Puisi Hari Pahlawan bisa menjadi salah satu perwujudan rasa bangga dan terima kasih atas jasa mereka. Sudahkah kamu menemukan puisi yang paling cocok untuk dibaca di hari tersebut?
Yuk, simak beberapa contoh puisi Hari Pahlawan berikut ini!
Summary:
- Setelah Keppres No. 316 dikeluarkan, Hari Pahlawan baru diperingati pada tahun 1959.
- Hari Pahlawan adalah hari pertempuran antara Indonesia dan Inggris pada 10 November 1945.
Kumpulan Puisi Singkat Pahlawan Singkat Penuh Makna
Hari Pahlawan merujuk pada pertempuran antara Indonesia dan Inggris pada 10 November 1945.
Pertempuran ini merupakan yang pertama pasca Proklamasi. Meski sebelumnya telah diberlakukan gencatan senjata sejak 29 Oktober, peristiwa ini dan beberapa bentrokan lain tetap terjadi.
Hari Pahlawan baru diperingati pada 1959 pasca penerbitan Keppres No. 316. Sebagai generasi penerus, kamu bisa memaknai Hari Pahlawan dengan membaca puisi.
Simak contoh puisi Hari Pahlawan singkat dan penuh makna berikut ini:
[Baca Juga: 20 Contoh Puisi Guru Singkat, Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa!]
#1 Puisi Hari Pahlawan “Diponegoro” oleh Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak genta. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
#2 Puisi Hari Pahlawan “Sebuah Jaket Berlumur Darah” oleh Taufik Ismail
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun
Sebuah Sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkan kita sekarang
Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang
Pesan itu telah sampai ke mana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang becak, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan perjuangan!
#3 Puisi Hari Pahlawan “Gugur” oleh WS Rendra
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
Ketika anaknya memegang tangannya,
Ia berkata:
”Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.
Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.”
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata:
“Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
Kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
“Alangkah gemburnya tanah di sini!”
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya
[Baca Juga: Sejarah Hari Pahlawan 10 November dan Makna yang Bisa Direnungkan]
#4 Puisi Hari Pahlawan “Dongeng Pahlawan” oleh WS Rendra
Pahlawan telah berperang dengan panji-panji
berkuda terbang dan menangkan putri.
Pahlawan kita adalah lembu jantan
melindungi padang dan kaum perempuan.
Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra.
Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula.
Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati.
#5 Puisi Hari Pahlawan “Kobarkan Semangat”
Selama matahari masih bersinar
Aku tak pernah berhenti
Walau itu hanya sebentar
Untuk melindungi dan mempertahankan
Aku akan bersatu dengan Tanah Airku
Bersama darah dan keringatku
Mari bersatu
Para penerus Indonesia
#6 Puisi Hari Pahlawan “Kerinduan Pertiwi”
Ibu pertiwi kini berlinangan air mata
Menyaksikan hasil perjuangan yang tak terperi
Diinjak-injak oleh generasi terkini
Siapa hati yang tak pilu karenanya
Tanah airmu mengering
Tak lagi terbasahi darah perjuanganmu
Yang dahulu meresap ke dalam tanah airmu
Kini gersang tak berkehidupan
Kau saksikan negerimu kini
Menggaduh keluh kesah tak terperi
Menanti perjuanganmu kembali
Wahai pahlawan sejati.
#7 Puisi Hari Pahlawan “Para Patriot” oleh Umi N. Mikhsin
Mereka turun ke jalanan
Menyuarakan lara yang tak dihiraukan
Tangis anak yang kelaparan
Resah pemuda yang tak punya pekerjaan
Mereka menyuarakan seruan
Agar para elit mulai memikirkan
Desah rakyat yang tersingkirkan
Kabar duka tentang kemiskinan
Para patriot jalanan
Bukanlah para pengacau
Bukan pula para pemula yang pandai meracau
Jika saja mereka didengarkan
Jika saja tidak dengan kekerasan
Mungkin mereka akan membawa pencerahan
Bagi nurani bangsa yang mulai tergoyahkan.
