toleransi yang sebenarnya.

Demi untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Rudi mulai mendekati seluruh kenalannya, termasuk teman-teman yang memiliki pandangan berbeda dengannya.

Rudi membentuk kelompok dengan Maya, seorang siswi yang berasal dari keluarga dengan latar belakang agama yang berbeda dari Rudi.

Mereka duduk bersama dan memulai diskusi mengenai topik proyek tersebut.

Maya pun memiliki pandangan yang berbeda mengenai beberapa nilai, tetapi Rudi mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Saat diskusi berlangsung, Rudi dan Maya mulai memahami bahwa perbedaan adalah hal yang wajar dan alami di dunia ini.

Mereka sepakat bahwa melalui saling mendengarkan dan mencoba memahami pandangan satu sama lain, mereka dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan harmonis.

Rudi juga menyadari bahwa toleransi bukan hanya tentang menghormati perbedaan, tetapi juga tentang menghargai dan memahami perspektif orang lain.

Setelah penelitian selesai, Rudi baru menyadari bahwa toleransi bukan hanya sekedar kata-kata, tetapi tindakan nyata yang dapat membawa perubahan positif dalam hubungan antarindividu.

Rudi pun bersyukur atas teman-teman yang beragam di sekitarnya, karena merekalah yang telah membantu Rudi mengerti arti sebenarnya dari toleransi.

 

#9 Cerpen Sumpah Pemuda 9 “Semangat Sumpah Pemuda di Sekolah Baruku”

Siti, seorang siswi berusia 16 tahun, baru saja pindah ke sebuah sekolah menengah baru di Jakarta.

Dia datang dari luar kota dengan semangat dan keinginan untuk memulai petualangan baru. Namun, dia merasa cemas karena tidak mengenal siapa pun di sekolah barunya.

Hari pertama di sekolah, Siti melihat banyak siswa yang berasal dari berbagai etnis dan latar belakang. Semua tampak ramah, tetapi dia masih merasa asing.

Saat istirahat pertama, dia duduk di bawah pohon besar di halaman sekolah, berharap ada yang mendekatinya.

Tiba-tiba, seorang siswa laki-laki berambut keriting mendekatinya dengan senyum ramah.

“Hai, aku Rizky,” katanya dengan suara hangat.

“Kamu baru, kan? Aku juga. Mari berkenalan.”

 

Siti tersenyum lega dan bersalaman dengan Rizky. Mereka mulai berbicara tentang sekolah, hobi, dan impian mereka.

Rizky bercerita tentang semangat Sumpah Pemuda dan betapa pentingnya persatuan dalam keberagaman Indonesia.

Siti merasa terinspirasi oleh cerita Rizky dan memutuskan untuk mengikuti jejaknya.

Mereka berdua memulai kelompok pelajar sukarelawan di sekolah mereka yang bertujuan untuk mempromosikan persatuan dalam keberagaman.

Mereka mengadakan berbagai kegiatan, seperti seminar tentang budaya Indonesia, pelajaran bahasa daerah, dan perayaan bersama untuk merayakan berbagai perayaan agama dan budaya.

Semangat Sumpah Pemuda hidup dalam diri Siti dan Rizky serta teman-teman mereka.

Mereka menyadari bahwa meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka semua adalah bagian dari Indonesia yang satu.

Mereka bersatu untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis di sekolah mereka.

Siti tidak lagi merasa asing di sekolah barunya. Dia memiliki teman-teman yang mendukungnya dan bersama mereka, dia merayakan keragaman budaya Indonesia.

Semangat Sumpah Pemuda terus berkobar di hati mereka, menginspirasi mereka untuk menjaga persatuan dalam keberagaman dan menjadi generasi yang berkontribusi positif untuk negara mereka.

Selain dengan cara yang Siti dan Rizky lakukan, Sobat Finansialku juga bisa berkontribusi positif untuk negara melalui banyak hal, salah satunya berinvestasi di Surat Berharga Negara.

Produk ini relatif aman karena dijamin dan mendapat persentase bunga tetap. Yuk, cari tahu lebih lengkap mengenai instrumen investasi ini dengan membaca ebook gratis Cerdas Berinvestasi Sambil Bantu Negara dari Finansialku.

Jika ingin mendapat saran langsung dari ahli, kamu bisa berkonsultasi dengan Perencana Keuangan Finansialku.

Selama sesi konsultasi, kamu akan diberi arahan dan kiat dalam merencanakan keuangan serta menyusun strategi berinvestasi.

Silakan hubungi 0851 5866 2940 untuk informasi selengkapnya atau klik banner di bawah ini, sekarang!

konsul- INVESTASI Q3 23

 

Yuk, Bangun Semangat dalam Diri!

Alih-alih scrolling media sosial, kamu bisa membaca cerpen Sumpah Pemuda untuk mengisi peringatan tersebut dan membangun semangat dalam diri.

Semangat tersebut bisa kamu salurkan ke berbagai hal positif, salah satunya dalam mewujudkan tujuan keuangan mencapai financial freedom.

Kabar baiknya, Finansialku punya rahasia yang bisa kamu terapkan untuk mencapai tujuan keuangan tersebut.

Mari simak YouTube Finansialku berikut ini dan jangan lupa subscribe, ya!

 

 

Disclaimer:  Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.

Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.

 

Demikian pembahasan tentang cerpen Sumpah Pemuda. Cerpen mana yang menjadi favoritmu? yuk, sampaikan di kolom komentar di bawah.

Jangan lupa bagikan artikel ini ke teman-temanmu untuk meningkatkan kesadaran nasional. Terima kasih!

 

Editor: Ismyuli Tri Retno

Sumber Referensi:

  • Admin. 14 Agustus 2023. Contoh Cerpen Tentang Hari Sumpah Pemuda Singkat dan Menarik. Mamikos.com – https://bit.ly/3Sbd7QE
  • Gadis Saktika. 12 Oktober 2023. Contoh Cerpen Sumpah Pemuda Singkat Yang Menginspirasi. Penuh Makna! 99.co – https://bit.ly/3s2E26F
  • Inas Rifqia Lainufar. 11 Oktober 2023. 3 Contoh Cerpen tentang Sumpah Pemuda, Simak Yuk! inews.id – https://bit.ly/3tIktRv