#8 Puisi Hari Pahlawan “Pahlawanku” oleh Annisa Faiha
Wahai pahlawan
Sungguh besar pengorbananmu
Untuk negeriku Indonesia
Aku sangat bangga atas jasamu
Pahlawanku
Sungguh besar akhlakmu
Pasti seluruh orang
yang ada di Indonesia bangga padamu
Bangunlah wahai pahlawan
Janganlah pantang menyerah
Aku ikut mendukungmu
Pahlawanku
Sekujur darah menyelimuti kulitmu
Tembakan yang menusuk dadamu
Semua itu kau lakukan untuk negeri ini
Tanpa pamrih berjuang
Perjuanganmu kan terukir di bambu runcing
Sejarah hidupmu kan kami kenang
Pagi, siang, sore, malam engkau berperang
Setiap waktu kau pegang senjata
Pahlawan
Semangat
Tekad bulatmu
Untuk negeri ini
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu
Begitu mengkhawatirkan
Begitu mencemaskan kami
Kini negeri ini
Berada di pundak kami
Kami kan terus melanjutkan perjuanganmu
Semangat!
#9 Puisi Hari Pahlawan “ Maju Tak Gentar” oleh Mustofa Bisri (Gus Mus)
Maju tak gentar
Membela yang mungkar.
Maju tak gentar
Hak orang diserang.
Maju tak gentar
Pasti kita menang!
#10 Puisi Hari Pahlawan “Pengorbananmu”
Tak terhitung kubik darahmu bercucuran
Dari luka belati hingga senapan
Hasil perjuangan melawan penjajah
Peluh membasahi tubuhmu
Tak kau hiraukan
Anganmu tak tentu arah
Bulatkan tekat pada satu tujuan
Tak lelah di medan perang
Walau rindu keluarga kau sembunyikan
Kejam
Itulah gambaran pertempuran
Jiwa tak dapat berdusta
Tengah dirundung kesedihan
Hanya satu pilihan
Merdeka atau mati di tangan penjajah
Pagi hingga malam
Bulan pun menjadi tahun
Telah beribu malam menanti
Tetap jua tak terlepas
Pengorbananmu demi bangsa
Akan selalu kami kenang
Tak kubiarkan tuk dilupakan
Wahai pahlawanku
Ksatria pelindung negeri
Pejuang kemerdekaan
#11 Puisi Hari Pahlawan “Syair Untukmu Pahlawan”
Demi sang negeri
Kau korbankan jiwamu
Demi sang bangsa
Rela kau pertaruhkan nyawamu
Maut yang menghadang di medan tempur
Kau bilang itu hanyalah hiburan
Nampak jelas raut wajahmu
Tak segelintir pun rasa takut
Semangat membara di dalam jiwamu
Taklukkan mereka penjajah negeri
Harimu yang berwarna merah membara
Pembunuhan, pembantaian yang dihiasi bunga api
Mengalirkan sungai darah di hadapanmu
Bahkan saat mata air darah itu
Mengalir dari tubuhmu
Namun, tak dapat runtuhkan benteng semangat juangmu
Bambu runcing yang selalu setia menemanimu
Kaki telanjang penuh luka
Pakaian lusuh dengan seribu wangi
Basah badanmu kering badanmu
Kini menghantarkan bangsa ini
Ke dalam kemerdekaan yang hakiki
#12 Puisi Hari Pahlawan “Senyum Para Pahlawan”
Peluh bercucuran dari tubuhmu
Darah tak hentinya mengalir dalam nadimu
Api semangat seakan berkobar abadi
Tidak berhenti walau terluka
Semangat juang meliputi
Demi tercapainya harapan dan kemerdekaan
Segenap jiwa ragamu bertekad membara
Dengan tegap dan gagah kau berdiri di barisan terdepan
Tak penting semua kesakitan kau alami
Demi bumi Ibu Pertiwi
Kini kau telah tiada
Beristirahat tenang dialam berbeda
Engkau dapat melihat senyum anak bangsa
Terbebas dari belenggu kaum penjajah
Kini dari atas sana
Engkau mungkin hanya bisa memanjatkan doa
Agar semua tetap aman dan sentosa
#13 Puisi Hari Pahlawan “Terima Kasih Pahlawan”
Kuucapkan terima kasih untuk kalian yang di sana
Yang mati karena berani
Yang mati karena yakin
Yang mati karena benar
Kuucapkan terima kasih
Untuk jasad yang sekarang menjadi abu
Karena kalian kami merdeka
Karena kalian merah putih tegak di pucuk langit garuda
Menjulang menjadi bukti darah dan nyawa telah tertaruh
Kuucapkan terima kasih
Untuk keberanian kalian
Keberanian yang tumbuh di dasar hati
Menjalar merenggut darah
Tiada takut kalian berperang
Bahkan mati pun mau dikau
Kuucapkan terima kasih
Untuk setiap doa
Doa yang setiap hitam terbang ke langit
Doa yang tiada henti hentinya kalian tasbih
Untuk kami, Indonesia mendatang
Kuucapkan terima kasih
Tanah yang kami injak
Air yang kami minum
Adalah darah dan nyawa
Yang dulu melayang
Kuucapkan terima kasih
Sekali lagi, kuucapkan terima kasih
Untuk kalian yang sekarang sudah di surga
Tersenyum melihat garuda terbang tinggi
#14 Puisi Hari Pahlawan “Wahai Pahlawan Sejati”
Andai kau mengerti bangsa ini sekarang
Mungkin senyummu akan menjadi tangismu
Mungkin tawamu akan menjadi sedihmu
Wahai pahlawanku
Maafkan kami yang tak bisa memperbaiki
Negara yang merana ini
Tapi kami akan berjanji padamu
Merebut kembali kemerdekaan yang hakiki itu
Perjuangan dulu menjadi bangsa yang bermartabat
Yang sejahtera abadi selamanya
Di saat ini hingga nanti
#15 Puisi Hari Pahlawan “Pengorbanan”
Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan jauh entah ke mana
Bagaikan pungguk merindukan bulan
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan
Pagi yang menjadi malam
Bulan yang menjadi tahun
Sekian lama telah menanti
Dirinya tak jua lepas
Andai aku sang Ksatria
Aku pasti menyelamatkannya
Namun, semua hanya mimpi
Dirinyalah yang harus berusaha
Untuk membawa pergi dari kegelapan abadi
#16 Puisi Hari Pahlawan “Jejak-jejak Pejuang”
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Semerbak harum dalam deretan syair pujangga
Bercerita indah akan kisah perjuangan
Sang pahlawan dalam membela bangsa
Meregang nyawa di medan peperangan
Raga berlubang tertembus peluru tajam
Meski tersungkur tergeletak di tanah
Kau tetap hidup dalam sanubari anak bangsa
Jejak-jejak para pahlawan bangsa
Menapak jelas menembus zaman
Kini kau pun mampu menyaksikan dari surga
Bangsamu bersatu padu dalam semangat membela
#17 Puisi Hari Pahlawan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
Kau adalah guruku
Yang mendidik
Yang memberiku ilmu
Dengan hati tulus
Dengan senyum sabar
Nadamu memberiku dorongan
Tuk melangkah melawan waktu
Setitik keringatmu
Tanda dari sebuah perjuangan
Perjuangan yang begitu berat
Untuk kami semua
Terima kasih,
Juangmu sangatlah berarti
Tanpamu,
Aku bodoh
Doa selalu untukmu
Terima kasih selalu
#18 Puisi Hari Pahlawan “Serdadu Tak Dikenal”
Kau ambil seragam lusuh di bilik kamarmu
Kau kenakan dengan sangat rapi
Meski dirimu kini tak dikenal
Namun, semangat juangmu terasa hingga menembus batas zaman
Kau siapkan senapan dengan peluru tajam
Dengan gagah kau maju di barisan depan
Menjadi biduk dalam strategi perang
Tak jarang dirimu menjadi umpan kemenangan
Dengan gagah berani kau merangsek maju ke barisan depan
Hingga tak kau sadari sebuah peluru tajam menerjang
Meski kau tak dikenal
Perjuanganmu takkan kami lupakan
#19 Puisi Hari Pahlawan “Pahlawan Tak Dikenal” oleh Toto Sudarto Bachtiar
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: aku sangat muda.
#20 Puisi Hari Pahlawan “Pedekik 1949” oleh Darma Firdaus
Di depan itu, jalan setapak
Kau susuri demi negeri
Di semak-semak kau menyibak
Pulau ini harga mati
Lelah jadi ghirah
Debar jadi kobar
Demi tanah tumpah darah
Yang telah merdeka
Direnggut biadab Belanda
Mereka tak rela, tak sudi
Rakyat ditindas lagi
Dengan doa dan strategi
Gerilya jadi cara
Jaga marwah negeri tercinta
Selat baru, pasiran, Wonosari
Jejak-jejak kau tak hilang di bumi
Di Pedekik perang terjadi
Taruh nyawa sampai mati
Makin Semangat Menjalani Aktivitas
Membaca puisi Hari Pahlawan bisa mendorong kamu biar lebih semangat berjuang di jalanmu sendiri. Hal ini sangat penting untuk mewujudkan impian masa depan.
Nah, selama berjuang mewujudkan impian masa depan, kamu juga perlu menambah literasi keuanganmu. Yuk, tambah wawasanmu dengan menonton video berikut ini.
Jika butuh saran profesional, kamu bisa berkonsultasi dengan perencana keuangan Finansialku. Silakan hubungi kami di 0851 5866 2940 untuk informasi lebih lanjut.
Disclaimer: Finansialku adalah perusahaan perencana keuangan di Indonesia yang melayani konsultasi keuangan bersama Certified Financial Planner (CFP) seputar perencanaan keuangan, rencana pensiun, dana pendidikan, review asuransi dan investasi.
Finansialku bukan platform pinjaman online dan tidak menerima layanan konsultasi di luar hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Artikel ini dibuat hanya sebagai sarana edukasi dan informasi.
Demikian pembahasan tentang puisi Hari Pahlawan. Jika kamu punya tanggapan lain, silakan sampaikan di kolom komentar di bawah.
Jangan lupa bagikan informasi ini di media sosial agar lebih banyak anak muda yang terinspirasi. Terima kasih!
Editor: Omri Cristian
Sumber Referensi:
- Admin. 29 Agustus 2022. Makna Puisi Diponegoro karya Chairil Anwar halaman 55 PPKn SMP Kelas 7 Kurikulum Merdeka. kontenjempolan.id – http://bit.ly/47iGbdw
- Alfi Yuda. 07 November 2022. 5 Contoh Puisi untuk Memeriahkan Peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November. Bola.com – https://bit.ly/47Alhqr
- Anggi Mayasari. 09 November 2022. 7 Puisi tentang Hari Pahlawan 10 November, Singkat Penuh Makna. Detik.com – https://bit.ly/3QM653W
- Muchtar KP. 2023. CATATAN SEJARAH! Penetapan Tanggal 10 November Sebagai Hari Pahlawan, Simak Uraian Singkatnya. Klikpendidikan.id – https://bit.ly/47byzt0
- Shafira Chairunnisa. 04 Agustus 2021. 20 Puisi Pahlawan Singkat Yang Penuh Makna Dan Bikin Haru. Ada Dari Penyair Terkenal!co – https://bit.ly/45XUYZJ
Leave A Comment